7. Permintaan Maaf Tulus

100 12 0
                                    

"Widih, buat siapa, tuh?"

Keysha yang sedang memasukkan sekotak bekal pada tasnya refleks menoleh. Perempuan itu sontak mendengkus kasar ketika menemukan Arkan—adiknya—yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP itu tengah berdiri di sebelahnya.

"Berisik."

Arkan tampak tersenyum jahil ketika kata tersebut yang keluar dari bibir Keysha. Dia mengikuti pergerakan Keysha yang kini sedang memasang kaus kakinya di kursi meja makan.

"Gue bilang Mama lho, kalo Kak Key itu pacaran," ujar Arkan seraya mencomot setangkup roti tawar dari meja.

"Apaan, sih. Nggak ada, ya, yang pacaran."

"Terus, bekal itu buat siapa? Gue masih inget nih Kak Key pernah bilang 'Key nggak suka bawa bekal, Ma. Key sukanya makanan kantin sekolah. Kan, kalo pulang, tetep makan masakan Mama juga'," ujar Arkan lagi. Anak itu sempat tertawa ketika berhasil meniru ucapan Keysha beberapa bulan lalu.

Mendengar kalimat itu, Keysha memutar bola mata. Namun, tidak ingin memperpanjang, yang nantinya akan membuat mama dan papanya menegur karena keributan yang mereka buat, akhirnya Keysha mengalah.

Perempuan itu selesai memasang kaus kaki. Menyeruput sedikit jus tomat mixed nanasnya, dia segera berdiri dari kursi.

"Ih, nggak mau jawab. Berarti gue bener, ya? Itu buat pacar Kak Key?"

"Masih kecil udah tau pacar-pacaran. Belajar sana biar bisa masuk SMA Ganesha," sergah Keysha sebal, lantas segera melenggang pergi dari sana.

Hari ini, dia memutuskan untuk berangkat lebih pagi. Di halaman depan, Keysha pamit kepada Murni yang sedang menyiram tanaman serta Haris—Papanya—yang sedang memanaskan mesin mobil.

Arkan akan berangkat dengan Papanya, sedangkan Keysha seperti biasa menunggu bus atau memesan ojek online. Namun, hari ini dia akan naik bus karena waktu masih pagi. Menikmati pemandangan dari balik jendela bus sepertinya kegiatan yang menarik untuk dilakukan hari ini.

"Key, udah sarapan?" Naya bertanya ketika gadis itu baru saja keluar melalui pintu gerbang rumahnya. Keduanya akan berangkat bersama pagi ini.

"Cuma minum jus."

Naya menggelengkan kepala, prihatin. Lantas mengangkat tangan kanannya yang memegang sebuah goodie bag.

"Gue bawa sarapan. Makan di bus, ya?"

"Noted."

Lantas keduanya segera berjalan kaki menuju halte terdekat. Jika mereka memilih naik bus, waktu yang ditempuh memang akan sedikit lebih lama. Karena keduanya harus berjalan kaki menuju halte dan menunggu bus yang sejurusan dengan SMA Ganesha. Bus tersebut pun tidak akan sampai di depan gerbang sekolah, hanya berhenti di halte terdekat dari SMA Ganesha tersebut.

Namun, sensasi naik bus serta biaya yang dikeluarkan lebih irit, menjadi alasan Keysha dan Naya memilih kendaraan umum tersebut sesekali. Jika bangun telat, jelas, mereka pasti lebih memilih ojek online.

*

Setelah menjelaskan perkara kemarin tentang tuduhan tidak berdasarnya kepada Naka, Keysha dan Naya berpisah. Lagi-lagi mereka tidak menghabiskan waktu istirahat bersama di kantin, sebab Keysha harus menemui Naka. Dan Naya paham hal tersebut.

Jadi, di sinilah Keysha. Melongok sejenak ke ruangan kelas 11 IPA 1 dan mendapati tempat tersebut masih ramai. Dia meringis pelan kala salah satu dari mereka melihatnya.

"Cari siapa?" tanya siswi berkacamata bulat tersebut. Dia duduk paling depan sebelah kanan, dekat dengan pintu masuk.

"Naka," jawab Keysha singkat.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang