Janji Tiga Puluh Empat (Ekstra Part II)

17.1K 380 51
                                    

Peringatan : Ini bakal panjang.

Walau diawali dengan tidak menyenangkan, tetapi Mala menyelesaikannya dengan baik. Penulis yang dia kagumi puas dengan hasil akhir tiga kover yang dia buatkan, bahkan tidak bisa memilih karena semuanya bagus, penulis tersebut awalnya agak khawatir juga dengan Mala yang sudah hampir menangis karena desainnya tertinggal. Air matanya sudah hampir tumpah. Setelah melihat tiga kover yang Mala sajikan, penulis itu memujinya, paham kenapa Mala sampai hampir menangis, karena perempuan itu sudah berusaha yang terbaik.

Terlebih ketika Mas Adam memberi tahu bahwa Mala sangat mengagumi penulis tersebut. Jadi, tuntas sudah kenapa Mala sangat grasah-grusuh, tidak seperti biasanya. Mas Adam pun sempat heran, tetapi melihat sendiri tiga kover yang Mala siapkan, dia paham, perempuan itu sedang terlalu antusias.

Setelah selesai pertemuan itu, penulis yang Mala kagumi mengajaknya makan bersama, tetapi perempuan itu ingat jika suaminya sudah memasak tadi pagi, bahkan tidak sempat dia cicipi. Maka dengan berat hati Mala memberi tahu mereka.

"Maaf, tapi tadi kebetulan suami saya sudah masak pagi-pagi, jadi saya harus pulang sekarang."

Penulis dan Mas Adam terkekeh geli.

"Wah, suaminya Mbak Mala ini sepertinya sayang sekali ya sama istrinya. Wajar sih, Mbak Malanya juga menghormati dan ingat suaminya walau ketemu penulis yang dikagumi," canda penulis tersebut.

"Mereka itu memang pasangan serasi, Pak. Tadi yang mengantar kovernya kebetulan suami Mala sendiri, langsung dianterin waktu Mala telepon. Iya, kan, Mala?"

Mala mengangguk-angguk, wajahnya tersipu malu karena hubungannya dibahas.

"Wah, kalau begitu saya harus merelakan Mbak Mala pulang sebagai rasa terima kasih saya kepada suaminya. Sampaikan salam saya ya, Mbak Mala."

Mala akhirnya berhasil pulang, dia tersenyum membayangkan Ferdi yang datang ke kafe dengan celana super pendek yang biasa dia pakai di rumah, memperlihatkan lutunya. Tidak hanya itu, pria itu hanya memakai kaos lengan pendek, padahal biasanya keluar ke warung saja memakai celana panjang dan jaket.

Hatinya terasa hangat dan penuh dengan apa yang Ferdi lakukan padanya akhir-akhir ini. Rasanya jauh lebih mendebarkan daripada saat pertama kali mengenal pria itu dan digombali dengan kode yang tidak dia pahami.

Sesekali, Mala masih membayangkan bagaimana Ferdi menemui Bela di belakangnya, karena sampai sekarang dia masih belum berani bertanya sejauh apa hubungan suaminya itu dengan sang mantan. Mala sadar betul seharusnya dia segera menyelesaikan hal ini, agar tidak ada yang mengganjal.

Namun, perempuan itu terus melarikan diri dan menepisnya, padahal bayang-bayangnya sangat menganggu. Misalnya, ketika Ferdi mengutarakan cinta atau membuktikan dengan perbuatan, Mala memang bahagia, tetapi bayang-bayang itu mengikutinya sehingga jika ibarat balon, kebahagiaan itu mengempis begitu saja.

Itulah kenapa sampai hari ini, dia juga menghindar begitu Ferdi ingin mencium atau memberinya sinyal untuk melakukan hubungan suami istri. Perempuan itu tahu, Ferdi mampu merasakan penolakan tersebut, sehingga tidak pernah memaksa lagi, bahkan mencium pun hanya sekadar mencium dahi sebelum tidur.

Hari ini Maka bertekad untuk tidak lari lagi, karena ini berkaitan dengan masa depan rumah tangga mereka.

Maka, begitu pulang ke rumah, perempuan itu sudah membulatkan tekad, bergegas masuk ke dalam dengan kunci yang dia bawa karena mengetuk beberapa kali, tetapi Ferdi tidak kunjung menjawab. Namun, begitu sampai ke ruang tamu, matanya menemukan Ferdi yang tidur dengan nyenyak sembari memeluk buku yang sepertinya dia baca.

Marriage Is Not Easy, But Sometimes Funny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang