BAB 3 : CLEOPATRA

1.7K 316 43
                                    

Gadis berambut panjang berkucir setengah sedang duduk di salah satu bangku yang tersedia di perpustakaan. Fokus mengerjakan soal-soal ujian. Ia harus serius menyelesaikan soal tersebut jika mengharapkan kehidupan sekolah yang diimpikan.

Meskipun dirinya salah satu murid peraih nilai tertinggi ujian masuk, tidak ada waktu untuknya menyombongkan diri. Di atas langit akan selalu ada langit lainnya. Meremehkan orang lain adalah perilaku paling bodoh menurutnya. Sekalipun ada orang yang pantas direndahkan, ia akan selalu mengeluarkan seluruh kemampuan ketika menghadapi orang tersebut.

Kembali pada pembicaraan ketua OSIS mengenai sekutu dan teman kelas, ia cukup paham pesan tersirat dari ketua OSIS. Yang sulit hanya menemukan sekutu idealnya. Ia terlalu perfeksionis dan pemilih hingga beranggapan hanya ada kemungkinan 0,0001% untuk menemukan sekutu yang cocok.

"Hai! Boleh ajak lo ngomong sebentar?" Murid laki-laki berambut agak kecokelatan dengan wajah tampan berdiri di dekatnya.

Ia menatap sinis lelaki itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bukan karena sensi, ini hanya bentuk siaga pertahanan terhadap orang asing yang tidak dikenalnya. Ia benci berinteraksi dengan orang yang tidak jelas. Menyebalkan jika harus berbicara hal bodoh pada orang lain.

"Gue Kevin. Lo pasti kenal sama gue." Kevin terkekeh, cukup percaya diri bahwa dirinya patut dikenal oleh murid seantero sekolah.

"Gue nggak kenal," jawaban yang cukup berani sampai membuat wajah ramah Kevin berubah keki.

"Kalau gitu cukup tau gue sebagai Kevin." Kevin berusaha tersenyum sekalipun sebenarnya ia ingin memaki. Sebagai pencari partner yang menguntungkan, komunikasi dan keramahan adalah yang diutamakan.

"Mau lo apa?" Dia berdecak kesal, waktu sendirinya diganggu.

"Lo nggak berniat memperkenalkan diri sebagai bentuk timbal balik?" Sekarang Kevin tersenyum menggoda, justru tampak konyol di mata gadis yang sedang duduk itu.

"Gue yakin lo nggak sebego itu nyamperin tanpa tau siapa gue. Kecuali lo cuma cowok bego yang suka nyamperin cewek cantik yang lagi duduk sendirian buat dimintain kenalan atau nomor hp." Akan lebih bagus jika ia menyindir sambil tersenyum. Namun ekspresi dingin yang berpadu dengan kata-kata menyakitkan dari bibirnya adalah serangan paling mematikan.

Kevin cukup tersinggung, dirinya dianggap rendah dan bodoh. Ia menyesal sudah menghampiri gadis ini. "Lo Naomi, kan?"

"Tujuan lo?" Naomi memejamkan mata sejenak. Malas mendengar basa-basi.

"Gue mau ajak lo gabung jadi sekutu. Karena gue cukup percaya diri bisa membangun sekutu paling kuat seangkatan kita, bahkan paling kuat di Imperium School." Kevin menyeringai penuh kepercayaan diri.

Naomi berdiri dari duduknya. Ia melihat jam tangannya. "Waktu 10 menit gue terbuang sia-sia." Naomi menatap datar Kevin. "Cuma di dalam mimpi, gue nerima tawaran dari lo." Lalu ia melangkah melewati Kevin.

Kevin membeku diperlakukan seperti ini. Pertama kalinya ada yang berani merendahkannya. Terlebih lagi yang merendahkan dirinya adalah seorang gadis.

"Ternyata dia benar-benar Cleopatra. Cantik dan mematikan." Kevin tersenyum lebar. Gembira melihat sosok Naomi yang bisa dijadikan mainan dikala senggang.

Hal yang paling dibenci oleh Naomi adalah diganggu saat dirinya sedang menikmati waktu sendiri. Jika ditanya kapan waktu yang tepat untuk mengganggunya? Maka jawabannya tidak ada. Karena ia lebih suka seorang diri. Benci dengan keramaian, benci mendengar obrolan yang menyebalkan.

Gara-gara Kevin, mood Naomi jadi hancur. Kevin orang kesekian yang menawarinya menjadi sekutu. Baginya bukan hal sulit mendapatkan sekutu. Ia tidak perlu bersusah payah mencari dan memperebutkan orang lain. Dirinya lah yang akan didatangi dan diperebutkan. Karena dirinya bisa sangat berguna.

The King : Battle of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang