4. Menfess Penggerus Harga Diri

131 17 0
                                    

@smagaconfess

From: Mars
For: Keysha 11 IPA 2

Hari ini lo pucet banget, makanya kalo dibagiin tablet penambah darah, jangan disembunyiin di kolong meja



Decakan itu lolos dari samping Naya yang seperti biasa tengah menekuri ponsel. Dia menoleh sejenak dan mendapati raut wajah Keysha yang bersungut-sungut.

"Ada menfess lagi, ya, dari Mars?" tanya Naya, sambil tangannya menyuapkan keripik singkong ke mulut.

"Sumpah, deh, Nay! Lama-lama gue gedek juga nih orang selalu ngirim menfess yang nggak jelas ini. Adminnya juga rese, masa yang isi menjatuhkan harga diri begini diacc, sih?"

"Isinya apaan emang?"

Keysha menyodorkan ponselnya agar Naya bisa membaca sendiri. Detik setelahnya, ada kekehan kecil keluar dari mulut Naya.

"Si Mars ini nggak salah juga, sih, Key. Tadi lo emang pucet banget."

"Itu karena gue nggak sarapan dulu, mana upacara dulu, 'kan?"

Naya menggeleng tidak setuju. "Tiap jadwal pembagian tablet penambah darah, lo nggak minum, 'kan?"

"Lebih karena gue ngerasa fine-fine aja. Siklus haid gue lancar-lancar aja kok tanpa tablet yang dibagiin sekolah," sergah Keysha tidak mau kalah.

"Tetep aja, Key. Harus dikonsumsi kalo udah dibagiin."

"Gue nggak sepenurut elo, Nay."

Mendengar itu Naya terdiam, lantas menghela napas setelahnya.

"Tapi kalo dipikir-pikir, menfess yang dikirim Mars selama ini sebagai bentuk perhatian lho, Key. Yaa ... emang, sih, dibalutnya sama kata-kata yang nggak ngenakin."

Keysha terlihat tidak percaya dengan apa yang baru saja dilontarkan Naya. "Perhatian lo bilang? Bagian mananya?"

Terlebih dulu, Naya menekan tombol pause pada video pertandingan ulang antara pemain bulu tangkis Indonesia melawan Denmark, lantas memperbaiki posisi duduknya.

"Menfess yang isinya tuduhan nggak mandi itu termasuk perhatian lho. Mungkin emang Mars nggak tau fakta bahwa lo pake penutup mata karena mau numpang tidur sebentar di kelas, tapi dengan menfess itu dia cuman mau bilang supaya lo lebih memperhatikan penampilan. Penutup matanya bisa disimpen dulu di tas, 'kan? Supaya anak-anak lain nggak ngira lo emang belum mandi.

"Terus yang perkara nggak bedakan itu, Mars mungkin mau lo lebih memperhatikan penampilan aja, Key. Soalnya, 'kan, anak-anak di sini pikirannya nggak sama semua. Nanti lo bisa dikira nggak peduli sama diri sendiri.

"Perkara lo yang dibilang jutek itu, ya ... menurut gue itu perhatian juga. Supaya lo bisa lebih keliatan ramah aja, ngerti sendiri, 'kan, senioritas di sekolah kita masih ada."

Keysha sontak mengembuskan napas mendengar pemaparan luar biasa sahabatnya itu. Tidak habis pikir bagaimana ada seorang makhluk hidup seperti Naya di dunia yang kejam ini. Pemikirannya dibuat positif semua.

"Gue nggak ngerti sama lo lagi, Nay ..." Keysha kehabisan kata-kata. Dia beranjak dari kasur dan memilih duduk di meja belajarnya. Gadis itu meraih charger yang terhubung dengan colokan dan memasang ujung kabelnya ke ponsel. Terdengar bunyi 'bip' pelan dari ponsel tersebut, menandakan pengisi daya sedang berlangsung.

"Terus menurut lo isi menfess Mars yang nuduh gue ambil gorengannya Bu Sri lima buah terus cuma bayar tiga aja itu gimana, Nay? Lo gue jedotin nih di kepala ranjang kalo lo bilang itu bentuk perhatian."

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang