𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟕

570 115 16
                                    

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

Sowon melirik jam tangan yang melingkar di lengannya, tak beberapa lama seorang lelaki berpakaian rapi datang. Dia membawa sebuah gantungan beserta pakaian yang terbungkus rapi.

"Berikut pakaian seragam yang dipilih oleh Anda, Ibu Kim."

"Oke, saya akan bawa ini ke dalam. Terima kasih karena telah membawa ini."

"Ya, sama-sama, Ibu Kim."

Sowon mengambilnya, masuk ke dalam ruangan yang mana menjadi kamar kedua untuk putrinya saat ini. Belum diberi izin pulang, sebab masih dalam pengawasan dokter. Bisa dibilang harus benar-benar pulih, sekaligus menyembuhkan trauma dari situasi terjebak itu.

"Seragam sekolah kamu sudah datang, nih!"

"Ih, kenapa ada warna pink-nya?"

"Kamu yang memilih sekolah itu, ya."

"Batalkan! Batalkan, Mi!" tolak Sinb sewot. "Masa Sinb harus pakai baju seragam yang ada warnya pink begitu, batalkan!"

Sowon berkacak pinggang. "Kamu bicara apa?"

"Tidak, maksud Sinb ... kapan Sinb mulai sekolah?" Sinb meralatnya, takut juga ketika melihat raut wajah Sang mami.

"Pulihkan saja keadaan kamu, Mami sudah mendaftarkan kamu ke sekolah baru, kok!" kata Sowon. "Nanti kamu tinggal Mami antar saja."

Sinb meringis tatkala melihat bagaimana warna pink itu hadir di seragamnya. Dia saja yang bersekolah di sekolah khusus perempuan tidak menyelipkan warna pink di seragam.

"Tidak mau peluk Mami?" tawar Sowon. "Mami sudah bekerja keras untuk mendaftarkan kamu, lho!"

Sinb menggeleng. "Tidak mau, ah!"

"Lho? Heh?"

"Sinb itu sudah besar, Sinb tidak mau peluk-pelukan sama Mami, huh!"

Sowon mendengkus. "Awas kamu, ya."

Sinb menjulurkan lidahnya meledek, membuat Sowon kontan membuka mulut tidak percaya. Ketika dia siap memberi cubitan, gadis itu dengan pergerakan cepat memelas meminta permohonan agar tidak diberi pelajaran.

"Ada tapinya, sih," ujar Sowon. "Kamu serius mau pindah sekolah?"

"Iya, dong!"

"Kamu harus mengulang dari kelas awal lagi."

"SEKOLAH DASAR?"

Sowon memejamkan matanya karena teriakan Sinb, suaranya masuk semua ke telinga.

"Sekolah menengah atas, lah!" Sowon memberitahu. "Kamu ini ada-ada saja. Pokoknya, kamu harus mengulang dari kelas satu."

"Kok, kenapa?" tanya Sinb memelas. "Sudah bahagia akan lulus dari sekolah, kenapa harus mengulang, sih?"

"Jangan berbicara seperti itu, setelah lulus dari sekolah kamu pasti akan menyesal pernah mengatakannya," kata Sowon. "Lagipula ... sebaiknya kamu bersyukur karena sekolah itu mau menjaga privasi Mami."

ME vs MAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang