Ryou kecil tengah berbaring dipangkuan sang ibu, sembari kepalanya dielus. Wajahnya nampak damai. Suara nyanyian nampak menemani tidurnya yang lelap, setidaknya sedikit ketenangan ditengah gelapnya ruangan.
"Hmm.. hm.. hmm~"
Sampai sebuah gemuruh mulai berdatangan. Wanita itu segera memeluk sang anak, menjauhkannya dari rintik hujan yang mulai berjatuhan. Dikarenakan atap gudang yang sesungguhnya memang telah berlubang, membiarkan air masuk dan membuatnya basah.
Tangan wanita itu terangkat, dengan masih memeluk anaknya.
"Hamba memang pendosa, namun dosa hamba tak ada hubungannya dengan Rian.
Tolong jauhkanlah iya dari semua bentuk kejahatan, tolong jauhkanlah ia dari segala bentuk kesesatan.
Tolong lindungilah ia dari penyakit, tolong lindungilah ia dari kesedihan, dan tolong lindungilah ia dari saya..."
Kalimatnya terhenti dikala merasakan air yang mulai membasahi pipi. Dirinya menangis dalam doa.
***
Ryou membuka matanya, bangun dari tidur. Dirinya yang masih belum sepenuhnya sadar, lantas tak sadar akan sesuatu yang terbang ke arahnya. Membuat wajah itu merah.
Dilihatnya bagaimana murid lain tengah berlarian atau berlindung dari balik meja. Kebanyakan dari mereka memakai armor dan senjata yang entah mereka dapatkan darimana. —dan untungnya palsu— Lantas menjadikan kelas itu bagai arena peperangan.
Ada Amu dengan pedangnya, Upi dengan tombaknya, Sho dengan belatinya, Kiki dengan sniper nya, dan Toro yang terduduk lemas dipojokkan kelas, nampak tertekan.
"Haruskah ku tegur? Tapi aku malas, lagian hal ini juga udah biasa terjadi" -batin Ryou tak peduli
Bangkit dari kursi yang entah bagaimana bisa bertahan ditengah-tengah peperangan ini, segera keluar dari kelas. Tentunya membawa Toro yang telah nampak sekarat dikarenakan pikirannya sendiri.
Keduanya duduk didepan kelas, menunggu jam kosong yang justru mereka gunakan untuk berperang ini berakhir.
Satu kata, canggung. Keduanya yang memang pendiam membuat suasana terasa sangat sunyi.
"kau tak apa Tor?"
"Emang sejak kapan aku punya palu kepercayaan?"
"Bolehkah mulutmu ku sobek?"
"Ga boleh"Suasana tak nyaman ini terus berlangsung, sampai sebuah langkah kaki terdengar.
"Guru kah?"
Tanya Ryou lantas mendongak, matanya liar mencari sumber suara tersebut.
"Pak Eko mung-"
Ucapan Toro terhenti disaat mulutnya ditutup rapat oleh Ryou. Membuatnya tak bisa bicara.
"Diem, itu bu Siri sama pak Eko"
"Hm hmm?"
"Guru yang harusnya ngajar kita sekarang""Bapak ada ngeliat Sho?"
"Anak didik saya kenapa lagi bu?!"
"Murid bapak udah sengaja ngilangin buku saya, ngebuat saya ga bisa ngajar"
"M-maaf bu, saya tau Sho emang nakal, tapi memang ibu ada bukti?"
"Rekaman cctv, jujur saja selain nakal dia juga ceroboh.Ungkap bu Siri sembari tersenyum jengkel, menandakan jam kosong saat ini adalah ulah Sho.
Merasa puas menguping, Ryou melepaskan tangannya yang sedari tadi mencegat Toro membuka mulut.
"Kau cukup menutup mulutku, ga perlu sampai memelukku lho?"
"Ah Maaf...."Ucap Ryou segara melepaskan pelukannya. Wajah keduanya nampak tetap datar.
Ryou memasuki kelas, lantas memperingati yang lain.
"WOY!" -Teriaknya menyita perhatian seisi kelas.
"Aku ga ngerti kau ngapain lagi Sho, tapi sepertinya kau harus lari"
"Guru mau datang. Yang cewe nyapu sama benerin meja, yang cowo benerin jendela yang lepas sama ikut benerin meja"
Ucapnya lantang, yang dengan ajaib dapat merubah arena peperangan menjadi sebuah kelas yang rapi dan bersih. Bahkan yang bukan murid dari kelas itupun ikut membantu.
"B-baik kak!"
"Ame? kau kan bukan kelas sini, ngapain ikut bantu?"
"Ini karena cinta kak!!"
"Entah harus bagaimana lagi aku harus memberitahu anak ini..."
"Cinta ga selamanya indah dek"Beberapa menit kemudian pintu terbuka, menampakkan pak Eko dan bu Siri yang terlihat akan mengamuk. Melihat seisi kelas yang justru menjadi lebih tenang daripada biasanya, lantas membuat keduanya keheranan.
Semua murid duduk dengan tenang, meja dan buku nampak sangat rapi, bahkan lantai terasa licin dan bersih. Sedangkan Ryou sendiri telah berada tepat didepan mereka, seolah menunggu kedatangan keduanya.
"Selamat datang dikelas kami. Kalau boleh tau ada apa apa pak, bu?"
ucapnya sembari berdiri tegap, ditambah tangannya yang ia silangkan kebelakang. Membuatnya seolah menjadi pembina upacara apel pagi.
"R-Ryou? Kami lagi nyari Sho"
"Dia berulah lagi, benar?"
"Iya begitulah..."
"Mohon maaf, namun Sho tak berada dikelas ini. Ia telah kabur entah kemana."
"Kalau begitu kita cari ketempat lain, tapi kenapa omonganmu jadi formal gini Ryou?"
"Pengen aja"***
Drama telah berlalu, kelas yang bersih tak membuat pak Eko mengamuk. Seisi kelas aman sentosa, terkecuali untuk Sho yang harus masuk ruang bk karna tingkahnya.
Kini Ryou, Amu, dan Upi tengah bersama-sama dalam perjalanan pulang sembari membicarakan kejadian siang tadi. Sama seperti biasanya.
"Aku ga nyangka hanya dengan beberapa kata, bisa ngebuat seisi kelas patuh"
"Padahal sama pak Eko aja masih ngelunjak"
"Mereka memang patuh kok?"
"Mantan ketos emang beda!"
"Udahlah.. gausah menyanjungku""Tapi kamu suka kan dipuji?" -usil Upi yang diikuti oleh tawa menggelegar Amu dan tawa lemah Ryou
Namun mereka tak menyadari seorang yang tengah membuntuti mereka, gadis itu tersenyum lebar diikuti mata hijau mintnya yang menyala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Madness // Wee!! X Oc {Discontinued}
Fiksi PenggemarBagaimana jika webtoon Wee!! Ketambahan satu karakter lagi? Karakter yang sama pentingnya dengan karakter origial. Karakter yang mampu mengubah alur cerita. Perhatian! -ooc -ngaco -updatenya gajelas kapan -semua ilustrasi diff ini, diambil dari pi...