Janji Tiga Puluh Dua

17.8K 404 40
                                    

"Aku mau pergi, ketemu temen." Mala mengatakannya pada Ferdi yang sedang duduk di ruang tamu sembari sibuk mengecek laptopnya. Pria itu menoleh pada istrinya, sedangkan Mala kembali masuk ke dalam kamar.

Ferdi tidak mau membuang kesempatan, ia masuk menyusul Mala ke kamar. Dia ingin bertanya sesuatu.

"Mas boleh ikut?"

Mala yang sedang berusaha memakai kerudungnya, menoleh sembari menaikkan sebelah alis. "Ngapain?"

Ferdi menipiskan bibir. "Mas mau mengenalmu yang ada di luar rumah." Mala semakin tidak mengerti dengan suaminya itu, apakah pertengkaran mereka yang membuat pria di hadapannya ini berubah sedemikian rupa? Ferdi memang sejak awal manis, tetapi saat ini jauh lebih manis?

"Ngapain?" Mala bertanya dengan pertanyaan serupa.

Ditanya begitu membuat Ferdi gelagapan, dia mengusap-usap tengkuknya. "Mau kencan sepulang ketemu teman-temanmu?" Lirih sekali, pria itu mengatakannya malu-malu. Padahal dulu Ferdi yang terang-terangan mendekati Mala tanpa tahu malu. Jika dalam kondisi normal pasti Mala sudah tertawa. Namun, wajar sih bagi Ferdi malu seperti itu, selama menjalin hubungan dengan Mala, pria itu tidak pernah bertanya melainkan memberitahu apa yang dia inginkan saja.

Mala mengangguk dan memalingkan wajahnya yang memerah, debaran di hatinya sangat kurang ajar karena tidak mampu memahami keadaannya sekarang.

"Tunggu sebentar, Mas mandi dulu." Ferdi buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, lalu keluar lagi. "Boleh Mas minta tolong siapin baju buat nanti? Biar nggak makin lama?" Ia bertanya sopan sekali. Padahal selama ini tanpa meminta pun Mala pasti akan dengan senang hati menyiapkan. Namun, diperlakukan seperti itu justru membuat Mala merasa sangat berharga. Jadi ketika Ferdi sudah masuk lagi ke dalam kamar mandi, perempuan itu segera mengambil pakaian yang ia paling suka saat Ferdi memakainya.

Mereka berangkat ke tempat janjian dengan teman-teman kuliah Mala. Perempuan itu memperkenalkan Ferdi dengan baik, sampai siapa pun tidak akan bisa mengetahui jika keduanya sedang ada masalah. Semua teman Mala memuji Ferdi dan menggoda perempuan itu, mengatakan jika Mala beruntung sekali bertemu dengan Ferdi.

"Oh, nggak. Saya yang beruntung bertemu dengan Mala. Dia perempuan yang sangat baik."

Semua teman Mala senyum-senyum mendengar itu.

"Mala, kamu gimana ceritanya bisa kenal suamimu?" tanya salah satu temannya. Sepertinya acara ini berganti menjadi sesi interview Mala dan suami. Mala yang mendapatkan pertanyaan seperti itu melirik Ferdi sekilas, suaminya itu tersenyum manis kepadanya dan mengangguk. Memberi tanda bahwa Mala boleh menceritakannya.

"Kami ketemu di jalan. Mas Ferdi hampir ketabrak mobil." Teman-temannya memasang ekspresi terkejut mendengarnya.

"Wah, unik banget. Jadi setelah itu Mas Ferdi suka sama Mala?"

Ferdi terdiam beberapa saat dengan kedua alis menukik. Dia menoleh pada Mala, istrinya juga terlihat menunggu jawabannya. Pria itu terkekeh kecil lalu mengangguk beberapa kali. Yang lain bertepuk tangan dengan heboh mendengar jawaban romantis seperti itu. Sedangkan Mala merasa jantungnya memompa dengan cepat sampai pipinya menghangat.

Kenapa aku baru tahu? Kenapa sejak hubungan kami nggak baik, aku merasa banyak hal yang belum aku tahu dari Mas Ferdi?

"Dari situ langsung PDKT ya?" Sepertinya mereka betul-betul penasaran, karena dari kelima teman Mala baru dia yang sudah menikah.

"Saya menantang Mala untuk coba melamar jadi sekretaris, dan kebetulan saat itu saya yang lagi butuh sekretaris. Ternyata Mala lolos wawancara sama HRD."

"Wah, mirip cerita di novel-novel ya, Mala. Manis banget kisah cinta kamu." Mala tersenyum tipis dan mengaminkan saja dalam hati apa yang dikatakan teman-temannya. Semoga ke depannya bisa semanis itu.

Marriage Is Not Easy, But Sometimes Funny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang