"Nggak mau."
Kalimat singkat itu terlontar dari bibir Kanyasa setelah Mahesa menawarinya menjadi sekutu.
"Hah?" Mahesa tercengang dengan bibir terbuka.
Bukan hanya Mahesa yang tercengang, Floella dan Arjuna sama tercengangnya. Begitu mudah Kanyasa menjawab tanpa berpikir terlebih dulu.
Berbeda dengan yang lainnya, Hiro mampu mempertahankan ekspresinya yang tenang, tidak terkejut oleh jawaban Kanyasa. Sedangkan Naomi justru tersenyum sinis, tebakannya benar. Tidak semudah membalikan telapak tangan untuk membuat Kanyasa bergabung.
Arjuna yang sumbunya sangat pendek merasa geram oleh penolakan dari Kanyasa. Ingin menyuarakan aksi protes, sayangnya tidak pernah bisa ia lakukan. Sebab Hiro yang berdiri di sampingnya langsung membungkam mulutnya. Jangan sampai kejadian di laboratorium terulang lagi, sudah cukup Arjuna membuat orang lain kesal.
Semua bermula dari beberapa menit yang lalu. Mereka keluar dari ruang laboratorium untuk mencari sosok Kanyasa. Berjalan menelusuri sekolah, akhirnya mereka menemukan Kanyasa berada di kantin bersama gengnya yang cukup terkenal. Floella dijadikan umpan untuk memanggil Kanyasa lantaran hanya Floella satu-satunya yang mengenal gadis itu. Alasan lainnya dikarenakan Kanyasa sebelas dua belas dengan Naomi, memiliki sikap angkuh dan sombong. Seandainya orang lain yang menghampiri Kanyasa dan meminta waktunya sejenak, belum tentu ia bersedia memberikannya. Paling parah ia akan menggerakkan teman satu geng untuk membully orang asing yang berani mengajaknya bicara.
Beruntung Kanyasa yang mengenal Floella bersedia memisahkan diri dari gengnya dan mengobrol di dekat anak tangga yang sepi bersama yang lain.
Kanyasa melanjutkan perkataannya yang sempat terjeda dikarenakan respon pihak lawan bicara. "Gue nggak butuh sekutu. Gue dan Nata udah cukup jadi sekutu itu sendiri." Ia melipat kedua tangan, menatap angkuh lawan bicaranya, Mahesa.
Sifat dan sikap Kanyasa mungkin mirip dengan Naomi. Namun tetap ada beberapa hal yang berbeda diantara keduanya. Naomi tipe gadis yang dingin, ketus, dan cerdas. Berbeda dengan Kanyasa, si gadis berambut sebahu agak panjang sedikit, ujungnya blonde dengan kulit tidak terlalu putih, hidung mancung, memiliki sifat ceria, bebas, agak tomboi, cuek, dan asal ceplos ketika bicara.
Kanyasa melirik Floella yang tertunduk murung, ia hampiri dan lekas merangkulnya. "Tapi, kalau Flo mau satu tim sama gue dan Nata boleh kok. Kita bertiga bakal jadi tim yang kompak." Kanyasa terkekeh, memperlakukan Floella seperti adik kecil kesayangannya.
"Eh?" Floella terkejut oleh perkataan Kanyasa, melirik tidak enak hati teman-teman sekutunya. "Aku... aku...." Floella tidak mau memberi penolakan pada Kanyasa, tetapi juga tidak bisa menerima tawarannya.
"Kenapa? Lo lebih suka satu tim sama mereka?" Kanyasa menatap kecewa Floella.
"Pilihannya cuma lo masuk ke tim kita. Bukan Flo yang pindah ke tim lo," Naomi yang sejak tadi berniat hanya sekadar mengamati jadi buka suara lantaran tidak senang oleh sikap Kanyasa yang tidak menghargai keberadaan orang lain kecuali Floella.
Kanyasa menatap tajam Naomi, tidak senang mendengar interupsi darinya. Meski tidak saling mengenal secara resmi, Kanyasa mengetahui siapa Naomi. Murid peraih nilai tertinggi ujian masuk Imperiun School dan dikenal dengan julukan Cleopatra.
"Kenapa seorang Cleopatra butuh rekan? Atau sebenernya julukan itu cuma omong kosong?" Kanyasa melontarkan sarkas, juga smirk.
Sebelum Naomi meladeni sarkas dari Kanyasa, Hiro sudah memegang tangan gadis itu terlebih dulu supaya tidak mendekati Kanyasa. Mahesa pun bergerak spontan berdiri di depan Naomi, memutus saling tatap di antara kedua belah pihak yang siap berperang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Battle of Imperium School
Ficção AdolescenteImperium School bukan sekadar sekolah biasa, bukan sekadar tempat mencari ilmu melalui mata pelajaran, tetapi Imperium School lebih 'liar' daripada itu. Karena di sini, setiap kelas harus siap bertarung, merangkak naik ke piramida atas, ke tempat bi...