Khail duduk tenang di luar ring tinju, bersebelahan dengan Zennaya dan Namiera. Senyum ketiganya tidak luntur menyaksikan pertandingan antara Fabil dan Gilvano di dalam ring. Pertandingan yang sengit. Tidak hanya menggunakan jurus bela diri tinju, keduanya juga memakai jurus taekwondo dan jenis jurus dari beberapa cabang bela diri lainnya. Ini bukan pertandingan resmi atau pertandingan yang memiliki aturan ketat. Ini merupakan pertandingan bertahan paling lama untuk berdiri, mencari kemenangan tanpa peduli dengan apa harus meraih kemenangan tersebut.
Ardyaz baru saja memasuki ruang olahraga tinju dengan iPad di genggaman. Semula, pandangannya teralih ke dalam ring di mana Gilvano sedang duduk bersandar pada pembatas ring. Napas Gilvano terengah dengan wajah babak belur dan ujung bibir berdarah. Sedangkan Fabil masih berdiri sekalipun napasnya tak kalah tersengal dan membungkuk lantaran kehabisan tenaga. Melihat pemandangan tersebut, Ardyaz tersenyum kecil. Pemandangan yang indah untuknya yang beberapa hari lalu kalah telak dari Gilvano
Jika diurutkan sesuai kekuatan, di urutan pertama pilar Hetairoi ada Khail, Zennaya, Namiera, Fabil, Gilvano, Ardyaz, dan terakhir Glisa. Sekalipun Fabil ketua OSIS yang jarang terjun langsung dalam battle, namun kemampuan bela dirinya tidak bisa diremehkan, itu juga alasan Khail menunjuk Fabil menjadi ketua OSIS.
"Khail." Ardyaz sampai di belakang Khail yang duduk diapit Zennaya dan Namiera.
Khail menoleh. "Iya?"
"Legion kayaknya lagi kacau. Semua muridnya lagi sibuk nyari pengkhianat kelas mereka," jelas Ardyaz.
"Oh? Terus gimana? Mereka saling tuduh?" Zennaya sudah duduk menghadap belakang, menatap Ardyaz dengan senyuman lebar penuh semangat.
"Iya. Mereka saling tuduh. Mempengaruhi hubungan antar murid sampe jadi renggang. Dan murid yang tadinya berkelompok sekarang kelihatannya lebih milih sendiri." Ardyaz melirik sekilas ke arah ring tinju. Glisa berjongkok di depan Gilvano yang masih belum bisa memperlambat tempo napasnya.
"Terus gimana para pilarnya?" tanya Namiera yang juga sudah menoleh ke belakang.
"Udah jelas mereka, para pilar Legion yang menciptakan keadaan kacau kelasnya sendiri. Mereka sengaja buat semua murid di kelas mereka saling tuduh," sahut Zennaya.
"Menggunakan sistem tahun 65 dimana banyak korban atas fitnah yang nggak berdasar," timpal Khail.
"Bukannya mereka bodoh gunain cara kayak gitu? Dan menurut gue juga kenapa nggak langsung keluarin pengkhianat aja? Kenapa harus susah payah nge-DO Raska duluan?" Ardyaz tersenyum mengejek.
Khail kembali menghadap lurus ke depan, pada ring tinju. Gilvano sudah kembali berdiri dan siap berhadapan lagi dengan Fabil untuk ronde selanjutnya. "Itu cara paling jenius," katanya.
"Kenapa?" tanya Namiera penasaran, sedikit memajukan tubuh hingga duduk di ujung bangku demi bisa melihat Khail lebih jelas.
"Taktik pemburuan," Zennaya yang justru menjawab.
"Sejak awal dia udah nentuin siapa yang dia buru. Tapi dia mau mempermainkan buruannya dulu. Gimana caranya? Menciptakan rasa takut dan gelisah, membuat buruannya sadar kalau cepat atau lambat bakal diburu. Si pengkhianat ibarat buruan dan Raska adalah pancingan yang dia buat. Begitu cara pemburu bersenang-senang sama buruannya." Khail menaruh kaki kanan di atas paha kaki kirinya, lalu tangannya menopang dagu dengan tubuh agak membungkuk.
"Sengaja milih ngeluarin Raska duluan buat mendatangkan rasa gelisah dan takut ke si pengkhianat. Dan juga buat dapetin rasa puas setelah mempermainkan si pengkhianat. Itu yang dia pikirkan. Iya kan, Khail?" tanya Zennaya mencari validasi.
Khail tersenyum. "Begitu cara dia bersenang-senang. Dan sistem 65 juga ampuh buat mutus niat berkhianat murid lain," lanjut Khail.
"Sama artinya dia ngancem murid kelasnya kalau mereka nggak bakal bisa berkhianat atau menyembunyikan sesuatu, karena mereka bakal selalu dicurigai sama murid lain," Ardyaz menarik kesimpulan demikian.
"Sistem 65 bakal mengecoh si pengkhianat, sekaligus membuka apa aja yang disembunyiin murid lain di kelasnya. Anggap aja semacam pembersihan hama," timpal Zennaya.
"Kita bakal diem aja, Khail? Bisa jadi mereka ngebahayain Hetairoi ke depannya," mendengar penjelasan dari Khail dan Zennaya, sedikit mendatangkan kecemasan di hati Ardyaz.
"Dyaz, nggak usah khawatir. Mereka lagi mendaki garis final. Sedangkan kita udah duduk di luar garis final. Nggak perlu buru-buru, tunggu mereka sampe dulu," Zennaya memberikan semangat melalui kata-kata dan juga senyumnya.
Di dalan ring, pertandingan antara Gilvano berhenti lagi setelah berlangsung sebelas ronde. Dari sebelas pertandingan, Gilvano kalah sebanyak tujuh kali. Kini, lagi-lagi ia harus terduduk di lantai dengan napas yang sangat sakit. Padahal diawal Gilvano cukup hebat seolah akan jadi pemenang. Namun, faktanya Fabil merupakan petarung yang membutuhkan waktu untuk menyesuaikan ritme lawan hingga menciptakan kemenangan dan Gilvano yang merupakan petarung sekuat tenaga sejak awal jelas langsung kalah telak di menit-menit terakhir.
"Kalau emang kalah, kalah aja. Dan cepetan keluar dari ring. Bukan cuma lo yang mau latihan, budaknya kelas 10," sarkas Glisa yang berjongkok di depan Gilvano dengan ekspresi bosan.
"Berisik lo! Gue masih bisa." Gilvano yang anti dengan kekalahan berusaha bangkit.
"Gil, lo keluar biar bisa diobatin sama Nami. Selanjutnya Glisa lawan Zenna," putus Khail yang merasa Gilvano sudah kalah telak.
"Khail, gue masih bisa—" Glisa membekap mulut Gilvano dengan handuk kecil.
"Nggak usah kayak anak kecil!" kata Glisa kesal.
Namiera sudah berdiri di sekat ring. "Gil, lo bisa keluar atau butuh bantuan gue?" tanyanya khawatir.
Gilvano berdecak kesal, tidak terima dengan kekalahannya. "Gue bisa sendiri!" pekiknya emosi. Berdiri dengan langkah sempoyongan.
____________________________
BAB INI BISA DIBACA DI AKUN WATTPAD palupiii07 DENGAN JUDUL YANG SAMA.
THE KING : BATTLE OF IMPERIUM SCHOOL
UPDATE SETIAP MALAM MINGGU & SENIN
Buat dapetin info seputar cerita The King follow Instagram
@theking.universe
@palupiii07
@__andryuu
@andryustories.ofcJangan lupa tinggalkan vote dan comment❤️🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
The King : Battle of Imperium School
Novela JuvenilImperium School bukan sekadar sekolah biasa, bukan sekadar tempat mencari ilmu melalui mata pelajaran, tetapi Imperium School lebih 'liar' daripada itu. Karena di sini, setiap kelas harus siap bertarung, merangkak naik ke piramida atas, ke tempat bi...