22. Titik Empat

88 11 0
                                    

Entah jin jenis apa yang sedang merasuki jiwa Keysha hari ini sehingga dirinya sekarang berada di ruangan ekskul PMR. Mengikuti pertemuan rutin yang seringnya dia abaikan. Bianca yang duduk di sampingnya bahkan masih tidak menolehkan pandang sejak Keysha duduk memasuki ruangan.

Di depan, Rega tampak sibuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan PMR minggu ini. Membuat beberapa anggota menyimak dengan sungguh-sungguh. Sisanya sibuk dengan pikiran sendiri. Juga ponsel yang diam-diam dimainkan di bawah meja.

Pengurus inti berjumlah sekitar lima belas orang. Keysha termasuk di dalamnya. Meski dirinya sangat jarang menghadiri pertemuan, namun rupanya Bianca yang merupakan teman dekatnya di PMR, ternyata memasukkan namanya di Divisi Kaderisasi. Divisi yang dikoordinatori oleh Bianca sendiri.

Hal tersebut sempat membuat Keysha tidak terima dan secara blak-blakan mengatakan bahwa Bianca mengambil keputusan sendiri. Egois. Tapi Bianca tidak mau tahu. Dan hasilnya adalah, Keysha yang jarang dan abai terhadap amanah yang diberikan.

Namun, hari ini, entah ada angin apa ketika dirinya tiba-tiba saja membawa kakinya menuju sekret PMR. Bergabung dengan beberapa pengurus inti lainnya yang sudah hadir.

"Key? Lo yakin baik-baik aja?" Kesekian kalinya Bianca menanyakan itu. Keysha rasanya sampai bosan.

"Baik," jawab Keysha singkat. Juga dengan nada lelah.

"Yakin? Lagi nggak ada masalah, 'kan?"

"Nggak."

Bianca tampak berpikir. Lantas kembali mendekat dan berbisik, "Kok lo tumben mau ikut pertemuan rutin?"

"Iseng." Dan jawaban itulah yang dilontarkan Keysha. Sempat membuat kening Bianca mengernyit dan segera mengembuskan napas kasarnya.

"Nggak heran," komentar Bianca. Kini, perempuan itu sudah kembali memfokuskan atensi terhadap Rega di depan.

Sementara itu, Keysha yang duduk di samping hanya mengangkat alis. Sedikit takjub Bianca yang biasanya banyak mengomel ini jadi lebih gampang menerima alasan.

Pertemuan rutin berakhir pada pukul 16.00. Sebuah keajaiban Keysha bisa bertahan di sana dan tak membuat alasan untuk hengkang. Meraih tas yang semula disimpan di bawah meja, Keysha segera melenggang dari sana. Baru saja menginjak ubin koridor, Bianca sudah menyusul di sisinya.

"Gue seneng akhirnya lo mau gabung lagi, Key. Semoga bukan anget-anget tai ayam aja, sih, ya."

Keysha menoleh sejenak. Lantas terkekeh. "Semoga."

"Bentar lagi tuh bakal ada rekruitmen relawan buat ikut kegiatan prokernya KSR Universitas Prada, Key. Lo ... ikut daftar, 'kan?"

"Nggak tau, Bi. Tapi kayaknya enggak deh. Udah ketebak nggak bakal diterima juga."

"Lho? Lo mana tau diterima apa enggak kalau nggak ikut daftar?" Bianca berdecak.

"Yang lolos pasti anggota yang betul-betul pengen ikut. Gue yang jarang hadir di pertemuan ekskul udah diblacklist kali sama si Rega," ujar Keysha seraya terkekeh. Alasan lain mengatakan hal tersebut, dia sama sekali tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan volunteer tersebut. Meski memang akitivitas semacam itu sangatlah bermanfaat, tetapi Keysha harus sadar diri jika kemampuannya belumlah memenuhi kriteria.

Bianca tak banyak berkomentar lagi. Kini keduanya sudah sampai di parkiran.

"Lo balik naik apa, Key?" tanya Bianca seraya sibuk mengeluarkan kunci motor dari tas bagian depan.

"Paling naik ojol."

"Oke deh kalau gitu. Gue duluan, ya? Sori nih nggak bisa bareng, tau sendiri rumah kita nggak searah." Ada raut tidak enak yang sempat terpatri di wajah Bianca beberapa detik.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang