13. Pemberian dari Naka

91 11 0
                                    

Pagi ini Keysha melewatkan sarapan sebab bangun kesiangan. Semalam lagi-lagi dia mendedikasikan waktunya menonton drama Korea sampai dini hari. Membuat alarm dari ponselnya tadi subuh tidak ada harga dirinya sebab diabaikan.

Dan akibatnya adalah, matanya mengantuk luar biasa ketika Pak Abdul—guru mata pelajaran PPKN—di depan sana sedang menulis TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi) DPR dan jajarannya.

Keysha juga bisa merasakan kepalanya berdenyut sakit. Membuat penglihatannya makin berkunang-kunang. Konsentrasinya jangan ditanya lagi. Dia serasa sedang berada di tengah-tengan lalu-lalang kendaraan.

Dengan erangan lemah, Keysha mulai memijit-mijit keningnya. Berharap rasa sakit yang bersumber dari sana perlahan mereda. Naya yang awalnya fokus mencatat apa yang ditulis Pak Abdul menoleh juga.

"Kenapa, Key?" tanyanya dengan nada perhatian.

"Nggak papa, Nay." Dan dasarnya memang Keysha tidak pernah ingin merepotkan siapa pun, apalagi Naya. Namun tentu saja sahabatnya itu tidak akan percaya begitu saja.

"Kepalanya sakit, ya?"

Keysha tidak menjawab ketika rasa sakit kepalanya makin menjadi. Sebuah erangan lemah keluar lagi dari bibirnya. Membuat Naya  segera mengambil keputusan sendiri. Dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Maaf, Pak. Keysha sakit."

Pak Abdul yang tadinya sibuk menulis segera menoleh. Begitu juga seluruh penghuni kelas, menatap ke arah bangku mereka.

"Sakit apa?"

Naya menoleh ke arah Keysha, memberi kode agar sahabatnya itu menjawab dengan jujur. Karena telanjur ketahuan, akhirnya Keysha menjawab juga.

"Kepala saya sakit, Pak."

"Kalau begitu, kamu ke UKS saja," ujar Pak Abdul. "Naya, tolong anterin, ya? Tapi dianterin aja, habis itu kembali ke kelas."

"Baik, Pak."

Diikuti seluruh pasang mata, Naya segera menggandeng Keysha keluar dari kelas. Saat keduanya berhasil menjejaki lantai koridor, Naya dengan gerakan agresif menempelkan tangannya di kening Keysha.

"Nggak panas. Lo abis begadang lagi, ya, Key?"

"Nggak, kok."

Naya menghela napas. "Ketauan banget boongnya."

"Gue sering begadang juga biasanya nggak pernah sesakit ini kepalanya."

"Emang! Tapi baru sekarang efeknya dateng!" sergah Naya ketus. Menimbulkan kekehan dari Keysha.

Keduanya mulai menuruni anak tangga menuju lantai bawah. Letak Unit Kesehatan Sekolah berada di samping ruang guru. Gedung itu persis bersebelahan dengan gedung kelas 10.

Tidak lama kemudian, sampailah mereka ke UKS. Yang mana pagi itu dijaga oleh dua anak PMR.

"Perawat Disa lagi nggak ada, ya?" Naya langsung bertanya ke salah satu dari mereka ketika tidak menemukan Perawat Disa—yang biasanya selalu menjaga—di sana.

Siswi dengan name tag Juliana itu menggeleng pelan. "Hari ini nggak masuk."

"Temennya lagi sakit? Langsung istirahat aja, ya?" Siswi lain segera menghimbau untuk segera ke bagian brankar. Keysha dihela untuk berbaring di brankar paling ujung sebelah kiri UKS.

"Minta obat sakit kepalanya, ya? Dari tadi dia pusing." Naya bersuara seraya memperbaiki posisi berbaring Keysha.

Siswi bernama Tika itu mengangguk. "Mau dibikinin teh anget, nggak?"

"Boleh." Bukan Keysha yang menjawab, tetapi Naya.

Rekan Juliana itu segera berlalu dari sana. Menyisakan Keysha yang mulai memejamkan matanya sambil sesekali memijit keningnya. Naya meraih minyak kayu putih yang terletak di nakas samping brankar. Dengan telaten, dia mengoleskan minyak tersebut ke masing-masing sisi kening Keysha.

Hello, Mars! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang