➾ Game Over | 12

1.2K 254 64
                                    

— The rise of the full moon...
Reveal of the true Queen. —

❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

Kemenangan dan kekalahan serupa koin dengan dua sisi berbeda. Tergambarkan seperti pilihan hidup pada dunia. Menciptakan fragmen nelangsa dan bahagia bagi mereka yang merasakan salah satu nya. Terlambat melakukan kontemplasi... Noda yang terciprat telah melekat pada duri yang menancap di lubuk jiwa. Legitimasi di ciptakan atas dasar takut akan kematian... Membelenggu jiwa jiwa lemah dengan janji keamanan yang tak sepenuhnya diberikan. Kini manusia pada akhirnya akan menghamba pada ketakutan... Bersujud pada tangan kanan dewi kematian, berharap bahwa semesta akan memberikan seteguk penawar dan hidup dalam kedamaian.

Guguran salju menyapa Luxidos setelah hari panjang terlewatkan dengan raung ketakutan. Geraman Naga masih mengangkasa... Kini mendarat di atas tanah dan sang Ibu turun dengan tatapan kosong yang kentara. Lalysa berdiri di atas tanah, mengenang sebuah memori lama, dengan gema sumpah yang telah ia gaungkan bertahun-tahun silam.

‘ Di tempat ini... Beberapa tahun ke depan... Aku akan mengubur seluruh keluarga mu dan memenuhi satu lubang ini.’

Kalimat itu terngiang di kepala sang Ibu Naga. Itu adalah sebuah sumpah yang Lysa ucapkan tepat di hadapan seluruh keluarga Kingston. Namun lubang yang telah ia ciptakan, kini tertimbun rerumputan setelah kepergiannya. Maka Droco pun kini melakukan hal serupa lagi. Ia menggeram kemudian menyemburkan api panas di sana, kemudian lubang besar tercipta sempurna.

Sebuah asap hitam perlahan tercipta, dan Jisoo datang sesuai permintaan Lysa. Jisoo membawa seluruh abu keluarga Kingston yang telah Lysa bakar sebelumnya. Penyihir Davenda itu pun meletakkan guci abu dari seluruh keluarga Kingston di depan kaki Lysa.

"Tugas mu telah selesai, Jisoo. Terimakasih."

Jisoo melipat tangan di depan perutnya, kemudian ia menundukkan kepala nya sejenak pada Lysa, tanda hormatnya. Sebelum sang penyihir pergi, ia menatap Lysa dengan raut simpati yang dibaluti senyum bersahaja.

"Lysa... Dunia tak tercipta untuk mereka yang lemah. Tetapi kehilangan dan ketidakadilan selalu membuat kita goyah. Mati dengan kemenangan, dan mati kemudian menang adalah dua hal yang berbeda. Namun jikalau kau memilih kematian setelah ini, tak apa... Kau telah menang." Jisoo tak mencoba menghibur Lysa... Karena ia sangat paham bahwa setelah menyelesaikan sumpah nya di atas dunia, ia ingin menyusul kedua orang tua nya di alam pitra. Karena kesendirian terlalu mengerikan, dan itu akan menciptakan kegilaan yang tak berujung.

[2] Megan Throne ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang