Rindou terbangun karena notifikasi pesan yang begitu banyak, kondisi pemuda bersurai dwiwarna itu cukup berantakan terlihat dia seperti habis olahraga. Entah apa yang dia lakukan semalam yang jelas semua ingatan tentang kejadian semalam menjadi samar-samar, kecuali saat Souya di pukul Sanzu dan Hanma. Selebihnya hanya pusing yang dia rasakan.
"Apa yang semalam terjadi?" Ucap Rindou sambil memijat pangkal hidungnya.
Setelah itu dia melihat notifikasi pesan dari kawata bersaudara, dan anehnya mereka berdua memberi pesan agar Rindou meminum obat dengan teratur. Tak lupa sebuah kata yang mampu membuat pemuda itu tersenyum lembut, 'tak perduli apapun kondisimu aku akan selalu ada untukmu, baik susah maupun senang.'
"Souya."
Mungkin benar jika sahabat adalah orang yang paling mencintai mu, sesudah orang tuamu, sedangkan pacar adalah orang ketiga yang baru datang menjadi penghancur segalanya. Dan setelah pergi meninggalkan luka tak berbekas, ah tapi apa Rindou sampai sekarang masih sendiri?
Merasa sudah puas melihat-lihat medsos, pria bersurai dwiwarna itu segera turun kebawah namun.
Brak....
"Itaiihhhh......"
Rindou terjatuh karena tidak bisa menahan nyeri punggung, ini aneh karena Rindou tidak punya riwayat sakit apapun tapi kenapa sekarang dia merasakan nyeri luar bisa. Sampai berdiri saja susah, 'sebenarnya apa yang telah terjadi?'
Dengan menghela nafas panjang Rindou mulai melangkah kaki kanannya terlebih dahulu, walau sakit tapi tidak terlalu buruk kerena ternya dia bisa berjalan walau pincang.
"Sepertinya kemarin aku habis jatuh dari tangga atau kepeleset." Pikir positif Rindou.
Dengan pontang-panting Rindou berjalan menuju kamar mandi, seperti bisa dia memulai membasuh muka baru gosok gigi setelah itu berendam di bathtub, namun sial saat dia selesai dan mulai merapikan rambut dengan handuk terbalut sepinggang.
Pemuda bersurai dwiwarna itu tidak sengaja melihat bekas gigitan di lehernya, seketika itu membuat memory kemarin malam berputar kembali bagaikan radio rusak.
Samar samar dia mengingatkan jika semalam dia.......
"Gak gak, gak mungkin." Sambil menutup mulut dengan kedua tangannya Rindou berusaha menyakinkan dirinya, jika apa yang dia pikirkan itu salah, pasti salah.
Tak ingin terus berkutik dari pikiran negatif, Rindou mulai merapikan diri dan segera ke bawah menemui ibunya.
***
"Mami." Ucap Rindou yang sedang mondar-mandir mencari ibunya, dia butuh penjelasan kemari siapa yang bawa dia pulang.
"Ohayou Rin." Sapa sang ibu yang melihat sang anak sedang kebingungan seperti mencari sesuatu.
Saat sudah bertemu ibunya, seketika Rindou mengurungkan niatnya untuk bertanya sebenarnya semalam apa yang telah terjadi? Dia tidak ingin sang ibu menjadi kahwatir dengan kondisinya, terlebih saat ini ibunya terlihat pucat. Sepertinya ibu sedang sakit.
"Iya Rin kok tumben kagak bales sapaan mami." Cengok sang ibu melihat anaknya cuma diam tak bergerak.
"Ohayou mami." Menyadari dia sedang melamun Rindou seger pergi dari dunia khayalnya.
"Mami Rin laper." Ucap Rindou yang langsung memeluk ibunya dari belakang supaya sang ibu mengusap surainya, memang bagi Rindou sentuhan ibu adalah penghangat jiwanya.
"Hai hai hai ini mami siapkan telur." Ucap sang ibu yang sedang mengusap surai Rindou, tak lupa dia menyuruh Rindou duduk saja dan jangan ganggu. Udah gede kok masih manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love hate relationship [ RanxRindou ] End
FanfictionKeputusan sekolah di sekolah elit adalah awal dari penderita tak berujung bagi seorang Haitani Rindou, terlebih dia menjadi bahan bully karena status perekonomian, akan tetapi pada suatu hari Rindou tidak sengaja mendengar kabar kelam hidupnya, yang...