11. Perhatian Lain

104 9 0
                                    

Demi Tuhan! Keysha tidak pernah suka dengan pelajaran olahraga. Apalagi bola voli. Dan sekarang, Pak Gading—guru pengampu Penjaskes—itu mengalihkan pelajaran tersebut ke lapangan utama, alih-alih di gimnasium.

Keysha semakin merana ketika terik matahari mulai naik sementara barisan di depannya terus maju. Mereka sedang menunggu giliran untuk pengambilan nilai dengan melihat servis yang baik dan benar. Sejauh ini, sebagian besar dari mereka telah berhasil. Namun, di barisan kanan Pak Gading ada dua siswi yang harus mengulang lagi sebab servisnya yang bahkan tidak melewati garis net.

Dua orang lagi sebelum giliran Keysha. Dan gadis itu sudah pasrah jika harus bergabung dengan siswi yang dinyatakan tidak lulus itu.

"Keysha Senjani."

Dengan tampang kaku dan keringat yang mulai mengalir deras dari dahi, Keysha mulai memposisikan tubuhnya di luar garis. Bola voli di tangannya tampak seperti besi yang dia yakin sekali akan susah melewati garis net.

"Okay ... lo bisa, Keysha. Seenggaknya biarin bola ini masuk garis net supaya nggak malu-malu banget."

Sugesti telah digaungkan. Mengembuskan napas terlebih dahulu, Keysha mulai memukul bola voli itu. Sepersekian detik, dia berpikir bahwa servisnya cukup berhasil karena terlihat melambung tinggi. Namun, angan-angan berupa pengharapan itu tidak terjadi.

Derai tawa dari teman sekelasnya membahana tepat ketika bola itu kembali mendarat di lapangan. Hanya berjarak dua langkah dari tempatnya tadi melakukan servis.

Keysha berdecak terang-terangan dan segera menyingkir ketika giliran yang lainnya. Bergabung dengan Adriana dan Una di sisi kanan Pak Gading.

"Sabar, ya, Key." Una menyambutnya dengan sorot ikut prihatin. Keysha hanya tersenyum tipis sebelum kemudian dia menoleh ke arah anak cowok yang masih menertawakan aksi memalukannya tadi.

"Aduh, Key, servis lo payah bener. Mau diajarin nggak?"

"Servisnya Keysha mantep bener, melayang tembus planet banget nggak, sih?"

"Makanya gabung ke Forsa, Key. Inget yang divisi Volleyball."

Dan lain-lain.

Keysha hanya mendengkus seraya menyusun beberapa list balas dendam di kepalanya untuk kumpulan para haters dadakannya itu. Ketika giliran Naya, Keysha memfokuskan atensi. Dia tahu betul bahwa sahabatnya itu juga sangat lemah di pelajaran ini.

"Oke, lulus, ya. Meski emang posisi servisnya masih jauh dari kata baik." Ucapan Pak Gading refleks membuat Keysha menghela napas lega. Dia mengacungkan jempol ke arah Naya dan membuka mulut, mengucap kalimat 'I'm so proud of you, Nay' tanpa suara. Dibalas dengan senyuman manis dari Naya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, pengambilan nilai telah selesai. Murid-murid kembali berbaris dengan rapi, mendengar petuah dan sambutan penutup dari Pak Gading. Masih ada waktu sekitar sepuluh menit sebelum bel istirahat berbunyi. Pelajaran olahraga sebelum jam istirahat memang sebuah privilege.

"Oke, anak-anak. Sekian pelajaran kita hari ini, dan untuk empat temannya, akan Bapak kasih tugas lain agar nilainya tetap ada, mohon tetap di sini dulu. Dan yang lain, silakan kembali ke kelas, ganti baju, dan tunggu bel istirahat bunyi dulu baru berkeliaran."

Kalimat terakhir itu berupa aturan yang mesti dilanggar.

Setelah mengucap terima kasih, barisan itu bubar. Sementara Keysha, Adriana, Una dan Santi menetap di barisan.

"Gue tunggu di kelas, ya, Key. Nanti ganti bajunya barengan aja." Itu ucapan Naya sebelum gadis itu mengikuti arus teman-temannya yang lain menuju kelas. Yang dibalas jempol oleh Keysha.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang