14. Boys and Gossip

93 10 0
                                    

Naka bergabung di meja yang telah diisi Raven, Jemi dan Lathan ketika dia telah selesai antre di kios bakso. Suasana kantin seperti biasa, ramai dan sumpek. Beruntung, keempat cowok itu mendapat meja yang nyaman. Yakni, berada di pojokan, dan tentu saja jauh dari sumber keributan, yaitu di dekat kios yang berjejer di ujung sana.

"Hayo, lo tadi pas izin pelajarannya Bu Anisa, nggak ke toilet doang, 'kan?"

Baru saja Naka menuangkan sambal dan kecap ke mangkuk baksonya, Jemi sudah bertanya. Mulut cowok itu tampak tertutup-terbuka dengan gerakan cepat karena soto di depannya masih panas.

"Abis nge-rokok lo, ya?" Raven langsung menuduh.

"Sembarangan! Udah berapa kali dibilang, gue udah tobat. Udah berenti!"

"Ya, siapa tau. Lagian lo ke toiletnya lama. Lo bukannya ke toilet UI, 'kan?"

Naka berdecak mendengar Lathan mulai ikut-ikutan. Tadi, saat Bu Anisa tengah menerangkan materi jenis-jenis kalimat, dia memang meminta izin untuk ke toilet. Yang mana sebenarnya itu hanyalah alibi.

Kanaya Adifa: naka

Fyi aja ya, Key lagi di UKS. tadi kepalanya sakit

Karena chat itulah yang membuat Naka izin sebentar. Ponselnya memang tadi kebetulan sedang dimainkan ketika Bu Anisa sibuk menjelaskan di depan. Bukan aneh-aneh, tadi dia hanya sedang googling materi yang terkait, sebab Naka merasa, penjelasan Bu Anisa terlampau berbelit-belit.

Perihal izin ke toilet pun, bukan kebohongan. Dia memang sempat ke toilet sebentar sebelum melipir ke kantin. Lantas membeli sekotak nasi goreng kecap di kiosnya Bi Mai. Setelah itu, membawa makanan tersebut ke UKS.

Sesampainya di sana, Naka harus menelan kekecewaan ketika Tika melaporkan bahwa Keysha tertidur. Akibatnya dia hanya menitipkan kotak nasi goreng tersebut dan niatnya untuk mengobrol sebentar dengan Keysha harus diurungkan lebih dulu.

"Tadi gue ke UKS dulu," jawab Naka dengan nada dikecilkan. Seolah tahu, bahwa apa yang akan dikatakan selanjutnya, pasti akan membuat ketiga temannya ini heboh.

"Wah! Parah lo! Abis tidur, ya?" Raven lagi-lagi menuduh yang tidak-tidak.

"Nggak, anjir. Gue bawain nasi goreng buat Keysha. Tadi Naya chat, kalo tuh cewek lagi di sana. Katanya sakit."

"Wah, ini, sih, lebih parah!" Jemi menggebrak meja, sikap yang berlebihan sebab beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, tentu saja dengan sorot terganggu.

Raven menoleh ke arah Naka dengan tatapan terluka. "Lo lagi nggak merencanakan pengkhianatan ke gue, 'kan, Ka? Lo udah janji bakalan jomlo nemenin gue sampe lulus."

Mendengar itu, Naka refleks menggeleng. "Gue kagak pernah bilang, jir!"

"Jadi beneran lo sama Keysha?" Lathan bertanya dengan raut wajah serius.

Naka ditanya seperti itu terdiam sebentar. Dia menatap ke arah Raven yang persis duduk di depannya. Melihat seringai cowok itu, Naka menghela napas. Mendadak mangkuk bakso di depannya tidak menarik lagi.

"Gue sama dia nggak lagi pacaran."

Hening. Ketiganya kompak tidak bersuara, seolah tahu bahwa, kalimat tersebut ada lanjutannya.

"Yaa ... gue suka sama dia."

Lathan yang duduk di samping Raven memajukan tubuhnya, lantas berkata, "Menarik." Dengan seringai di ujung bibir.

"Lo ... beneran suka Keysha, Ka?" Kali ini Jemi yang memastikan.

Ditanya seperti itu, Naka lagi-lagi menghela napas. Menurutnya, momen-momen seperti inilah yang bisa membuatnya kehilangan kewarasan sebab teman-temannya tidak ada yang beres.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang