23. Date Planning

79 8 0
                                    

"Ini perasaan gue doang apa lo emang akhir-akhir ini lagi deket banget sama Dafa?"

Pertanyaan bernada datar itu sontak menghentikan aktivitas Naya yang tadinya hampir memasukkan sepotong bakpao ke mulut. Cewek yang mengenakan terusan berwarna kuning itu sontak terbatuk kecil. Semakin membuat Keysha yang duduk di depannya curiga. Menyipitkan mata.

"Gue, 'kan, masih ngejalanin hukuman, Key."

"No. Kalau cuma ngejalanin hukuman, harusnya tetep nemenin dia latihan setiap hari Kamis, 'kan? Terus yang gue liat kemarin itu apa? Kalian pulang bareng."

"Cuma pulang bareng, 'kan?"

Keysha menggeleng. "Kepergok makan berduaan di taman belakang. Dafa yang keseringan ke kelas cuma buat bawain lo jajanan. Atau little talk kalian yang nggak sengaja gue denger di depan kelas. Atau bales-balesan komen di Instagram. Atau kedatangan Dafa yang terlalu tiba-tiba dan bawa lo pergi. See? Itu bukan cuma sekadar 'cuma pulang bareng', Nay. Kalian ... baper?"

Penuturan panjang nan akurat itu membuat Naya melongo sejenak. Gugup di saat bersamaan karena menyadari Keysha ternyata selama ini diam-diam menganalisis dirinya dengan Dafa.

"Nay? Lo ... baper sama Dafa, ya?" desak Keysha lagi. Cewek itu memajukan wajahnya, menatap intens kedua bola mata Naya yang kini melihat ke sembarang arah.

Bunyi gemericik air mancur mini di taman belakang rumah Naya menjadi pengiring ketegangan di antara keduanya. Meski memang, sedikit tidak serasi.

"Ngaco," elak Naya dengan tawa yang terpaksa. Keysha menyipitkan mata. Lantas memundurkan wajahnya kembali dan mengembuskan napas.

"Iya, sih. Nggak mungkin juga lo baper. Lo, 'kan, termasuk cewek yang susah suka sama orang. Jadi agak nggak mungkin lo tiba-tiba baper sama Dafa."

Diam-diam Naya mengembuskan napas lega mendengar itu. Dia melanjutkan menyuap sepotong bakpao ke mulut. Namun, ucapan Keysha selanjutnya sukses membuatnya tersedak.

"Tapi yang gue lihat, si Dafa deh kayaknya yang baper sama lo."

"Uhuk-uhuk! Air!" Naya berteriak heboh ketika segumpal bakpao dirasanya mengganjal kerongkongan. Dengan gesit, Keysha menyodorkan jus melon milik Naya ke hadapan gadis itu.

Naya meminum jus melonnya dengan rakus, sampai gelas tinggi itu kosong. Dia menatap ke arah Keysha dengan mata memerah. "Pernyataan lo ditolak, Key."

"Lho? Kenapa? Menurut analisis gue nih, ya, cowok itu emang baper beneran sama lo. Ngapain dia selalu repot-repot ke kelas cuma bawain jajanan dengan dalih nggak sengaja lewat dan kebetulan abis dari kantin? Terus ngapain dia selalu nawarin lo tumpangan buat pulang sekolah? Itu udah melenceng banget dari perjanjian kalian berdua, 'kan?"

Keysha tiba-tiba teringat dengan ucapan Ayla di GG Centre waktu itu. Tentang kesepakatan Naya dan Dafa yang dirasanya sangat menggemaskan dan mirip cerita di novel-novel fiksi remaja.

"Mirip ... cerita Wattpad mungkin?" cicit Keysha akhirnya.

"Terlalu drama," sanggah Naya cepat.

"Yup. Terlalu drama dan nggak menutup kemungkinan memang begitu faktanya. Apa salahnya dia baper sama lo?"

Naya terdiam sejenak. Dia menghela napas, lagi. Kali ini lebih berat.

"Lagian kalau dipikir-pikir, Dafa tuh oke juga. Atlet bulu tangkis kebanggaan sekolah. Lo suka liatin pertandingan bulu tangkis. Lo suka Jojo. Dan kalau diliat-liat, mereka ... mirip, nggak, sih?"

"Key ... lo abis jadian sama Naka kok jadi ngaco gini pikirannya?"

Tak terima mendengar kalimat itu, Keysha memberengut. "Nggak ngaco tau!"

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang