12☀️

1.6K 172 5
                                    

.

.

.

|Happy reading..
|Sorry for typo.

.

.

.
Pagi-pagi sekitar pukul 8, Yuta menjemput Haechan dirumahnya sesuai perintah Johnny, ia akan menjadi wali Haechan disana, tidak merepotkan sama sekali juga, Yuta malah senang dengan itu, dia tidak perlu pusing dengan urusan kantor, disekolah Haechan ia hanya akan duduk dan diberi konsumsi pula. Nikmatnya dunia.

"Semangat Haechan!! Nanti Uncle duduk deket mejanya kamu, jadi waktu istirahat nggak bingung"

Yuta selalu memberi semangat pada Haechan, tadi ia sempat kesal dan ingin menangis saat membaca pesan dari Papanya, karena tidak bisa pulang hari ini dan digantikan oleh Uncle Yuta saja, tapi sudah biasa juga kan?

"Yasudah Uncle, Echan kesana dulu ya....pai-pai" Haechan meninggalkan Yuta dengan senyuman serta lambaian tangannya.

Setelah 2 jam lamanya, Haechan akhirnya menghampiri Yuta kembali dengan alasan bosan dan tidak ada yang mengajaknya bicara, ia bisa akrab kok dengan orang, tapi orang itu harus terlebih dahulu berbicara padanya.

Yuta juga memberikan roti yang tadi pagi ia beli di minimarket dekat rumah Haechan. "Chan"

"Hah?" Haechan menoleh pada Yuta disebelahnya, lumayan banyak orang disini, bahkan pipi Haechan jadi sasaran kegemasan para ibu-ibu dari wali siswa sekolah lain.

"Kamu disuruh Johnny potong rambut" Yuta memperlihatkan layar hpnya yang berisi percakapannya dengan Johnny.

Tadi Yuta mengirimi foto Haechan yang ia ambil tadi pada Johnny, kemudian Johnny berkomentar jika rambut sang anak sudah mulai panjang, jadi ia mau Yuta mengantar Haechan ke salon untuk memangkas sedikit rambutnya.

"Tapi kan gak panjang banget ini rambutnya, kenapa disuruh potong?"

"Kata papamu sudah panjang, jadi disuruh memotongnya sedikit agar rapi"

Haechan mencebikkan bibirnya, pertanda ia sedang sebal saat ini. "Lalu kapan Papa akan pulang?"

"Dia tidak memberi tahu Uncle, tapi kemungkinan besok atau tidak begitu lusa"

Haechan itu kangen dengan papanya. Kangen. Walaupun sudah terbiasa sendirian tapi kangen kan juga wajar dalam hubungan, apalagi sepasang ayah dan anak, Haechan pula sudah tidak memiliki ibu jadi ia selalu mengandalkan Johnny dalam hal apapun.

"Kenapa?" Tanya Yuta. Dirasa dari tadi anak itu hanya diam dan melamun, lalu dilihatnya mata dan hidung anak itu sudah memerah.

"Echan kangen Papa masa" Haechan memeluk Yuta dengan tiba-tiba.

Yuta yang terkejut itu hanya mengelus punggung Haechan, lalu terdengar isakan kecil disela-selanya.

"Heh!! Kok nangis" Yuta melepaskan pelukannya dari Haechan dan menatap anak itu.

"Echan kangen Papa" ucap anak itu seraya menghapus jejak air matanya.

"Udah ah, Echan balik dulu gih kesana, tinggal berapa soal lagi?" Yuta mengelap mata Haechan dengan tisu yang tersedia didepannya.

"Ini kertas terakhir habis itu udah"

"Kok banyak banget?"

"Ngga tau, sekarang soalnya banyak banget"

"Yasudah, sekarang kembali ke meja"

Saat Haechan hendak berbalik, ia terkejut karena seseorang yang mencubit pipinya dengan gemas. "Ahh gemasnyaaaa"

ᴍʏ ʟɪᴛᴛʟᴇ ꜱᴜɴ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang