"Gue harus gimana sekarang, Bang?"
Terdengar helaan napas dari seberang sana. Angga mengurut kepalanya yang pening, karena mau tidak mau masalah yang berkaitan dengan Bela membuatnya terlempar kepada kesalahan di masa lalu yang sampai saat ini masih ia tutupi rapat-rapat. Ferdi masih terus mengoceh perihal Bela yang mengajukan diri menjadi istri kedua Ferdi.
Lo harusnya nggak melewati batas lagi, Bel.
"Gue perlu ketemu, Bela."
"Buat apa? Lo mau apain Bela?" Terdengar nada cemas dari bibir Ferdi.
"Kenapa lo terdengar khawatir banget?"
Ferdi terdiam beberapa saat, Angga tahu betul jika Ferdi sendiri tidak menyadari perlakuan impulsifnya. Lagi-lagi Angga menghela napas. "Lo masih suka sama Bela?" Ferdi masih terdiam.
"Lo nggak bisa plinplan di sini, Fer. Lo pikir ini masalah mau makan mi atau bakso?"
"Gue nggak tahu, Bang," jawab Ferdi cepat. "Setiap lihat Bela gue merasa kalau perasaan itu masih ada, tapi setiap kami ngobrol, bahkan sewaktu lihat dia gendong Keno, gue kayak lihat sesuatu yang asing."
"Keno siapa?"
"Anak Bela."
"Lo udah sejauh apa sih sama Bela, Bangsat!"
"Nggak kayak yang lo pikir, gue cuma ketemu Mama dan Keno."
Kali ini Angga yang dibuat terdiam, pikirannya ke mana-mana. Ini yang paling ia takutkan dari menikah, seseorang di masa lalu yang mana membawa pergi sesuatu yang belum selesai bisa saja suatu saat kembali. Sebagai manusia biasa, pria itu tahu susahnya mengontrol hati. Pada saat tertentu manusia justru dikendalikan oleh hati, di saat dengan congkak berpikir bahwa dia mampu mengendalikan hati dan pikirannya sendiri.
Angga berdiri dari duduknya dengan tetap menempelkan ponsel di telinga. "Jawab gue baik-baik sekali ini, gimana perasaan lo ke Mala? Kalau lo cinta sama Mala, gue bakal bantuin lo buat selesaiin urusan Bela. Tapi kalau lo sendiri masih bingung, sorry, dude, I can't do anything."
--
Mala baru saja selesai menyerahkan tugas perdananya pada Mas Adam untuk kemudian diberi tugas kedua, katanya ini request spesial dari penulis famous yang dinaungi oleh penerbit tempat Mala bekerja. Penulis itu langsung meminta agar Mala yang membuatkannya cover begitu tahu perempuan itu bekerja di sana.
Tentu saja Mala merasa senang, walau di sisi lain hatinya sedang gundah karena Ferdi sama sekali tidak memberi kabar. Padahal Mala berharap jika Ferdi akan memberitahunya dalam waktu dekat. Betul-betul tidak enak jika memiliki rahasia dengan teman tidur. Seolah ia sedang dipecundangi oleh sesuatu yang Mala sendiri tidak paham apa itu, yang jelas rasanya betul-betul menyiksa.
Cukup bilang kalau nggak ada yang perlu kurisaukan, Mas. Aku cuma ingin dengar itu.
"Napa muka lo, La?"
Vano tiba-tiba berada di samping Mala dengan kepala yang dijulurkan untuk melihat wajah Mala lebih jelas, tentu dengan jarak yang masih aman.
"Vano! Ngagetin orang aja!"
"Lo abis nangis?"
Mala meraba matanya, gara-gara Vano bertanya seperti itu matanya jadi berkaca-kaca. Ia berjalan menjauhi Vano agar temannya itu tidak melihat perubahan rona wajahnya. Namun, bukan Vano namanya jika tidak keras kepala. Hampir seumur hidup mengenal Mala, dia tahu betul bahwa perempuan itu bisa menjadi amat tertutup saat memiliki masalah. Bukannya mau ikut campur seandainya itu masalah rumah tangga, tetapi sebagai teman dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada Mala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Is Not Easy, But Sometimes Funny (Completed)
RomanceMala akan menghadapi mantan kekasih dari sang suami yang berkata ingin menjadi istri kedua. Ferdi pernah patah hati sebelum bertemu Mala, dia melajang selama lima tahun setelah ditinggalkan kekasihnya karena belum bisa memberikan kepastian tentang h...