15. Misi Menghindar

94 10 2
                                    

Kaki berbalut sandal slip on dengan motif sapi itu mendarat di lantai supermarket di salah satu mall. Keysha memperbaiki ikatan rambutnya setelah meraih sebuah troli. Penampilannya sekarang persis seperti ibu-ibu sibuk yang tengah berbelanja bulanan.

Hoodie putih kebesaran, training hitam, sandal slip on, serta rambut yang diikat asal. Salahkan mamanya yang tiba-tiba saja menyuruhnya mampir berbelanja ketika tadi dia sedang berada di luar untuk memfoto copy tugas cerpen Bahasa Indonesia.

Keysha sengaja memilih salah satu supermarket ini yang berada di mall. Biar nanti sekalian dia bisa makan di sushi tei dan nyemil di McD. Dan omong-omong, dia tidak sendiri.

Ada sosok Arkan yang masih mengenakan seragam batik SMP-nya, walau memang ditutup dengan jaket hitam. Mereka tidak sengaja bertemu di tempat foto copy tadi. Atau tidak, karena memang tempat tersebut persis berada di depan sekolah Arkan.

"Kak, mama ngasih uangnya banyak, 'kan?" Arkan bertanya seraya mengekori Keysha yang mulai memindahkan beberapa bungkus mi instan ke dalam troli.

"Mama tadi transfer yang kayak biasanya. Kenapa?"

Arkan menyengir. "Pengen makan di All You Can Eat, deh. Abis tuh beli chatime, main bentar di TimeZone, terus untuk penutupnya, bisa kali belanjain gue sweater di Uniqlo."

"Itu namanya maruk, Arkan!" Keysha mendesis tidak percaya. Adiknya ini baru kelas 7, tapi sudah pandai bagaimana cara menghamburkan uang.

"Itung-itung reward, Kak. Gue berhasil ngikutin pertemuan ekskul SSB sampe akhir. Nggak bolos di tengah pertemuan kayak biasanya."

"Itu mah emang kewajiban elo kali. Gue bilang Papa nih kalo selama ini lo sering bolos dari kegiatan ekskul."

Arkan tersenyum santai. "Bilang aja. Paling gue dihukum jalan kaki ke sekolah selama seminggu. Dan emang itu yang gue mau."

Keysha menghela napasnya kasar. Adiknya ini, siapa, sih, yang mengajarinya jadi liar? Baru kelas 1 SMP saja sudah macam-macam. Keysha jadi pesimis, Arkan bisa tembus SMA Ganesha nanti. Sekolahnya tentu saja ketat masalah rekruitmen peserta didik baru. Dan dilihat dari isi otak dan karakter Arkan, jauh sekali untuk bisa masuk ke sana.

Menggeleng pelan, Keysha melanjutkan langkah. Memilih untuk berhenti memikirkan hal tersebut sebab memang masih lama.

Kali ini keduanya tengah berada di fruit section. Keysha sedang memilih-milih buah apel sedangkan Arkan di sampingnya hanya mengamati.

"Lo kalo nggak bantuin balik aja, deh, Ar," ujar Keysha sebal.

"Kan, tetep dibantu."

"Lo cuma berdiri dari tadi!"

"Dibantu pake doa, hehe."

Mendengkus pelan, Keysha kembali mendorong troli menjauh dari sana. Memindahkan berbagai macam jenis bumbu, susu kotak, jus buah, sayur box, dan makanan frozen.

Ketika keduanya baru saja ingin menuju ke rak camilan, Arkan mengajukan diri untuk mendorong troli. Dan Keysha pun hanya mengiakan saja. Tempat itu sudah penuh. Mungkin adiknya masih mempunyai rasa simpati meski sedikit untuk membantunya.

"Lo boleh, deh, ambil apa aja yang lo pengen. Tapi jangan banyak-banyak." Begitu kalimat Keysha sebelum kemudian menimbulkan senyum cerah Arkan.

"Thanks you, Sist."

Keysha refleks tersenyum geli mendengarnya. Selama menyandang gelar menjadi seorang kakak dari Arkan Keano Putra, membuatnya sadar bahwa kata 'maaf, tolong dan terima kasih' jarang sekali digunakan adiknya itu. Seolah-olah jika digunakan, bisa membuat gatal-gatal.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang