9. Garis Singgung

98 10 0
                                    

Gedung berlantai dua dengan baliho besar bertulis 'GG Centre' itu menjadi pemandangan pertama saat Naya dan Keysha turun dari taksi online. Suasana parkiran tampak penuh oleh motor di sana.

Keysha dengan balutan sweater hitam yang dipadukan celana kulot putih, menghela napas sejenak.

"Okay ... sekarang apa?"

Naya ikut-ikutan menghela napas. Terdengar lelah.

"Males banget, nggak, sih, Key? Di dalem pasti banyak cowok."

"Kayaknya. Tapi bisa diwajarkan karena ini tempat futsal," ujar Keysha.

Kemarin setelah Keysha bersedia menemani Naya untuk datang ke GG Centre—dalam rangka menemani Dafa—dia memang sudah menyiapkan jiwa dan raganya agar tidak risih ketika menyambangi tempat tersebut. Sebab di sana sudah terprediksi akan berkumpulnya spesies bernama 'cowok'.

Dan lagi-lagi, Keysha tidak pernah habis pikir sebenarnya hal apa yang ada di kepala cowok bernama Ardafa Antariksa itu. Selalu saja menyusahkan dan membuat sahabatnya kesulitan. Kalau hanya ingin membalas dendam karena insiden laptop rusak itu, Keysha rasa, menghukum Naya dengan membuatnya mati kebosanan setiap hari Kamis sudah cukup. Amat cukup malah.

"Nggak papa, Nay. Anggep aja kita mau nonton pertandingannya Ginting lawan Jojo," ujar Keysha berusaha menghibur. "Semacam pertandingan persahabatan mungkin?" lanjutnya tak yakin.

Mendengar itu Naya sontak terkekeh pelan. Sedikit terhibur dan merasa bahwa dia bisa menghadapi waktu dua jam ke depan karena keberadaan Keysha.

Kedua perempuan itu mulai memasuki gedung dan langsung disambut oleh seorang wanita yang berdiri di balik meja resepsionis. Tidak perlu repot-repot mampir untuk bertanya sebab Naya sudah dihubungi oleh Dafa di lapangan mana dia bermain futsal.

Mereka berjalan lurus beberapa saat, lantas berbelok ke arah kiri ketika menemukan pertigaan. Sayup-sayup terdengar suara sepatu bergesekan dengan ubin, menandakan lapangan-lapangan yang keduanya lewati sedang dipakai.

Setelah berjalan kurang lebih setengah menit, sampailah mereka di depan pintu masuk bertuliskan 'A 5' besar-besar di bagian depan. Dari luar, terdengar suara celoteh bernada berat—khas anak cowok—menguar.

"Oke, Nay ... anggep aja di dalem adalah sekumpulan peri. Don't worry, okay?"

Naya sontak terkekeh mendengar kalimat penghiburan Keysha yang diucapkan dengan nada bergetar. "Gue yang harusnya bilang kayak gitu ke elo, Key," ujarnya.

Karena memang keduanya bisa dibilang tidak pernah datang menonton pertandingan di tribun yang hanya dipenuhi cowok ini. Jadi, rasa gugup serta cemas pasti menghantui.

Namun, ketika Keysha dan Naya telah berhasil memasuki lapangan tersebut, keduanya kompak ber–oh terkejut. Di pinggir lapangan yang dibatasi dengan dinding berlubang, tepatnya di beberapa kursi, ada sekitar enam, atau tujuh perempuan sebaya mereka di sana.

"Telat lima menit."

Sambutan bernada datar itu datang dari arah kiri. Sosok Dafa dengan jersey futsal berwarna putihnya tampak menyodorkan tas kepada Naya.

"Jagain. Nanti kalo lagi break, bawain air sama handuk yang ada di sini," lanjut cowok itu lagi. Naya menerima tas hitam tersebut dengan patuh, menimbulkan kernyitan dahi dari Keysha sendiri.

"Mereka semua ..."

Belum sempat Naya melanjutkan kalimat, Dafa sudah menyambar duluan, seolah tahu maksud cewek di depannya ini. "Gabung aja, mereka ... entah pacar, sahabat, atau adek dari beberapa yang main di sini," ujar Dafa.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang