BAB 22 : THE WILD BATTLE (1)

1.1K 258 55
                                    

Mahesa menghentikan langkah menyusuri koridor lantai dua ketika sebuah notifikasi terdengar. Ia merogoh saku, menarik ponsel keluar di mana pada bilah notifikasi ada nama grup asing, baru pertama ia lihat.

Imperium Leader of The Class

“Pertemuan?” gumam Mahesa, membaca chat grup.

Hiro yang tak jauh di belakang Mahesa, setelah pergi ke toilet dulu, menatap penuh tanya kenapa temannya berhenti di tengah jalan. Maka untuk mendapatkan jawaban, Hiro semakin mengikis jarak antara dirinya dengan Mahesa. Namun setelah berdiri di dekatnya, Hiro justru harus puas dijejalkan tas oleh Mahesa.

“Nitip. Taruh di kursi gue, Ro," titah Mahesa menunjukkan cengiran.

“Ke mana?” tanya Hiro dengan ekspresi seakan tidak minat bertanya.

Mahesa to the point dengan menunjukan layar ponselnya pada Hiro, di mana informasi dari ketua OSIS termuat dalam grup para leader kelas, ada pertemuan perdana hari ini.

“Sekarang?” Hiro mengalihkan fokus pada Mahesa.

Yang ditanya mematikan ponsel sebelum dimasukan kembali ke dalam saku celana. Disusul anggukan menjawab pertanyaan Hiro. “Iya. Katanya gue bisa izin kelas pagi. Nggak lama kayaknya, sekitar tiga puluh menitan paling cepet.”

“Oke,” pungkas Hiro.

"Kalau gitu, gue duluan, Ro!"

Hiro memperhatikan langkah Mahesa yang membawanya putar arah kembali menuruni tangga, di mana ruang OSIS berada di gedung utama, tepatnya di lantai tiga. Diikuti beberapa leader dari kelas lain yang baru menapak pada undakan tangga lantai dua gedung ini.

Hiro melanjutkan langkah dengan tas Mahesa sebagai beban tambahan di tangan kanan, masuk ke dalam kelas 10-5 yang sudah berisik di pagi hari. Hiro duduk di meja dan menaruh tas Mahesa di kursi sampingnya. Beberapa orang tidak menyadari jika Hiro yang biasanya datang bersama Mahesa kali ini hanya dengan tas temannya saja, dan salah satu yang menyadari adalah orang di meja depan, Naomi.

“Temen lo ke mana?” tanya Naomi.

Hiro melirik Naomi yang sepertinya tengah fokus membaca buku. Basa-basi? Bukan Naomi sekali.

“Penasaran?”

Jawaban menyebalkan Hiro ditambah ekspresi datarnya membuat rasa kesal Naomi di pagi ini sukses semakin menjadi. “Menjijikan,” tak lagi-lagi ia berusaha ramah dengan bertanya pada Hiro. 

Lagipula, apa-apaan dengan dirinya barusan? Naomi bergidik sendiri.

Mendengar hinaan Naomi, satu ujung bibir Hiro terangkat puas. Sebelum suara Arjuna menginterupsinya dari meja belakang.

"Woi, Ro! Anjir tuh temen lo si Nata nggak mau bagi contekan tugas ke gue," adu Arjuna sudah duduk di kursi samping Hiro yang kosong, tempat Mahesa. Sedangkan si oknum yang sedang dibicarakan nampak tidak terdistraksi, baru saja duduk di kursinya.

"Jadi?" tanya Hiro.

Arjuna nyengir. Melanjutkan kalimat Hiro. "Jadi… gue mau nyontek sama lo. Gue lupa anjir ada pelajaran Bu Halda, gue males disuruh bersihin WC."

Dengusan sinis Naomi membuat kepala Arjuna seketika menoleh.

"Napa lo?" serang Arjuna. Jika berhadapan dengan Naomi ia tidak pernah bisa santai. Karena sikap dan kata-katanya selalu…

"Punya otak pake. Jangan cuma dijadiin pajangan, idiot."

... tajam dan menyakitkan.

"Sumpah! Kalau lo kena santet jangan salahin gue. Salahin diri lo yang nyebelin banget!"

The King : Battle of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang