Setelah menghabiskan supnya, sang ayah memberi beberapa pil untuk Rindou. Dengan senang hati pria bersurai dwiwarna itu meminum obatnya, tak lupa dia juga menghabiskan air minum dari ayahnya.
"Pak tolong anda keluar sebenar saya ingin bicara empat mata dengan anak saya."
"Baik tuan."
Mendengar sang ayah ini berbicara berdua dengan Rindou, pria bersurai dwiwarna itu tak henti-hentinya tersenyum ceria.
Namun siapa sangka atmosfir di ruangan tiba-tiba berubah menjadi dingin, hawa yang semula terasa penuh kehangatan kini berubah menjadi dingin tak berpenghuni.
"Papi ingin bicara apa dengan Rin?" Ucap Rindou agak ragu, walau dia ayah Rindou tapi mengingat mereka tidak pernah bertemu pasti ada jarak diantara mereka.
"Kenapa kau datang kembali." Tatapan yang semula penuh kehangatan kini berubah amarah kebencian.
"A_apa maksud papi?" Ditatap seperti itu tentu membuat hati Rindou bertanya-tanya.
"Dengar aku tidak sudi kau panggil papi dasar anak pembawa sial." Tak main-main dengan ucapan dari sang ayah, pria itu juga menunjukkan beberapa pelanggan bayi, yang di duga itu milik Rindou waktu dia masih didalam kandungan.
"Hiks... hiks tapi kenapa pi." Rindou yang semua berusaha tenang kini tidak bisa membendung air matanya, dai malah menangis sesenggukan.
"Gara-gara kau semua rencanku gagal." Melihat sang anak menangis bukanya iba sang ayah malah mencengkram kuat dagu Rindou.
"Jadi cepat bilang apa tujuanmu kesini." Lanjut sang ayah.
"Hiks... Hiks Rin cuma minta papi tolong mami." Melihat sang anak sedih dan bingung, bukannya membuat pria itu luluh dia justru tertawa.
"Aku kan menolong mami mu, jika kau mau menuruti semua sarat tanpa terkecuali."
Mendengar penuturan dari sang ayah, membuat Rindou faham kenapa ibunya tidak pernah memperkenalkan sosok ayahnya kepada dia, jadi seperti ini kelakuan sosok yang Rindou rindukan, apa perilaku Ran seperti itu karena didikan ayahnya?
Ayah mengapa kau membenciku seperti ini, apa tidak ada rasa cinta didalam dirimu kepada ku?
"Jawab sialan." Melihat sang anak cuma diam tak berkutik membuat dia naik darah.
"Rin minta papi membayar semua biaya rumah sakit mami." Menyadari sang ayah akan mukulnya, Rindou berucap tanpa melihat lawan bicaranya sambil menutup muka dengan kedua telapak tangannya.
"Berapa biayanya."
"Sembilan ratus juta Yen."
Mengetahui nominal yang tak bisa dibilang kecil, sang ayah cuma memijat pangkal hidungnya. Lalu....
"Akan aku bayar setengah dulu, jika kau berjanji tidak akan memanggil ku papi didepan Ran, dan menyembuhkan status saudara kalian." Sambil mengusap surai Rindou sang ayah menarik kepala Rindou agar bersandar ke dada biak pria itu.
"Tentu bukan itu saja, kau juga harus ikut dengan ku. Tanpa pengecualian serta banyak pertanyaan." Melihat Rindou diam membuat sang ayah senyum bahagia.
"Aku beri waktu tiga puluh menit jika kau setuju mami kesayanganmu, aku pastikan sembuh." Setelah itu sang ayah pergi dari kamar Rindou.
Menyadari ayahnya sudah pergi, Rindou dibuat gundah dia bingung harus berbuat apa? Di satu sisi dia ingin sang ibu selamat tapi disisi lain dia merasa jika Rindou setuju akan ada hal buruk yang menimpanya.
Perasaan itu tidak datang secara semata, dia masih ingat dari perkataan ayahnya. Seperti ada ucapan yang mengganjal tapi jika Rindou tidak menerima Rindou tidak tau harus berbuat apa lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love hate relationship [ RanxRindou ] End
FanfictionKeputusan sekolah di sekolah elit adalah awal dari penderita tak berujung bagi seorang Haitani Rindou, terlebih dia menjadi bahan bully karena status perekonomian, akan tetapi pada suatu hari Rindou tidak sengaja mendengar kabar kelam hidupnya, yang...