air mata

552 46 28
                                    

Rindou langsung berlari menerobos kerumunan siswa itu, dia sangat malu dan terpukul. Bagaiman mungkin mereka bisa membalikkan fakta dengan satu tarikan.

"Rin bukan jalang, Rin anak baik." Ucap Rindou sambil menutup kedua telinganya, tak lupa matanya juga terpejam sebab Rindou yakin walau sudah menutup telinga. Matanya masih bisa membaca pergerakan bibir, siswa disana.

Sementara Ran yang melihat punggung Rindou semakin hilang merasa senang, "ini awal dari neraka mu." Dan setelah itu dia pergi bersama Izana dan Kakucho.

Untuk Sanzu sendiri, dia segera pergi dari sana dengan tawa yang cukup keras. 'Tenang Rin masalahmu bisa aku atasi jika kau mau jadi jalangku.'

***

Tak tau dimana tempat Rindou bisa berpijak, yang jelas pria bersurai dwiwarna itu kini sedang sedih. Di satu sisi dia bingung membayar uang rumah sakit ibunya, di sisi lain dia bukan orang murahan yang menjual diri demi uang.

"Hiks... Aku bukan jalang, aku bukan jalang."

Rindou terus berjalan tanpa perduli tatapan menjijikan setiap siswa yang berpapasan dengannya, sampai akhirnya dia sampai di rooftop.

Tidak ada tempat yang indah selain tempat itu, dimana tidak ada siswa ataupun siswi disana, hanya dia seorang.

"Hiks... Hiks kenapa kenapa Rin yang disalahkan."

Bingung itu yang Rindou rasakan, dalam sehari hatinya hancur melihat kondisi kritis sang ibu, dan sekarang dia harus menjadi cemoohan dari setiap siswa.

"Seharusnya aku tidak sebodoh ini." Sambil bergumam Rindou memukuli kepalanya sendiri, dia tidak perduli bagi pemuda bersurai dwiwarna itu sakit di kepala tidak ada bandingannya dengan sesak dihati.

"Aku harus apa?" Tanpa Rindou tanpa dia sadari sedari tadi Souya mendera setiap kata yang luar dari mulutnya.

"KAMI SAMA KENAPA KAU TIDAK ADIL." Teriak Rindou yang langsung berlari menuju bibir rooftop.

Rindou berdiri tepat di ujung rooftop, dia terlihat tersenyum lembut saat memandang kebawah, sambil mengambil seutas kertas Rindou mulai menulis sesuatu.

Setelah selesai menulis sesuatu di kertas itu, Rindou menghela nafas panjang sambil tersenyum, dia mengambil handphone dan mulai berselfi, tidak terlalu banyaknya yang di ambil mungkin dua sampai tiga foto saja.

"Mama aku akan membayar uang rumah sakit mu hari ini juga."

Sambil tersenyum lembut Rindou menutup kedua matanya dan mulai melangkah kebawah, dia tau tidaknya ini tidak akan pernah dibenarkan ataupun bikin ibunya bahagia. Namun jika itu bisa membuat hatinya tenang maka dia akan melakukan.

'Jika tindakanku ini akan menjadi penyesalan seumur hidup, maka itu akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang ada disekitar ku.'

"Sayonara mina..."

Dan tepat saat pria bersurai dwiwarna itu jatuh, sebuah tangan penarik pergelangan tangannya, Rindou yang tau ada seorang yang menolongnya. Merasa jengkel dan muak, apa matipun susah untuknya?

"Souya apa yang kau lakukan?" Tanya Rindou dengan nada bicara yang kurang enak di dengar.

"Maafkan aku Rin, jika selama ini aku selalu gagal menjadi sahabatmu." Jawab Souya yang berusaha menarik Rindou keatas.

Rindou yang memang sudah tau pribadi sahabatnya itu hanya memandanginya dengan malas.

"Padahal aku sudah berjanji akan selalu bersamamu namun kenyataannya aku selalu terlambat dan terlambat."

Tanpa Souya sadari dia mengais, air mata pemuda itu jatuh membasahi wajah Rindou, perlahan-lahan mimik wajah Rindou yang semula judes kini menjadi luluh.

Love hate relationship [ RanxRindou ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang