𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝟐𝟑

460 90 12
                                    

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- ᴍᴇ ᴠꜱ ᴍᴀᴍɪ -

"You okay?"

"Hm."

Sowon menaruh semangkuk sereal di hadapan Sinb, sebelah tangannya terangkat untuk memastikan suhu tubuhnya.

"Sebaiknya kamu istirahat saja," saran Sowon. "Mami takut kamu sakit, deh."

"Ah, Sinb baik-baik saja, kok!" kata Sinb sambil menikmati sarapannya. "Mami tidak perlu khawatir, Sinb itukan hanya kecelakaan kecil kemarin malam."

"Kecil apanya? Kamu itu sampai berguling di aspal, tahu!"

"Tapi buktinya sekarang Sinb baik-baik saja, lho," kata Sinb sambil menebar senyuman manisnya. "Hari inikan hari pertama ke sekolah baru, masa Sinb harus bolos, sih!"

"Bukan, Sinb," kata Sowon. "Kamu kehilangan ingatan kamu, hari ini bukan hari pertama kamu ke sekolah baru."

"Duh!" Sinb mengaduh saat diingatkan tentang kebenaran itu. "Oke oke, nanti kalau bisa Mami antar Sinb ke kelas, bisa?"

"Bisa, dong."

Sinb memicingkan matanya, ia melirik ke arah Sang mami yang tampak memandangi dirinya dengan lamat.

"Jangan aneh-aneh, ya, Mi!" Sinb memberi peringatan awal. "Kalau ada yang genit sama Mami, tendang!"

"Ya ampun, Sinb!" sahut Sowon tidak habis pikir. "Mami kamu ini tahu tempat, ya!"

Sinb beranjak secara tiba-tiba dari kursi meja makan itu, ia mendorong kursinya dan berlari sambil membekap mulutnya sendiri. Sowon tidak tinggal diam, dia mengikuti langkah Sinb yang melakukan gerakan mendadak itu.

"Sinb?"

Sowon memasuki kamar mandi dan menyaksikan bagaimana putrinya memuntahkan makanan yang masuk ke perutnya. Sinb menyalakan kran agar cairannya melebur dari sana, lalu Sowon mengusap sekitaran mulut Sinb menggunakan tisu di sana.

"Serealnya tidak enak?" tanya Sowon. "Mami sudah bilang tadi, kamu makan sama nasi, jangan sereal!"

Sinb menggelengkan kepalanya, biarlah dia bernapas terlebih dahulu untuk sekarang. Meskipun muntah merupakan perkara mengeluarkan, tetapi akhirnya pasti akan lemas.

"Kenapa?" tanya Sowon. "Masih mual?"

Sinb mengangguk, dan saat itu juga ia memuntahkan cairan dari mulutnya. Sowon panik, dia cemas, dengan sebelah tangan yang berusaha mengusap-usap punggung putrinya untuk sedikit membantu.

"Kita ke rumah sakit lagi, ya?"

"Tidak," tolak Sinb.

"Tunggu sebentar."

Sowon melangkah pergi dari kamar mandi, meninggalkan Sinb yang harus menopang tubuh lemasnya dengan berpegangan pada tepian wastafel. Sowon kembali dengan ponsel yang menempel di telinganya.

ME vs MAMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang