Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
૮₍´start'₎ა
JEONGWOO risih benar deh, itu kupu-kupu selalu berada dibelakang Haruto soalnya. Dari waktu mereka balik dari Istana kerajaan, itu kupu-kupu ngikutin kemanapun Haruto pergi.
"Haruto, bisakah kau mengusir itu kupu-kupu biru di belakangmu?"
Haruto melirik kupu-kupu dibelakangnya, "kenapa? Aku juga suka mengusirnya, tapi itu kupu-kupu selalu mengikuti ku. Aku juga risih Jeongwoo."
Bagaimana tidak risih? Waktu dirinya mandi kupu-kupu itu malah ikutan masuk yang membuat Haruto harus mengurungkan niatnya.
"Kau tidak kurung dia di toples?"
Haruto langsung menegakkan tubuhnya, "benar, kenapa aku tidak kepikiran?" Jeongwoo mendengus mendengar jawaban Haruto, buru-buru dia kasih toples ke Haruto.
Haruto menangkap kupu-kupu itu dan mengurungnya di sana, biar sana yang penting dirinya tidak terganggu lagi.
"Hh, sudah. Semoga tidak ada apa-apa."
"Haruto, besok aku dan Doyoung akan pulang." Yedam berkata dengan mulut yang penuh makanan.
"Aku?" kenapa namanya tidak disebut? Haruto juga ingin pulang, ke dunianya.
"Kau temani Jeongwoo disini yaa, aku akan kirim uang bulanan untukmu. Jangan bekerja loh! Awas kalau ketauan." Ancam Yedam, walaupun dia baru mengenal Haruto, dirinya sudah menganggap Haruto itu adiknya.
"Aku sudah besar, bisa bekerja kak." Haruto membujuk Yedam untuk mengizinkannya bekerja.
Yedam langsung balik ke kamarnya untuk membereskan barang-barangnya tanpa menjawab Haruto.
"Haruto, ingin pergi ke restoran dekat Istana?" Jeongwoo membujuk Haruto, kata orang-orang restoran dekat Istana sangat enak.
Haruto berjalan menuju pintu keluar, Jeongwoo segera berlari membawa mantel hangat guna menghalau rasa dingin diluar sana. "Gunakan ini, ayolah semangat, tidak apa-apa. Lagi pula kata kak Yedam jika ketauan..." Bisiknya.
"Benar, jika ketahuan, jika tidak ketahuan aku dibolehkan bekerja." Ucapnya sambil terkekeh geli.
Restoran dekat Istana terlihat cukup ramai, walaupun tidak ramai seperti hari biasanya karena ini saat ini sudah masuk musim dingin. Hanya orang-orang yang tidak waras seperti keluar rumah.
"Duduklah, aku akan pesankan. Aku traktir tenang saja!" Jeongwoo menyuruh Haruto duduk, meja yang mereka tempati berada dekat jendela jadi bisa melihat apapun yang berlalu lalang didepan mereka.
Haruto melihat Asahi dan Hikun serta seseorang dibelakang keduanya menuju restoran yang mereka singgahi.
—kring
Haruto terkejut sampai hampir membuat mejanya berbalik, Hikun dengan sangat tidak sopannya menerobos ke pelukannya dan Haruto tidak siap menerima perlakuan anjing kurang ajar itu.
"Bisa kau hentikan?" Haruto berujar dengan susah payah karena Hikun terus menjilatinya. Asahi segera menarik Hikun dan memukul pelan pantat Hikun.
Orang-orang didalam restoran sempat membungkuk dan kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Maafkan Hikun ku, Haruto." Asahi sedikit menyesal, wajah Haruto jadi sedikit berantakan.
"Tidak apa-apa, yang mulia." Katanya.
Hyunsuk menaruh satu kursi dimeja Haruto untuk membiarkan Asahi duduk diantara mereka berdua. "Yang mulia disini?" Haruto bertanya heran, seorang Pangeran berada di ruangan terbuka? Aneh menurutnya, karena pasti seorang Pangeran akan ke ruangan yang tertutup karena privasi yang mereka butuhkan.
"Apa tidak boleh aku disini?" Asahi sedikit mengurung niatnya, dia hendak berdiri jika saja Haruto tidak langsung meminta maaf dan menyuruhnya duduk kembali.
"Yang mulia, salam hormat." Jeongwoo datang dengan nampan berisi makanan dan minuman hangat yang dia pesan, "maaf aku tidak tau jika yang mulia datang, jadi aku tidak memesan apapun untuk yang mulia..."
"Tidak apa-apa, Hyunsuk yang akan memesannya untukku." Ucapnya datar. Asahi kalau berada diluar akan sangat kalem tidak seperti didalam kandangnya.
Hikun menarik-narik baju Haruto, membuat Haruto sedikit tidak nyaman. Sepertinya Hikun mencari sesuatu dalam bajunya, lantas dia mengeluarkan sebuah kalung yang melingkar pada lehernya.
Asahi melihat kalung itu, tangannya langsung memegang kalung itu, membaca tulisannya, 'Morning Sun'.
"Kau dapat kalung ini darimana?" Asahi bertanya tanpa mengalihkan pandangannya. Seperti tidak asing.
"Setahuku, umur 8 tahun." Haruto menjawab, bingung akan pertanyaan aneh dari Asahi.
"Yang Mulia, makananmu sudah datang." Hyunsuk meletakkan makanannya, dan mereka makan dengan tenang walaupun Asahi masih penasaran habis akan kalung Haruto.
૮₍´tbc'₎ა
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.