Malaikat kecil

329 27 15
                                    

Saat ini Terano sedang mematung tak berkutik melihat surat dari dokter, dia terus bertanya-tanya siapa orang yang telah menghamili Rindou.

Tetapi yang lebih mengejutkan lagi umur dari kandungan Rindou sudah tiga belas Minggu, artinya tiga bulan lebih.

"Ini tidak mungkin dokter pasti salah, tidak mungkin umur kandungan pacar saya segitu."

Kata-kata itu lah yang di lontarkan Terano beberapa jam yang lalu, tetapi sang dokter tetap menegaskan bahwa dia tidak salah perhitungan. Untuk menutupi rahasia besar ini Terano menyuap sang dokter.

"Baik hasil laporan akan saya ganti menjadi tuju Minggu."

Yang menjadi pertanyaan Terano saat ini siapa bapak dari anak yang ada di kandang Rindou, niat awalnya dia ingin membunuh anak itu tetapi dia urungkan. Siapa tau anak itu bisa menjadi senjata barunya untuk membunuh Ran dan memiliki Rindou seutuhnya.

"Shion aku punya tugas untuk mu, selidiki siapa orang pertama yang berhubungan seks dengan Rindou."

"Baik tuan."

Setelah kepergian Shion, Terano masuk kedalam ruang VIP dirumah sakit itu, terlihat pria cantik sedang berbaring dengan beberapa peralatan penunjang hidup.

Hampir saja nyawanya tidak tertolong tapi untung para tenaga medis sigap menanganinya.

"Rin maafkan aku." Ucap Terano sambil mengecup telapak tangan Rindou, yang kini terdapat infus.

"Tuan memanggil saya."

Tak selang lama datang pelayan pribadi Rindou, yang terlihat masih shock depan apa yang dia lihat tadi pagi, tapi syukurlah Rindou dan anaknya selamat walaupun kondisinya masih kritis.

"Hinata jaga Rindou, saya ada urusan yang harus saya tangani."

"Baik tuan."

Siapa sangka Terano berniat membunuh jalang yang hampir membunuh Rindou, bagi Terano Rindou segalanya untuk dia ibarat kata Rindou itu alat muti fungsi. Dia senjata untuk menghancurkan Ran dan juga partner seks, tak hanya itu sebenarnya Terano juga hutang nyawa kepada Rindou dan juga ibunya.

Jadi tidak ada salahnya dia membunuh orang yang hampir membunuh Rindou.

'Dengan begini hutang nyawaku sudah aku bayar.'

***
Sementara Hinata saat ini hanya bisa menangis, antara suka ataupun duka. Hinata senang selama ini kecurigaannya benar tentang kondisi Rindou yang berbadan dua, tetapi dia sedih karena kelalaiannya Rindou hampir meninggal.

"Tuan maafkan aku, pasti tadi sangat sakit."

Hinata masih mengingat bagaimana kondisi Rindou tadi pagi, yang terus meraung kesakitan. Terlebih saat mulutnya keluar darah, Rindou terus meremas perutnya karena merasa sakit.

Tak hanya itu saja Rindou juga terus berkata, kalo perutnya serasa ingin meledak, sakit benar-benar sakit dia tidak sanggup, dia ingin pingsan. Tetapi Terano memerintahkan Hinata agar mencegah Rindou pingsan.

Terano tidak ingin Rindou memejamkan matanya, dia takut ini akan menjadi hari terakhir dia membuka mata.

"Syukurlah tuan Rindou masih selamat hiks..."

Sebagai pelayan yang baik Hinata menjaga Rindou dua puluh empat jam, bahakan dia akan merasa bersalah jiga tanpa sengaja tertidur, Walau kadang suntuk melanda. Mengingat Rindou masih berbaring tak sadarkan diri.

Tapi hinata menepisnya dengan berkata di samping Rindou, bagi Hinata walau Rindou sedang tertidur tetapi dia yakin pasti Rindou mendengarkan ucapannya.

Sebenarnya Hinata bisa saja nonton tv atau tidur di sofa tetapi dia tetap memiliki duduk samping Rindou, baginya kecelakaan yang menimpa Rindou adalah tanggung jawabnya.

Love hate relationship [ RanxRindou ] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang