Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah terhitung 3 bulan sejak pertemuan terakhir mereka di bab sebelumnya, membawa mereka ke atas pegunungan luas saat ini.
Musim saat ini adalah musim dingin, waktu yang tepat untuk melihat 'Aurora' yang berada di atas langit bukan? Bagaimana Aurora menari indah di atas sana.
Sejujurnya, Haruto yang mengajak untuk melihat keindahan tersebut. Saat di dunianya, Haruto benar-benar dibuat takjub akan cahaya yang menari diatas langit itu, warna-warna yang menghiasi langit dingin di wilayah-wilayah tertentu.
Haruto harus terbang terlebih dahulu ke luar negeri hanya untuk melihat keindahan Aurora itu sendiri, yang sayangnya tidak bisa dia lalukan karena kesibukan yang ada. Dan sekarang, dirinya bisa melihat Aurora bersama seseorang yang ia sayangi.
"Kedinginan yang menghampiri kita terbayang sangat besar ya saat melihat Aurora." Mata Asahi memancarkan keindahan yang tak kalah indah dari cahaya menari di langit itu.
Keduanya sedang jalan-jalan santai di atas salju tebal, cuaca saat ini tidak ekstrim, membuat mereka—walaupun tidak bebas setidaknya tidak membahayakan mereka untuk melihat Aurora.
"Walaupun begitu, dirimu jauh lebih indah dari yang menari di atas sana saat ini." Haruto melangkah lebih cepat dari Asahi, berhenti dihadapan Asahi yang sedang mengagumi keindahan yang tuhan ciptakan.
Hal itu membuat Asahi mau tidak mau ikut berhenti, tanpa mampu mengalihkan pandangannya.
"Kau tidak ingin melihat makhluk yang tak kalah indah dari Aurora, Asahi?"
Asahi memiringkan kepalanya, pandangannya tetap melihat ke arah langit. "Makhluk apa?"
"Ini, yang ada dihadapan dirimu." Haruto menampilkan senyum giginya, hal itu membuat Asahi ikut tersihir untuk tersenyum, merasakan kebahagiaan sesaat.
"Kamu terlalu percaya diri, aku lebih menyukai Aurora dibanding dirimu." Sarkas Asahi.
"Berarti kau juga menyukaiku." Baiklah, bagaimana ini? Asahi tidak bisa menjawab.
Haruto mengajak Asahi untuk duduk bersama di atas salju, biarlah belakang mereka kedinginan. Dengan tiba-tiba, tingkah Asahi yang hanya diperlihatkan saat hanya bersama Haruto terlihat.
Asahi dengan tingkah yang aktif tiduran di atas salju, menggerakkan tangannya keatas dan kebawah, lalu tertawa dengan lesung pipi yang terlihat.
"Haruto..." Binar bahagia itu tiba-tiba menghilang. Asahi langsung memberhentikan tingkahnya ketika mengingat sesuatu, hal yang amat penting untuk Haruto ketahui. Sejujurnya itu membuat dirinya takut, apa nantinya Haruto akan pergi meninggalkan dia? Yang pada akhirnya mereka tidak akan pernah bersatu walau satu dunia?
Haruto mendekatkan dirinya ke arah Asahi, membantu Asahi duduk. "Ada apa?" Tanyanya dengan nada yang terkesan hati-hati.
"Ini sangat penting, tapi bisakah kamu berjanji terlebih dahulu padaku? Tolong jangan tinggalkan aku." Suaranya terdengar serak, seperti menahan tangis untuk tidak pecah.
"Aku berjanji, memangnya apa yang ingin Asahi aku sampaikan?"
Asahi menundukkan kepalanya, tidak berani menjawab, ia takut, hanya sangat takut.
"Hei, ada apa? Kenapa menangis?" Haruto memegang pundak Asahi yang naik-turun menandakan bahwa sang empunya menangis.
"...Aku kotor." Jawabnya dengan suara serak. Asahi merasakan tubuhnya didekap erat oleh Haruto, jangan lupakan ciuman yang terus ia rasakan di pucuk kepalanya saat ini juga.
"Tidak ada manusia yang kotor, Asahi. Mereka semua istimewa, termasuk dirimu. Jangan pernah berpikir tentang apapun tentang masa lalu mu, aku menerima dirimu apa adanya." Dekapan itu semakin erat, seakan-akan tidak ingin kehilangan lagi.
Asahi menggeleng di dalam pelukan Haruto, "Apa kamu akan meninggalkan diriku, Haruto?"
"Tidak, bahkan walau aku tidak berjanji pun aku tidak akan meninggalkan dirimu. Itu bukan kesalahanmu." Haruto memegang pipi Asahi, membawa matanya untuk menatap mata Haruto.
"Ingat ini, aku mencintaimu. Aku juga tau bahwa kau mencintaiku, lupakan tentang apapun di masa lalu, tuhan mentakdirkan kita untuk tetap bersama." Haruto mendekatkan wajahnya pada wajah Asahi, bibir keduanya menyatu, Asahi memejamkan matanya untuk menikmati cumbuan tersebut, mengalungkan tangannya di belakang leher Haruto. Aurora menjadi saksi bisu diantara keduanya.
Bukankah itu sangat indah? Menyatakan perasaan di bawah langit Aurora.
"Aku juga mencintaimu, dari aku kecil." Ketawa yang memperlihat lesung pipi itu muncul, sangat manis sekali.
"Jadi, kau lebih menyukai Bintang atau Aurora?" Goda Haruto.
"Tentu dirimu, Haruto." Senyumnya merekah, yang pada akhirnya mereka berpelukan lagi. Lupakan yang lain, kita bisa fokus pada keduanya.
–i feel you–
Pernikahan keduanya berlangsung lama dikarenakan seluruh warga yang datang. Ingat, Asahi seorang Pangeran dari kerajaan Velnopus. Bahkan yang berada di seberang sana turut hadir dalam kebahagiaan Asahi serta Haruto.
Biarlah mereka memulai lagi tanpa harus dipisahkan oleh siapapun. Mereka ditakdirkan untuk selalu bersama satu sama lain, sihir terkuat di Velonpus bahkan tidak bisa memisahkan mereka. Lantas hanya orang bodoh yang benar-benar merusak hal itu.
end
terima kasih yang sudah mau baca cerita ini sampai tamat, mau nungguin juga, terima kasih juga atas vote dan komen dari kalian. sampai jumpa! mari kita bertemu di cerita selanjutnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SIAP BANYAK-BANYAK UP FOTO BARENG! dadah! annyeong~