30☀️

1K 111 3
                                    

𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔
.
.
.
.

Disinilah Johnny, berada dikamar putra semata wayangnya.

Dirinya duduk bersandar headboard bad dengan Haechan dipangkuannya, Johnny mendekap erat tubuh kecil putranya.

Keadaan Haechan membaik walaupun masih lemas dan masih harus menggunakan nasal cannula yang terpasang apik di hidungnya.

Haechan bahkan sudah protes kepada Taeyong, tapi nihil hasilnya karena Taeyong tau jika nafas Haechan masih berat, mau tidak mau ya harus dipakai.

Apalagi Haechan yang baru saja muntah disertai mimisan.

"Papa ambil air hangat dulu ya?"

Haechan menggeleng, Johnny yang merasakan pelukannya mengerat itu hanya bisa menghela nafas.

"Mau Jeno..." Lirih Haechan, bahkan hampir tidak terdengar.

"Ha? Apa? Azel mau Jeno?" Haechan mengangguk dalam pelukan Johnny.

"Papa telfonkan sebentar ya?" Lagi-lagi Haechan mengangguk.

"Cuma Jeno kah? Lainnya enggak?" Anak itu menggelengkan kepalanya.

"Jeno aja~"

Tak lama sambungan telepon Johnny diangkat oleh Jeno.

"Jeno bisa kesini? Haechan cari Jeno"

"Jeno longgar sih, kalau gitu Jeno kesitu deh"

"Iya, terimakasih ya Jeno"

Begitulah potongan percakapan antara Johnny dan Jeno yang Haechan dengar.

Johnny meletakkan ponselnya diatas nakas lalu menyelipkan rambut Haechan yang sedikit panjang ke belakang telinga anak itu.

"Adek potong rambut ya? Udah panjang nih, mau nutupin telinga"

Haechan menolaknya dengan gelengan.

"Gini aja bagus, potongnya juga kapan-kapan aja, boleh ya?"

Haduuuhhh rasanya Johnny ingin mendekap Haechan seharian dibawah selimut, kenapa anaknya lucu sekali sih.

Padahal kata Olivia dan Vincent dirinya seperti bison karena wajahnya yang garang itu, berbeda dengan buntutnya yang mendominasi wajah lucu, jadi kerabat-kerabat Johnny mengatakan jika Haechan itu Johnny versi travel size.

Haechan memang layak dijuluki 'Birn to be cute' dengan wajahnya yang tampak manis, tampan dan menggemaskan secara bersamaan.

Jika bernostalgia, Johnny paling mengingat saat istrinya dulu melahirkan putra mereka, suster mengira bayinya adalah bayi perempuan padahal jelas-jelas bedong Haechan dulu berwarna biru.

Johnny mencium kedua pipi anaknya dengan gemas.

"Papa jangan cium-cium ah, adek bau obat, enggak enak nanti baunya"

Johnny justru menghirup aroma dari ceruk leher putranya. "Kata siapa bau obat? Wangi bayi banget ini padahal anak Papa udah gede tapi wangi bayinya masih nempel"

Haechan sedikit tersenyum dengan itu. "Kan Papa yang selalu beliin aku set alat mandi punya baby, terus minyak telon berkardus-kardus"

"Halah kamu tanpa minyak telon juga gak bisa tidur nantinya"

Tawa Haechan terdengar lebih riang. "Nah itu Papa tau"

"Duh nak, kamu kenapa gemes banget siihh" Johnny mencium seluruh wajah putranya lalu mendekapnya dengan lebih erat hingga Haechan memberontak kegelian.

ᴍʏ ʟɪᴛᴛʟᴇ ꜱᴜɴ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang