School

316 29 0
                                    

Saat perjalanan menuju kediaman Rindou, tak sengaja mereka melewati sekolah yang menjadi saksi bisu pertemuan Rindou dan Ran.

Sedikit trauma dan takut tapi di lubuk hati Rindou, dia rindu suasana di sekolah itu. Atau mungkin ada sesuatu yang lain, yang membuat Rindou ingin mengunjungi sekolah itu.

"Hinata bisakah kita berhenti sebentar aku ingin menemui seseorang."

"Tapi tuan anda harus istirahat."

"Saya bisa mengontrol emosi."

"Tapi...."

"Saya janji tidak akan seperti di rumah sakit."

"Baik tuan."

Entah perasaan apa? Yang membuat Rindou merasa sangat bahagia, dan berharap dia ada disana. Ya dia laki-laki brengsek salah satu sutradara yang membuat hidupnya hancur, walau begitu rasa cintanya lebih besar di banding rasa kekecewaan.

Antara cinta sebagai saudara, atau cinta karena hal lain .

"Hinata maaf."

Tanpa sepengetahuan Hinata dan sang supir, Rindou ternyata diam-diam mengambil kunci mobil, hal itu tentu membuat kedua orang yang terjebak didalam mobil panik.

Mereka takut Rindou kabur atau lebih parah Rindou kabur bersama Ran musuh tuan mereka.

***
Memasuki koridor sekolah Rindou disambut tatapan jijik dari sudut kesudut, dia tidak tuli. Rindou dengar mereka membicarakan perut Rindou yang membuncit, kata-kata jalang serta lonteh di ucapkan khusus untuknya.

Jika seseorang hancur karena hamil diluar nikah dikatakan sampah masyarakat, lantas kata-kata apa yang cocok untuk sih brengsek yang telah menghamilinya.

Rindou juga butuh keadilan, tapi dia tidak ingin Terano tanggu jawab, mengingat sosoknya yang keras. Bisa bisa dia di KDRT setiap hari setiap saat.

Lebih baik hidup sendiri walau sederhana, dari pada hidup berdampingan tapi sengsara.

"Rin ingat Tuhan menciptakan makhluknya dengan dua tangan bukan untuk menyumbat mulut-mulut orang yang sirik, tetapi tuhan menciptakan makhluknya dua tangan untuk menutup telinga."

Dengan menghela nafas berat, Rindou menyunggingkan senyum termanisnya, dia mulai menyapa satu persatu deretan siswa siswi yang sedang omongin dirinya.

Jujur saja lebih enak mendengar cacian di depan daripada di belakang, seakan seseorang yang sedang mencari sensasi dan minta jadi pusat perhatian.

Orang orang begitulah jalang sebenarnya, sok suci dan tersakiti tanpa tau kondisi seseorang yang sedang mereka omongin.

Ibarat kata bercermin pada tembok, ngatain orang tapi tak sadar cangkang, karena seseorang yang ngatain orang lain jalang adalah jalang itu sendiri.

Sakit sih tapi bisa ditahan, kalo Rindou ladenin yang ada mereka besar kepala.

***

Berjalan kesana-kemari membuat Rindou capek dan akhirnya memutuskan kekantin.

"Haus Rin ingin es puding coklat dengan toping stoberi."

Sambil ngedumel Rindou tanpa sengaja menabrak seseorang, yang membuat hidungnya sakit.

"Aaa sakti tau kalo jalan pakai mata, untung hidungku gak masuk kedalam."

Bukannya minta maaf atau protes seseorang yang barusan Rindou tabrak malah memeluk erat tubuh Rindou.

"Rin aku rindu."

Mendengar suaranya cukup familiar membuat Rindou membuka lebar-lebar kedua matanya. Kaget tentu saja, tidak salah dengarkan dia.

Love hate relationship [ RanxRindou ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang