Sesampainya di rumah Rindou langsung pergi kekamar ibunya, dia mencari kesana kemarin sertifikat dan juga dokumen keluarga. Tanpa Rindou Sadari sebuah kotak jatuh, menimpa kepalanya.
"Aaahhkkk..." Pekik Rindou.
Kotak itu cukup asing bagi Rindou, mengingat dia tidak pernah melihat kotak itu sama sekali.
"Apa ini kotak perhiasan mami." Sambil bergumam Rindou membolak-balikkan kotak itu.
Namun dari pada kotak perhiasan, kotak itu lebih tepatnya kotak biasa yang sudah tua, tapi kalo kotak ini tidak berarti mengapa ibunya menyimpan bahkan menyembuhkannya.
"Hmm sepertinya ini rahasia."
Sambil tersenyum tipis pria bersurai dwiwarna itu mulai membuka kotak itu, hal pertama yang dia lihat adalah sebuah surat, dan juga akta kelahirannya. Tak hanya itu Rindou juga melihat sebuah foto keluarga, mungkin itu keluarganya.
"Siapa mereka?"
Difoto itu terdapat satu anak bersurai blonde dengan kepang dua sebahu, seorang wanita sedang mengandung tua dan laki-laki dewasa. Sambil mengerutkan keningnya Rindou membalik foto itu, dan siapa sangka di balik foto itu terdapat sebuah tulisan.
'Papa, mama, Ran dan malaikat kecil.'
Tanpa Rindou Sadari air matanya mengalir membasahi pipi, Rindou tidak tau dia harus senang ataupun sedih. Bagiamana mungkin dia saudara dari Annabelle, orang sinting yang telah menodainya, mungkin itu Ran orang lain, lagi pula nama Ran kan tidak cuma dia.
Bisa saja ribuan, jutaan bahkan pasaran. Ya nama Ran itu obralan yang kalo di jual sepuluh ribu tiga.
Tapi kalo diingat ingat mungkin ini jawaban mengapa mereka mempunyai marga yang sama, itu karena mereka saudara, oh Rindou bagaimana mungkin kau tidak sadar dengan semua ini. Atau ini hanya kebetulan, tapi kalo diingat ingat ibunya selalu marah jika Rindou bertanya dimana ayahnya, sampai pemuda bersurai dwiwarna itu enggan bertanya lagi.
"Papi, onii-chan."
Masih terhanyut dalam lamunannya, Rindou berusaha mengingat selain marganya sama dengan Ran, pria bersurai dwiwarna itu juga baru sadar jika mereka memiliki mata yang mirip.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Kali ini Rindou tidak ingin tinggal diam, mengingat sang ibu yang sedang memerlukan uang untuk pengobatan, dan juga kebenaran siapa sebenarnya dia itu, serta seperti apa sih marga Haitani sebenarnya dimata umum. Rindou harus tau.
Dengan perasaan campur aduk, Rindou membaca akta kelahirannya, serta beberapa surat dokumen. Yang mampu membuat hati pria itu hancur, semuanya telah tertulis dengan jelas jika Rindou adalah dalang dari penderita ibunya.
"Mami Rin akan menolong mu."
Berbekal alamat rumah lamanya, akta kelahiran serta foto keluarga, Rindou berniat mendatangi kediaman Haitani, tapi sayangnya.
Baru tiga langkah tubuh pria itu tidak bisa menahan beban yang ditanggung, alhasil Rindou jatuh tak sadarkan diri. Namun kali ini tanpa seseorang di sampingnya.
Tapi siapa sangka ternyata seseorang yang tadi siang memungut pin nama Rindou, mengikuti Rindou sampai di kediamannya.
"Kau begitu indah Rin dan sangat cantik, tidak akan aku biarkan seseorang memilikimu kecuali diriku."
Sambil meletakkan tubuh Rindou di atas kasur, pria itu mencium kening, mata hidung bakan bibir Rindou.
"Ah Rindou aku benar-benar terobsesi dengan mu."
Kali ini pria itu tidak segan-segan membuka beberapa kancing kemeja Rindou, tak lupa dia meletakan plester penurun panas, dan menarik tubuh Rindou ke pelukannya.
"Tak perduli dengan cara apapun akan aku jadikan kau milikku."
***
Keesokan harinya Rindou terbangun dengan keadaan segar, namun anehnya dia bisa mencium aroma minya telon. Serta sesuatu di keningnya, tapi saat dia sentuh nihil tidak ada apa apa?
"Ini jam berapa?"
Sambil mengumpulkan nyawanya yang tertinggal, Rindou masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Lagi lagi dia di buat kesal saat melihat bekas gigitan Ran, serta sakit di lidahnya gara-gara ulah Sanzu.
Setelah selesai membersihkan diri, Rindou segera memakai baju namun kali ini dia terlihat sedih. Mengingat dia tidak memiliki baju yang cocok untuk bertemu ayahnya, serta apakah ayahnya akan mengenalinya atau justru tidak sama sekali.
Perasaan bercampur aduk membuat Rindou merasa sedih, dia takut jika kenyataannya tidak seperti ekspetasinya.
"Rin lakukan ini semata-mata demi mami."
Dengan menghela nafas panjang Rindou melangkah keluar rumah, sebelum dia pergi kekediaman ayahnya dia memutuskan ke cafe keluarganya sebentar.
Ya cafe itu memerlukan pengawasan, emang itu bukan cafe terkenal ataupun sepi. Tatapi cafe itu sudah cukup banyak pelanggan dan peminat tetap, tidak perlu menu baru yang mengikuti tren yang terpenting rasa dan cita rasa.
Cafe yang hanya menyediakan aneka kue, Puding, serta menu lainnya yang cukup terjangkau untuk semua kalangan.
***
Sesampainya di cafe pria bersurai dwiwarna itu cukup senang, ternyata walau tanpa pengawasan semua karyawan berkerja dengan baik, bahkan tak sedikit yang bertanya kabar ibunya.
Hal itu membuat Rindou senang, karena di dunia ini masih ada orang yang baik dan perduli dengan keluarganya.
Tak Ingin laut dalam kesedihan, dan tak ingin membuat karyawannya sedih. Rindou tidak memberi tau apa yang sebenarnya terjadi, dia hanya bilang ibunya cuma demam biasa.
Jadi tidak perlu khawatir, karena sebenarnya lagi pasti sembuh.
"Mungkin dua sampai tiga hari aku dan Mami tidak akan kesini tapi Rin yakin kalian bisa." Sambil tersenyum Rindou membalikan kata close menjadi open.
Setelah membuka cafe Rindou berpesan kepada manajemen cafe tersebut untuk menjaga tempat ini, tempat yang penuh kenangan dia dan sang ibu.
Tak lama setelah itu Rindou pergi menuju ke kediaman ayahnya.
Aneh entah mengapa Rindou merasa jika kehadirannya nanti tidak terlalu di harapkan, bahkan Rindou sempat berfikir mungkin dia akan di usir. Namun lagi dan lagi, dia berpegang teguh ini dia lakukan demi ibunya semata, tak perduli jika nanti dia diusir atau hal buruk lainnya. Rindou terima dengan tangan terbuka.
"Semoga papi mau membantu Rin." Ucap Rindou sambil memandangi foto keluarga.
Tanpa dia sadari sebuah senyum terukir, saat dia melihat foto Ran yang masih berusia kurang lebih hampir dua tahu, yang menunjukkan gigi ompongnya.
"Andai aku punya foto berdua dengan kakak, pasti terlihat manis."
Namun senyum itu kembali memudar, mengingat Ran juga salah satu dari beberapa orang yang telah membully nya.
"Rin yakin pasti bukan dia."
Masih berpegang teguh dengan pendiriannya, bahwa yang namanya Ran belum tentu sih Annabelle, karena nama Ran tentu banyak yang pakai. Secara nama itu cukup bagus serta berkarisma.
Tapi jika Ran adalah kakaknya maka mau tidak mau dia harus hormat serta patuh, terlebih Ran lebih tua. mengingat tata krama itu penting.
"Akhirnya aku akan bertemu dengan papi dan kakak."
Sambil memandangi langit cerah Rindou melangkah kaki masuk kedalam taksi menuju kediaman ayahnya.
Namun siapa sangka jika itu adalah awal dari penderitaan tak berujung untuknya.
Hello command and like aku tunggu
Gak ada yang aku command dari book ini karena Rin buatnya pas lagi sedih.
See y.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love hate relationship [ RanxRindou ] End
FanficKeputusan sekolah di sekolah elit adalah awal dari penderita tak berujung bagi seorang Haitani Rindou, terlebih dia menjadi bahan bully karena status perekonomian, akan tetapi pada suatu hari Rindou tidak sengaja mendengar kabar kelam hidupnya, yang...