18. Yang Sebenarnya

85 10 0
                                    

"Psst! Key!"

Keysha yang semula sibuk membolak-balik buku Kimia di tangannya sontak menoleh mendengar seruan berupa bisikan itu. Di lorong rak tempatnya berdiri sekarang, Keysha bisa melihat keberadaan Ayla yang berdiri di ujung lorong. Dengan buku yang entah apa dipegangnya, gadis berjilbab itu tampak memandangnya dengan intens.

Keysha terpaku sejenak. Dia menunjuk dirinya sendiri, ingin memastikan jika Ayla benar-benar memanggilnya. Ketika melihat anggukan gadis itu, Keysha refleks menghela napas. Meletakkan kembali buku Kimia di rak semula, dia berjalan ke tempat Ayla berdiri.

"Ada apa, Ay?" tanyanya, lengkap dengan senyum yang terpaksa Keysha tarik. Rasanya, ada segumpal perasaan sesak, juga malas, ketika harus berhadapan dengan gadis ini.

Ayla berdeham sejenak. Dia meletakkan kembali buku, yang ternyata Prakarya itu, ke tempatnya semula. "Lo ... ada waktu nggak?"

Kening Keysha otomatis mengernyit. Ini jam istirahat pertama. Dan karena lusa akan ada ulangan harian Kimia, dia merasa perlu untuk berkunjung ke perpustakaan demi memaksimalkan waktu belajarnya. Sebuah metode yang sudah diimplementasikannya semenjak duduk di bangku SMA.

Dan, Keysha rasa dia tidak punya waktu. Apalagi jika harus meladeni Ayla.

Baru saja Keysha ingin menjawab, Ayla sudah menyambar duluan. "Bentar aja, kok! Gue mau ngomongin sesuatu." Yang seolah-olah sudah tahu jika Keysha ingin menolak ajakannya.

Tidak langsung memberikan persetujuan, Keysha diam terlebih dahulu. Sedikit bingung, juga penasaran, sesuatu apa yang ingin dibicarakan Ayla. Sebelumnya, mereka tidak dekat. Bahkan baru berkenalan karena Naka. Itupun, Keysha merasa, mereka kenal hanya tahu sebatas nama saja. Tidak lebih.

Jadi, sesuatu apa yang ingin dibicarakan Ayla ini? Kepada strangers sepertinya?

Sadar jika Keysha tidak akan mendapat jawaban apa-apa, akhirnya dia mengangguk. Sempat dia menangkap embusan napas lega Ayla sebelum keduanya segera keluar dari perpustakaan.

Ayla membawanya ke koridor yang menyambungkan lorong 11 IPA dan 11 IPS. Di sana ada mading, yang di sampingnya disediakan kursi panjang. Tempat itu akan sepi di awal-awal jam istirahat seperti ini.

Keysha duduk lebih dulu, disusul Ayla. Tiga detik terlewati, hanya hening yang mengambil alih. Sebelum kemudian, ada dehaman Ayla yang terdengar.

"Jadi gini ..."

Keysha mengangkat alisnya ketika suara Ayla terhenti. Ekspresi gadis itu tampak ragu.

"Ya?"

Ada hela napas. Lagi.

"Lo ... ada hubungan apa sama Naka?"

Seharusnya Keysha sadar ketika Ayla meminta waktunya sebentar untuk membicarakan sesuatu. Pasti itu tidak jauh-jauh dari Naka, 'kan?

Dan kini, Keysha bisa merasakan sekujur tubuhnya kaku sejenak. Apakah Ayla sadar bahwa selama ini, cowoknya itu sering flirting ke dirinya? Dan tengah memperingatkannya untuk tidak macam-macam? Apakah Keysha akan dilabrak? Apakah sebentar lagi akan ada adegan jambak-jambakan?

Belum sempat menanyakan seluruh tanya dari kepalanya, Ayla malah tersenyum.

"Kok mukanya kayak kaget gitu? Padahal nggak papa lho, Key, kalau emang kalian lagi ada hubungan."

Keysha melongo sejenak. "Hah?"

"Kemarin Tante Amna nanya gitu sama gue, 'eh, Ay, si Naka tuh lagi deket, ya, sama cewek di sekolah?' terus gue jawab aja, 'iya kali, Tan'. Soalnya beberapa kali tuh Naka pernah cerita tentang lo ke gue. Jadinya gue ambil kesimpulan aja kalau kalian emang lagi deket. Beberapa kali juga, 'kan, gue liat kalian berdua. Bahkan Naka tau minuman kesukaan lo tau." Tidak mempedulikan raut wajah Keysha yang sudah berubah horor, Ayla melanjutkan ceritanya.

"Tante Amna tuh cuma pengen tau tentang lo, Key. Karena selama ini Naka tuh nggak pernah cerita tentang kisahnya dengan perempuan ke Mamanya. Tapi kemarin Tante Amna nggak sengaja baca notes di meja Naka. Dan ... tebak isi notes itu apa?" Ayla menggantung ceritanya, tampak ingin membuat Keysha penasaran.

"Yap, about you. Halaman depannya aja tertulis besar-besar 'all about Keysha Senjani'. Tante Amna sampe ngira kalau lo tuh pacarnya, dan nanya-nanya langsung ke gue."

"Bentar ... bentar, lo ... nggak cemburu?" Pertanyaan refleks itu disuarakan Keysha. Yang malah menimbulkan tawa yang membahana dari Ayla.

"Ngapain gue cemburu sama si kunyuk itu, Key? Atas dasar apa lo nuduh gue begitu?"

"Kalian ... pacaran, kan?" Keysha bertanya, kini dengan tidak yakin.

Kali ini tawa Ayla semakin keras. Bahkan gadis itu memukul-mukul permukaan kursi yang diduduki. Tampak tidak sinkron dengan pembawaannya yang lembut dan anggun. Hal yang sering Keysha lihat.

"Lo dapet info itu dari mana Keeeey? Gue sama Naka yang benernya tuh sepupuan, bukan pacaran," ujar Ayla. Membuat Keysha termenung sebentar.

Setelah terdiam beberapa detik, Keysha meringis. Selama ini dia sudah salah paham. Harusnya dia tidak menarik kesimpulan sendiri ketika melihat Naka dan Ayla sering bersama. Dan seharusnya dia juga tidak langsung mempercayai isi kepalanya yang dipenuhi negative thinking mengenai Naka yang flirting sana-sini di saat dia sudah punya pacar.

Harusnya Keysha mencari tahu yang sebenarnya. Sekarang, dia jadi malu sendiri. Namun, seolah paham, Ayla tidak membahas hal tersebut lebih lanjut.

"Besok pulang sekolah, mau ikut gue ke rumahnya Naka nggak?"

"Dalam rangka?"

Ayla tersenyum lebih dulu. "Ngasih surprise birthday buat Naka."

*

Karena Ayla yang terus-terusan memohon, merengek, sampai bolak-balik ke kelasnya hanya untuk memastikan dirinya ikut ke rumah Naka hari ini, maka Keysha tidak punya pilihan.

Setelah menjelaskan semuanya ke Naya, yang sempat dihadiahi kalimat berupa 'nah, kaaaan, apa kata gue', mereka berpisah. Naya yang masih ada urusan ekskul, dan Keysha yang sudah dibawa Ayla.

Bahkan dari tadi, gadis itu tidak melepaskan gandengannya di lengan Keysha. Seolah-olah tahu bahwa Keysha bisa kabur kapan saja.

"Kita disuruh Tante Amna buat nunggu di depan sekolah aja. Katanya nanti bakalan ada yang jemput. Dan tenang aja, gue udah pastiin Naka lagi rapat sama temen-temen basketnya. Jadi dia nggak bakal liat." Itu ucapan Ayla ketika keduanya sudah berdiri di luar gerbang.

"Gue ... harusnya nggak ada di sana, Ay. Gue, 'kan, bukan siapa-siapanya Naka. Juga ... nggak kenal sama Tante Amna." Ada cicitan di akhir kalimat yang Keysha ungkapkan. Amna itu Mama dari Naka.

"Ish, siapa bilang. Dengan notes tentang lo yang ditulis Naka, lo masih beranggapan kalau lo bukan siapa-siapanya dia? Lagian, Key, Tante Amna sendiri yang minta supaya gue bawa lo ke sana. Katanya pengen kenalan," ujar Ayla seraya menyengir.

Tak lama kemudian, mobil jemputan datang. Ayla terlebih dahulu menghela Keysha untuk masuk. Ayla tampak sibuk dengan ponselnya ketika mobil sudah berjalan meninggalkan lingkungan sekolah.

"Temen-temennya Naka udah pada di sana."

"Oh, ya?"

"Iya. Raven, Jemi, sama Lathan. Mereka bertiga temen as bestie sehidup sematinya Naka. Kata Tante Amna udah di sana, lagi pada sibuk niup balon katanya." Ada kekehan di akhir kalimat.

Tanpa sadar Keysha meremas pinggir roknya. Mendadak diserang gugup ketika sadar bahwa dia akan bertemu dengan Mama Naka, juga teman-teman dekat cowok itu. Entah kenapa, dia serasa sedang mendobrak pintu untuk masuk ke dalam dunia Naka.

Dan Keysha merasa ... dia belum siap.

[]

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang