𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟐𝟖 - Terakhir

791 96 25
                                    

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

"Sowon."

Tidak mendapatkan jawaban dari pemilik rumah, membuat Taeyong dengan terpaksa membuka pintu dan masuk saja ke dalam. Dia tidak sendirian, ada istri dan putranya di belakang dirinya. Dan begitu masuk, ia mendapati Sowon sedang terduduk di sofa, posisi duduknya terlihat tegang, pun dengan sorotnya yang kosong.

"Sowon!" panggil Taeyong, ia sedikit membungkuk untuk meraih kedua bahu Sowon. "Sinb, di mana?"

Sowon masih bergeming, ia masih seperti patung yang diberi nyawa. Dia masih bernapas, hanya jiwanya seperti sudah melayang entah ke mana.

"Sowon!" panggil Taeyong sekali lagi, kali ini ia sedikit mengguncang bahu itu. "Sowon, kamu mendengarkan saya? Kim Sowon!"

"Entahlah," sahut Sowon dengan nada yang pelan dan rendah. "Aku tidak tahu dia di mana sekarang."

Taeyong menoleh ke arah istrinya yang sedang berdiri dengan putranya.

"Sowon ah, sesuatu terjadi kepada Sinb?" tanya Taeyong, ia mengalihkan pandangannya ke arah Sowon lagi. "Sowon, katakan sesuatu."

"Aku tidak tahu," jawab Sowon masih dengan sorotnya yang kosong. "Tapi dia akan selalu bersamaku, dia akan selalu di sampingku, dia putriku, belahan jiwaku."

"A-apa maksudmu?" tanya Taeyong gugup, ia mulai merasa tidak enak sekarang. "Di mana Sinb? Di mana putri kita, Sowon?"

"Aku tidak tahu!" jawab Sowon dengan sedikit menekan. "Aku tidak tahu kenapa dia pergi dan tanpa berbicara terlebih dahulu kepadaku, aku tidak tahu kenapa dia membuatku marah hari ini."

"Pergi?" tanya Taeyong.

Sowon mengangguk, detik berikutnya tangis yang tertahan akhirnya pecah juga. Sebelah tangan Sowon bergerak, memukuli dada pria Lee melampiaskan segala hal yang mendesak di dadanya.

"Sowon, ada apa?!" tanya Taeyong panik.

"Akh!" pekik Sowon tak bisa menahan lagi, ia memeluk Taeyong dan tak lagi memikirkan bagaimana perasaan Bona yang melihatnya di sana. "Sakit~" isak Sowon dalam pelukan itu.

Taeyong terpaku membisu, jantungnya seperti berhenti berdetak, waktu pun seolah diberhentikan.

"S-sowon," panggil Taeyong gugup. "Apa itu berarti ... Sinb ... putri kita ... ."

Sowon menganggukan kepalanya, dia tidak lagi bisa berkata apa-apa selain menangis terisak dalam pelukan tersebut. Taeyong dapat merasakan bagaimana kerasnya Sowon mencengkram baju belakangnya.

"S-sinb?" tanya Taeyong kepada Sowon. "Putri kita? Tidak, tidak mungkin, tidak."

Taeyong sedikit menarik dirinya dari pelukan, sehingga Sowon pun dengan mengerti lantas melepaskan. Bona melangkah ke arah Sowon dan duduk di sampingnya, ia memeluk kedua bahu Sowon ikut larut dalam lukanya.

ME vs MAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang