𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟐𝟎

482 92 11
                                    

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

"Kamu tidak sekolah?"

"Tidak."

Dr. Kim Jisoo menempati kursinya, ia membawa secarik kertas berisi hasil lab yang sudah dinantikan oleh seorang gadis selama hampir dua jam lamanya. Kim Sinb memberanikan diri untuk bolos dari sekolah, pagi ini dia berangkat tanpa diantar Sang mami, lebih leluasa baginya untuk pergi ke rumah sakit.

"Apakah Mami kamu tahu soal ini?"

"Tidak."

Jisoo menghela napas berat. "Hasil lab menyatakan kamu baik-baik saja, secara keseluruhan kamu dalam kondisi stabil."

Sinb terdiam dan menjadi pendengar.

"Apakah kamu sering memendam masalah sendirian?"

"Sedikit."

"Aku tahu, tidak semua masalah harus diceritakan. Tapi, alangkah baiknya kamu lebih terbuka kepada orang yang kamu percaya, memendam hanya akan membuat kamu stres nantinya."

"Jadi ... kenapa aku sering sesak napas?"

"Kamu akan membaik setelah meluapkan sesuatu yang tertahan di dada kamu, 'kan? Itu dia, kuncinya adalah terbuka."

Barulah Sinb menghela napas lega, dia bersyukur karena tidak mempunyai riwayat penyakit serius yang bisa menghancurkan kehidupannya.

"Jangan beritahu Mami tentang aku yang datang ke sini," ucap Sinb. "Aku ... tidak mau dia khawatir."

"Baiklah."

"Kalau begitu ... aku pamit."

Jisoo beranjak dari duduknya, ia mengulurkan amplop besar berwarna cokelat yang di dalamnya terdapat surat keterangan pemeriksaan. Hasilnya jelas baik, dr. Kim Jisoo sendiri yang menjelaskannya barusan.

"Setelah ini kamu mau ke mana?" tanya Jisoo.

"Pulang," jawab Sinb.

"Taksi sudah di depan, kamu hanya tinggal pulang saja."

"Terima kasih."

"Hati-hati di jalan."

"Ya."

Setelah membungkuk sebagai ungkapan terima kasih dan rasa hormat, Sinb melangkahkan kakinya untuk segera pulang ke rumah. Toh, Maminya juga pasti sudah di kantor, tak akan tinggal diam di rumah saja.

Bersamaan dengan perginya Sinb, Sowon keluar dari persembunyian dan masuk ke ruangan dr. Kim Jisoo. Wanita Kim itu tak mungkin membiarkan putrinya pergi tanpa pengawasan dirinya.

"Bagaimana?"

"Kamu sama dia dekat, 'kan?" tanya Jisoo.

"Ya, tentu saja."

ME vs MAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang