[BUKU KEDUA DARI MOTHER OF DRAGONS]
Megan Throne hanya dapat di duduki mereka yang mampu menaklukkan 7 Kingdoms di bawah telunjuknya. Dan tahta agung itu menjadikan rahasia kelam masa lalu terungkap, dan membuat Lysa tak bisa memaafkan, lantas memil...
— In chess, the king can move one space at a time. But Queens are free to go wherever they like. You get too close, you'll get a royalty high. So breathe it in to feel alive. —
❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
Lautan luas terhampar di depan mata, dari biru tua hingga biru muda. Di atas kapal dengan berbagai jenis sifat manusia. Gelombang nya memberikan kesan atas kehidupan yang selalu dihadapkan guncangan, agar manusia dapat berfikir lebih bijaksana. Dipayungi awan di atas cakrawala, dengan nyanyian burung camar berlalu lalang seolah melantunkan pesan dari Dewa. Manik mata yang tak lepas menatap pemandangan luarbiasa di hadapan sana. Hingga sebuah atensi teralihkan tatkala sebuah pulau kecil di tengah lautan terlihat nampak menjanjikan.
Setelah menyelesaikan urusan di Diloxa, pasukan Lysa siap menuju Luxidos dengan bala ribuan kapal yang telah berlayar di tengah Samudra. Namun sebelum tiba di sana, mereka menemukan sebuah pulau kecil di tengah samudra luas; Lysa yang pertama kali menyadari keberadaan pulau tersebut.
Sang Khaleesi menatap dengan seksama, pulau tersebut di keliling hutan lebat, seolah tak pernah tersentuh manusia biasa. Rasa penasaran kian membuncah dalam dada. Lantas sang Ratu menolehkan kepala ke arah Valdez, bertanya.
"Paman."
"Kenapa, Khaleesi?"
"Kau tau itu pulau apa? Ku rasa aku baru melihatnya hari ini."
Namun gelengan dari Valdez membuat Lysa semakin penasaran. "Entahlah Khaleesi."
"Tapi aku pernah mendengar tentang sebuah pulau di perbatasan antar empat Benua, bahwa ada sebuah pulau kecil yang hidup di atas punggung kura-kura. Dikatakan bahwa pulau itu dapat berpindah tempat sesuai keinginan tetua nya." Valdez pun menggumam kecil, "mungkin pulau itu...."
Sang Ratu tersenyum, "menarik." Lysa pun mengangguk, "aku akan ke sana."
"Jangan, Khaleesi. Kita tak tau ada marabahaya apa yang ada di sana."
Lalysa lantas menepuk bahu Valdez, "firasat ku bagus, Paman. Percayalah."
Jika Lysa sudah berkata demikian, maka Valdez tak bisa menolak. Ia pun mengangguk.
"Siapkan perahu kecil!" Valdez berseru, namun Lysa mengangkat sebelah tangannya, menolak hal itu.