pergi kau

383 35 30
                                    

Sebuah mansion megah terpampang jelas di mata Rindou, pria bersurai dwiwarna itu tak henti-hentinya takjub akan kemegahan bangunan itu.

"Apa benar itu rumah."

Rindou yakin jika rumah itu seluas lapangan Monas, oh bukan maksudnya seluas lapangan menara Eiffel. Kalo gini rumahnya kagak ada apa-apanya dibandingkan rumah papinya, pantas Annabelle sombong.

"Kalo buat rumah sebesar itu kira-kira butuh berapa uang." Sambil mengerutkan kening Rindou yakin jika keputusannya meminta tolong ke ayahnya adalah keputusan tepat.

Entah karena tidak fokus atau emang dia yang gak sadar, bahwa pak taksi sudah memanggil Rindou untuk segera turun.

Sambil tersenyum kikuk pria bersurai dwiwarna itu memberi uang, dan segera pergi menuju gerbang masuk rumah.

"Permisi pak boleh saya masuk."

"Maaf apa adik sudah punya ijin sama taun besar?"

"Belum pak."

"Kalo begitu adik boleh pergi."

"Tapi saya anaknya pak."

"Jangan bohong."

"Saya punya bukti pak ini dia."

Dengan senang hati Rindou menunjukkan akta kelahiran, dia yakin tidak ada bukti yang kuat selain akta kelahiran dan juga foto keluarga.

Tapi bukannya membaca sekilas satpam itu malah tertawa, seakan ada hal lucu yang terlah terjadi.

"Kau ini lebih kreatif sedikit kenapa."

Bingung, tentu, memangnya Rindou lagi lomba kesenian apa harus kreatif? Lagipula dia tidak sedang melawak, kenapa harus di tertawaan sungguh manusia primitif.

"Sudah sana pergi, kami sudah muak dengan kasus orang minta-minta seperti mu." Ucap satpam itu, yang langsung pergi.

"Terserah bapak mau bilang apa tapi saya disini ingin bertemu dengan papi?" Tak ingin kalah dengan satpam Rindou menunjukkan tekadnya dengan terus berdiri didepan gerbang.

"Aaahhkkk..." Pekik Rindou.

Sedangkan sang satpam yang sudah muak dengan kehadiran Rindou, tak segan-segan memukul pria itu dengan tongkat miliknya. Namun kekokohan tekad Rindou lebih kuat dari pukulan satpam itu, membuat pria bersurai dwiwarna itu enggan bergeming dari tempatnya.

Karena merasa jengkel satpam itu akhirnya menyeret Rindou pergi, bukan satu satpam melainkan empat satpam yang menarik Rindou pergi.

Lagi dan lagi pria itu tetap tidak bergeming, malah sekarang dia sedang asik memeluk tiang listrik dekat gerbang, sungguh mental baja.

Tanpa mereka sadari akibat dari keributan tadi membuat kepala pelayan rumah itu datang, dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. Pria yang kira-kira berumur enam puluhan menatap Rindou dengan tatapan merendahkan, seakan Rindou adalah butiran sampah yang harus di singkirkan.

"Ada keributan apa ini?" Ucap pria paruh baya itu.

"Maaf pak." Jawab para satpam dengan serentak.

"Siapa kau berani-beraninya masuk kekediaman Haitani dengan tidak sopan." Sambil melirik penampilan Rindou dari bawah keatas, pria itu merasa jengkel. Namun saat dia melihat wajah Rindou dengan sekilas, ada sesuatu hal mengganjal di hati, keluarga ini sudah kehilangan cahayanya sejak nona Haitani pergi bersama calon anaknya.

Seakan dejavu dengan wajah Rindou, yang membawa kehangatan.

"Maaf kalo saya tidak sopan, tapi satpam anda yang mulai duluan." Merasa bersalah Rindou menunduk sembilan puluh derajat.

Love hate relationship [ RanxRindou ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang