Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haruto, Asahi, Jeongwoo serta Jaehyuk berada dalam ruangan tersebut. Kalian pasti bingung kenapa ada Jeongwoo dan Jaehyuk, itu karena saat Asahi mendatangi rumah Jeongwoo, Haruto sedang bermain bersama mereka. Asahi sejujurnya yang mengajak, basa-basi. Tapi memang pada dasarnya tidak peka, jadi mereka ikut.
Sekarang mereka lesehan di lantai, dengan saling berhadapan. Jangan lupakan Hikun yang selalu ikut bersama mereka, seperti mengawasi.
"Ada yang kalian ketahui tentang diriku?" Pertanyaan dimulai dari Asahi yang benar-benar sudah penasaran dengan dirinya sendiri di masa lalu.
Jeongwoo menyikut lengan Jaehyuk, membuat Jaehyuk menatap sinis kearahnya, kalau Asahi tidak suka akan jawabannya dan dirinya dihukum bagaimana?
"Aku mohon, kasih tau apapun itu, Haruto, kau tau apa maksud ini?" Asahi menyodorkan buku diary-nya, membuat Haruto memandang tidak tau kearahnya.
"Maaf yang mulia, aku tidak tau."
"Bisakah kalian tidak memanggilku seperti itu? Panggil saja aku Asahi." Suruhnya dengan kesal.
Haruto terlalu larut dalam maksud buku diary tersebut, "Yang–, Asahi, kau mendengar suara juga?"
Asahi hanya mampu terdiam, apa dia harus jawab saat ini juga?
"Waktu di taman, kau mendengar suara kan? Travis?" Asahi mengangguk pelan, "Kenapa kau bisa tau?"
"Kenapa aku harus masuk kedalam ini semua?" Bukannya menjawab, Haruto malah balik bertanya, Asahi sendiri tidak tau kenapa dia malah memanggil Haruto, karena memang itu yang selalu hatinya teriakkan.
Mendapati gelengan dari Asahi, Haruto membuang nafas kasar. "Maaf, kalian boleh keluar... biar aku sendiri yang mengurus ini..." Setelahnya, mereka bertiga keluar meninggalkan Asahi yang terdiam di tempatnya semula, sebelum akhirnya seorang pelayan memanggil dirinya untuk beristirahat.
–i feel you–
"Bunda, Jeongwoo mau nanya."
Rose, yang sedang memotong sayuran menghentikan kegiatannya sejenak, memang putra kesayangannya, "Haruto di mana?" Jeongwoo menjawab bahwa Haruto sekarang berada di kamarnya mengobrol dengan kupu-kupu putih tersebut.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Rose duduk di kursi makan mereka, sepertinya kali ini anaknya benar-benar ingin bertanya hal serius.
"Pangeran ke II mempunyai sahabat yang hilangkan?" Jeongwoo langsung bertanya to the point.
"Maksudmu seorang yang dicintai nya?" Niatnya ingin membuat Rose terkejut, kenapa jadi dirinya sendiri yang terkejut mendengar pertanyaan bundanya.
"Maksud bunda?"
"Makanya jangan terlalu sering menginap di tempat ayahmu sampai lupa waktu dan menjadi jarang pulang."
Kenapa jadi Jeongwoo dimarahi?
"Kau lupa bahwa bunda mu ini sahabat dari Yang Mulia Ratu Jisoo?" Baiklah, lagi-lagi Jeongwoo terkejut, apakah ia benar-benar mengenal bundanya?
"..."
"Benar, kau sepertinya bukan anak bunda."
"Bundaa, jawab saja pertanyaan Jeongwoo, bukannya malah balik bertanya." Jeongwoo benar-benar malas, ini niatnya mau menjawab misteri kenapa jadi bercabang begini.
"Jangan kasih tau siapapun, janji?"
"Bahkan jika pangeran menanyai hal itu?" Sekarang gantian Rose yang kaget, apa Asahi pernah menanyai soal ini?
"Apa Yang Mulia Pangeran menanyai hal itu?"
"Sebenarnya ini rahasia kita saja ya, kemarin kita dipanggil ke Istana untuk Asahi menanyai hal yang sepertinya ia lupakan. Bukankah sihir itu hanya mampu membuat korban dan keluarganya yang satu darah untuk melupakan mereka?"
"Ternyata dia sadar ya..., memang benar yang kamu ucapkan, tetapi biarkan Pangeran mencari tau sendiri."
"Dia sudah mencari taunya, dan tugasku hanya ingin membantu dirinya bunda, biarkan aku tau..."
"Panggil lah Haruto jika kamu ingin tau, ini bersangkutan dengan dirinya. Bunda harap kamu tidak sebarkan hal ini kepada siapapun, Jeongwoo!" Peringat Rose dan Jeongwoo dengan segera memanggil Haruto untuk kebawah.