Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
૮₍´start'₎ა
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"YEDAM, tolong aku ini sangat berat." Doyoung sang suami meminta tolong.
"Apakah ikan besar? Kita akan kaya." Yedam dengan sigap langsung membantu suaminya mengangkat jaring ikan.
"Eoh? Apa ini?" mereka berdua kebingungan, bukannya ikan yang didapat melainkan seorang manusia.
"Hei bangunlah, bangun!" Yedam membangun orang tersebut dengan memukul-mukul pipinya.
uhuk, uhuk, uhuk.
Hanya air yang keluar dari mulut pemuda itu, tangannya dengan refleks langsung membersihkan mulutnya. "Ini dimana?"
Pemuda itu langsung mendirikan tubuhnya yang membuat perahu Doyoung juga Yedam sedikit tergoncang.
"Ya! Sebaiknya pelan-pelan." Doyoung memperingati, kalau mereka tenggelam dan mati bagaimana?
"Namamu siapa?" Yedam menghampiri dan memberikan kain untuk dilampirkan kepada pemuda itu.
"Haruto, kenapa aku bisa ada ditengah laut begini?" yang Haruto ingat dirinya jatuh ketanah bukan kedalam laut.
"Kita juga tidak tau, kita menemukanmu disini. Duduklah." Haruto duduk diantara ikan-ikan yang ada.
"Doyoung, sebaiknya kita akhiri dulu mencari ikannya, ini sudah cukup."
Doyoung melihat ikan-ikan yang tertata rapi dan ada juga yang dibiarkan berserakan dengan jaring-jaring yang sudah terbuka karena mereka mengeluarkan Haruto.
"Suruh dia membantu kita."
Yedam menatap sinis Doyoung, tidak lihat kah Haruto kedinginan?
Perahu diarahkan untuk kembali ke rumah mereka berdua, hanya rumah minimalis didekat pantai karena mereka adalah seorang nelayan.
"Maaf rumahnya tidak terlalu besar." Doyoung merasa tidak enak hati untuk memperlihatkan isi rumahnya yang terkesan biasa saja.
Haruto menggeleng pelan, "aku seharusnya berterimakasih kepada kalian karena menyelamatkanku."
Yedam berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga, ikan kecap manis.
"Kamu mandi dulu sana, nanti aku siapkan bajunya." Doyoung menunjukkan kamar mandi yang ada dirumah nya.
Haruto telah selesai dan duduk dimeja makan, dia memakai baju yang sedikit sempit itu dan celana pas.
"Untung saja celananya pas, besok kita akan beli baju dan celana untuk kamu."
Haruto merasa jadi tidak enak, kenapa dia jadi serasa tidak tau diuntung.
"Cobalah, buatan istriku sangat enak."
Yedam menyenggol bahu Doyoung karena merasa malu akan pujian itu, lidah Doyoung dan Haruto itu berbeda.
Haruto menyuapi mulutnya dengan ikan kecap manis itu, terdiam sesaat membuat nafas dua orang yang menunggu tercekat.
"Wah ini enak sekali, paman!" Mereka berdua yang mendengar langsung mengelus dada, syukur.
"Bagus kalau begitu, tapi kita tidak setua itu untuk dipanggil paman tau!" Adu Doyoung, mukanya baby face begini masa tua?
"Lalu aku harus memanggilmu apa?" Tanya Haruto heran.
"Panggil kita bunda dan ayah!" Yedam meminta. "Yedam, jangan seperti itu. Dia akan merasa tidak nyaman." Doyoung memegang tangan istrinya dengan erat.
Haruto melihat itu, "b—baiklah, aku akan memanggil seperti itu."
"Terimakasih Haruto!" Yedam tersenyum senang.
Acara makan telah berakhir beberapa menit yang lalu, Doyoung mengajak Haruto untuk keluar sebentar.
"Maafkan istriku, kamu tidak perlu memanggil kita seperti itu." Doyoung menatap Haruto penuh sesal.
"Tidak apa-apa, aku hanya sementara disini."
"Sebaiknya kau tidur sana, sudah mulai malam."
Suasana di dekat pantai sangat sunyi daripada daerah tempatnya tinggal. Haruto tidur di karpet karena tidak mungkin tidur bertiga dengan sepasang suami-istri yang sekarang malah menjadi orang tua angkatnya.
૮₍´tbc'₎ა
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.