[BUKU KEDUA DARI MOTHER OF DRAGONS]
Megan Throne hanya dapat di duduki mereka yang mampu menaklukkan 7 Kingdoms di bawah telunjuknya. Dan tahta agung itu menjadikan rahasia kelam masa lalu terungkap, dan membuat Lysa tak bisa memaafkan, lantas memil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
Barisan kata terlukis atas kanvas yang terdoktrin oleh kesesatan nyata dalam rimba. Mengaum menapaki tanah dengan percaya, bahwa cahaya akan menuntun pada kebenaran sejati yang diimpikan setiap palung kesedihan. Teringat atas tajam nya sayatan duri yang masuk hingga ke relung hati... Menciptakan aroma busuk menumpuk pada satu wadah yang telah terkontaminasi. Ambarukma atas bahagia, kini hanya jadi kenangan yang terbawa oleh deburan ombak sarat atas abiwara. Adilaga di depan mata, dan para bangsawan mengheningkan cipta.
Dua tahun kemudian...
Lalysa Elevary Clark, sang Khaleesi dari clan Halerie, house of Targaryen... Kini tengah berdiri di atas balkon istana megah, memandangi para prajurit yang berlatih pedang. Tujuh tahun yang lalu, ia masih menatap prajurit berlatih pedang di tanah Kingston, namun sekarang... Ia melihat prajurit atas clan nya sendiri, mempersiapkan diri untuk melawan Kingston. Ironis sekali.
Sang Khaleesi menatap biru nya langit, sesekali menangkap eksistensi Droco yang terbang di atas awan dengan dua saudara nya yang lain. Segala persiapan telah selesai... Prajurit, panglima, menteri, senjata, kapal-kapal, semuanya telah rampung dalam dua tahun ini. Kini hanya menghitung hari untuk menyiapkan segala keperluan di medan tempur, termasuk persiapan atas mental untuk menyaksikan banyaknya kematian.
Lalysa pun kini termenung diam, berenang dalam lautan pemikiran nya. Hingga seseorang berdiri di samping nya, dan menatapnya dengan tersenyum.
"Kau melewatkan sarapan, Lalysa."
Atas kalimat tersebut, Lysa tersenyum. Hanya Tyrion yang berani menyebut nama nya di tanah ini. Karena semua orang memanggil Lysa dengan panggilan Khaleesi.
"Aku tak lapar, Tyrion."
"Kau selalu seperti itu jika sedang memikirkan banyak hal."
Lysa tak menjawab, ia kini hanya tersenyum tipis.
"Tyrion...."
"Hm?"
"Jika Ibu ku tak mati, apakah peperangan ini tak akan terjadi?"
Tyrion terdiam beberapa saat, kemudian menatap Lysa dengan keyakinan. "Takdir itu memang butuh pancingan. Jika pun Lady Kanza tak mati, kau akan tetap memerangi Austin, karena pada akhirnya dalam rimba yang kau masuki, hanya ada dua pilihan... Dibunuh, atau membunuh."
Lysa menatap Tyrion sambil menghela nafas, "Tyrion, sebelumnya aku tak berambisi untuk menduduki Megan Throne, tapi kenapa Austin selalu saja mengusik ku?"
"Karena kau berpotensi untuk duduk di sana. Bahkan Megan Throne sendiri mengkonfirmasi kekuasaan mu atas nya. Tersebab itulah Austin mencari celah untuk membunuh mu dan membuat nama mu buruk dalam catatan sejarah."
Lysa memilih diam, tak merespon apapun, hingga Tyrion kembali bersuara.
"Kenapa mengungkit masa lalu? Kau ingin membatalkan perang?" tanya Tyrion pada Lysa.
"Kau tau, Tyrion?" Lysa menjeda nya sejenak. "Semakin banyak kerabat mu, maka semakin takut kau kehilangan mereka. Semakin kau mencintai seseorang, semakin lemah dirimu."
Tyrion menatap awan, senyumnya terulas tampan dengan rahang gagah yang terlukis dengan sempurna, bak pahatan dewa dari syurga. "Ingin mendengar sebuah kisah?" tanya Tyrion.
"Apa?" jawab Lysa sambil menatap Tyrion di sisi nya.
"Aku pernah menyaksikan suatu kisah di atas dunia. Kisah tentang seorang Targaryen yang punya tiga naga... Ia satu satunya yang tersisa. Sendirian diatas dunia, kesepian, mengerikan. Ia kehilangan keluarga, kerabat, tak punya pasukan, tak punya senjata perang, tak punya kawan, hanya berbekal kepercayaan bahwa suatu saat nanti balas dendamnya akan terbayar. Ia mengitari tanah Urendai sendirian, menaklukkan suku suku dengan kecerdikan, memimpin pasukan dengan elegan, dan dipanggil Khaleesi di usia nya yang masih muda. Jika pun setiap manusia berusaha membuat namanya buruk dalam catatan sejarah... Namun kisahnya dalam hidupku, akan jadi lembaran terbaik yang akan terkenang sepanjang zaman."
Atas kalimat itu, Lysa tersenyum, pancaran mata Tyrion teramat tulus, dan hal tersebut membuat Lysa merasakan rasa bahagia mekar dalam hatinya.
"Selamat bertambah usia, Ratu ku. Dua puluh dua tahun hidupmu, akan mengukir banyak sejarah kedepannya. Teguhlah atas itu, kuatkan bahu mu. Semoga bulan tak lagi merasa sendirian." Tyrion mengelus surai platinum blonde sang gadis, dan mendekap nya dengan hangat, "karena akan selalu ada matahari di belakang nya."
Kecupan cinta di berikan di dahi, dan detik itu Lysa merasakan beban di pundaknya sedikit lebih ringan. Tyrion memeluknya dengan hangat, membisikan kata-kata dalam bahasa Quertha yang membuat Lysa terkejut saat mendengarnya.
"Dhazt Lune yezqa tozqhy. Dhazt Sun phiev scha kehaqtazh. Suzq kétalz befleur antvagh shad dasch thod lahctra bywasth... Alezh anayx tahcnazh moisthrea kaghar saqchpoz tozqhy-sye." (Demi bulan yang tunggal. Demi Mataharipadasumberkehidupan. Sampaikelopak bunga akhirnyasekarat dan taklagiberwarna... Aku akan tetapmencintaimusebagaisatusatunya.)
Ketika Bulan dan Matahari bersatu, hal luar biasa akan terjadi.
Dan meskipun kematian mengintai mereka disetiap keputusan di masa depan nanti, Lysa pastikan tak akan ada yang tersisa di dunia ini; kebencian-kemunafikan-kesengsaraan-ketidakadilan.
Namun eksistensi atas rasa bahagia, harus menyapa mereka yang berhak untuk kemenangan pada rimba.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamatdatang di Chapter tiga~ Ayo absen dulu yang masih nungguinceritaini update ✨ Wahh, real life ku hectic abisss. Syukurnyasudahselesai, sekarang aku bisafokusnulis.