"Oh, ya? Kalau disuruh pilih salah satu?" Zennaya belum ingin berhenti bertanya.
Kanyasa melirik para siswi yang satu kubu dengannya, juga melirik ke arah lapangan di mana pertandingan sudah dimulai. Kemudian sorot matanya kembali pada sosok Zennaya yang tersenyum menunggu jawaban. "Hesa. Menurut gue, Hesa mungkin bisa jadi ketua kelas yang baik." Kanyasa menatap teman satu kubu netral dengannya. "Kalian bayangin aja, Nao yang susah diajak jadi sekutu ngedukung Hesa. Ajun yang punya kemampuan olahraga juga ngedukung Hesa. Itu artinya Hesa sosok yang berpengaruh dan bisa diandelin sampai murid berpengaruh kayak mereka mau jadi rekannya, kan?"
Kanyasa sedang mengobral keuntungan berada di pihak Mahesa, mencari dukungan dari siswi kubu netral. Membawa nama Naomi dan Arjuna yang memang sudah cukup terkenal di kalangan kelas 10 atas keahlian mereka di bidang tertentu.
"Lagian cara Danu juga bagus. Hesa bisa jadi ketua kelas, tapi kalau dia ketua kelas yang buruk, kita bisa ganti saat itu juga. Jadi nggak ada yang rugi, kan? Kelas juga bakal tetap kondusif," Kanyasa masih berpidato mengenai keuntungan memilih Mahesa, meyakinkan siswi di kubu netral jika Mahesa adalah pilihan yang tepat.
"Kanya benar."
"Iya, gue juga setuju."
"Hesa bisa buat Nao sama Ajun jadi pendukungnya. Berarti Hesa orang yang bisa diandelin."
"Lagi pula kita bisa berhentiin Hesa kalau gagal jadi ketua kelas."
"Kita bisa coba jadiin Hesa ketua kelas."
"Gue setuju sama pendapat Kanya."
Para siswi yang berada di kubu netral mulai menunjukkan perubahan pilihan mereka, kini semakin condong ke arah Mahesa. Kanyasa yang berhasil mendapat dukungan dari mereka tersenyum senang dan mulai berkata manis menyambut dukungan mereka.
Zennaya yang memperhatikan siswi-siswi kelas 10-5 tersenyum puas. "Menarik," gumamnya.
👑👑👑
Floella kesulitan melepas pandangan dari murid kelas 12 yang ada di tribun bangku penonton depannya. Ia juga penasaran ketika salah seorang dari murid kelas 12 berbicara pada Kanyasa. Penasaran tentang apa yang mereka bicarakan.
"Nao, kenapa kelas 12 ada di sini?" tanya Floella berbisik. Sekalipun tahu mereka tidak akan mendengar, tetap saja Floella terlalu takut bertanya terang-terangan.
Naomi melirik Floella di sampingnya, melirik juga murid-murid kelas 12. "Ada beritanya di Imperium Kingdom kalau kelas kita mau ngadain pertandingan buat ngerebutin kursi ketua kelas. Mungkin mereka penasaran makanya dateng ke sini." Naomi meluruskan pandangan ke arah lapangan.
Dua tim di lapangan sudah memulai pertandingan dengan Gilvano sebagai wasit. Bola basket sedang berada di tangan Shaka. Begitu lincah men-dribble bola seraya berlari maju ke wilayah lawan. Shaka melempar bola ke teman satu timnya. Sebelum teman satu tim Shaka mengoper bola ke teman timnya yang lain, Hiro sudah mencuri bola yang masih melayang di udara. Mendapat bola, Hiro melemparnya ke Nataraja. Nataraja men-dribble bola sampai melewati tengah lapangan wilayah tim Shaka, yang lalu ia dihadang oleh lawan. Mahesa berlari ke arahnya diekori oleh satu lawan.
"Nata!" teriak Mahesa.
Nataraja menoleh, bersiap melempar bola tepat ketika Mahesa sudah memasang posisi menerima bola. Tetapi ia justru melempar ke belakang di mana disambut begitu mudah oleh Arjuna.
Tanpa banyak pergerakan, dari luar tiga garis Arjuna melempar bola dan semuanya menatap ke arah ring menunggu bola yang melayang di udara. Diantara mereka berharap bola masuk, ada juga yang berharap bola tidak masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Battle of Imperium School
Ficção AdolescenteImperium School bukan sekadar sekolah biasa, bukan sekadar tempat mencari ilmu melalui mata pelajaran, tetapi Imperium School lebih 'liar' daripada itu. Karena di sini, setiap kelas harus siap bertarung, merangkak naik ke piramida atas, ke tempat bi...