𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟓

666 120 22
                                    

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

"Kenapa, sih?"

"Kenapa harus punya Mami yang cantik?"

"Kan, kalau jalan bareng tidak enak banyak yang lihat!"

"Mami! Sinb mau protes, pokoknya Mami harus pakai masker supaya wajah Mami tidak kelihatan!"

"Oh, kalau perlu Mami pakai baju gembel saja biar tidak kelihatan kaya raya!"

"Penyebab utama orang pengin dekat dengan Mami itu karena Mami kaya raya!"

Sowon menggelengkan kepalanya menanggapi ocehan Sinb. Dikarenakan Sinb tidak mau jujur tentang luka lebam itu, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi saja ke taman. Mungkin udara segar akan menenangkan pikiran Sinb dan mau berkata jujur nantinya.

"Sudah selesai?" tanya Sowon.

Sinb menyengir. "Belum selesai, Mi!"

"Ya sudah."

"Jadi ... sebaiknya Mami jangan terlalu cantik dan jangan terlalu kaya. Kenapa? Karena Mami akan banyak dibodohi oleh orang-orang, Mi!"

"Lalu?"

"Ya, pokoknya Mami harus menyamar mulai sekarang. Jangan mau kelihatan berada, Mami menyamar jadi orang biasa, hapus make up Mami itu, tuh!"

"Mami tidak memakai make up sekarang, ya," kata Sowon. "Dan ... memangnya salah kalau banyak yang lihat?"

"Salah!!!" pekik Sinb dengan geram. "Kalau Mami banyak yang lihat, lalu jatuh cinta, dan Sinb ditinggalkan, menyebalkan!"

"Apa, sih?" Sowon bertanya sewot. "Kamu itu harta berharga buat Mami, Mami tidak akan meninggalkan kamu untuk hal yang baru."

Sinb merangkul bahu Sowon, membuat Sang mami harus sedikit membungkuk karena perbedaan tinggi badan di antara keduanya. Tidak terlalu jauh, sih. Tapi, Sowon harus tetap membungkuk agar putrinya tak berjinjit.

"Serius, ya, Mi?" tanya Sinb. "Hanya Sinb yang Mami miliki, dan sampai kapan pun hanya Sinb."

"Iya, Sayang."

"Oke!" kata Sinb sambil melepaskan rangkulannya, saat itu ia tak sengaja mendorong lengan Sang mami hingga oleng. "Eh? Mami! Mami!"

"Kamu kalau mau mendorong bilang, dong!" kata Sowon tak terima. "Kalau Mami jatuh, bagaimana?"

"Ke bawah, Mi," jawab Sinb dengan cengiran.

"Awas kamu, ya!"

Tidak mau terkena jeweran atau cubitan, maka Sinb langsung berlari dan menjadi buronan Sowon. Aksi kejar-kejaran di antara ibu dan anak itu tak terhindarkan lagi, yang mana Si pembuat ulah kini sedang mencari jalan agar terhindar dari amukan pengejarnya.

"Tangkap kalau bisa!" teriak Sinb sambil membalikan tubuhnya dan menjulurkan lidah meledek.

"KE SINI KAMU, SINB!" teriak Sowon melengking.

ME vs MAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang