[BUKU KEDUA DARI MOTHER OF DRAGONS]
Megan Throne hanya dapat di duduki mereka yang mampu menaklukkan 7 Kingdoms di bawah telunjuknya. Dan tahta agung itu menjadikan rahasia kelam masa lalu terungkap, dan membuat Lysa tak bisa memaafkan, lantas memil...
— In a land without a Queen... The Princess must rise. —
❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
Ketangkasan berpikir sama halnya dengan kecepatan bargawa dalam merebut nyawa dalam jiwa. Menukik mencekam mengancam pada setiap poros yang siap menemu akara di alam pitra. Ketika lantunan apura tak dapat menenangkan jiwa, emosi melahap dengan nelangsa. Dan manusia kehilangan akal sehatnya. Tahta selalu membutakan mata, wanita tak lagi jadi pelita, dan kini hidup serupa laut yang kehilangan warna; terlihat bentuk rupa nya, disaksikan oleh mata, bentuk mengerikan sebuah kepudaran atas kata setia.
Kini di atas tanah Diloxa, Lalysa berdiri di atas kapal megah nya. Menatap dari kejauhan sebuah istana dengan seorang penguasa di depan sana. Nampak congkak dan tersenyum remeh menatap Lysa. Tatapan mata nya tajam dan menyiratkan kesombongan, ia tak gentar meski tiga naga terbang di atas awan.
Setelah Lysa berhasil menundukkan empat clan di benua barat, kini clan terakhir yang ia datangi adalah clan Diloxa —Musuh besar Kingston di masa lalu. Namun sebelum itu, mereka telah mendapat kabar bahwa Raja nya telah di gulingkan dari atas tahta. Kini seorang Putri yang berkuasa penuh dalam bidang militer maupun pemerintah di clan itu. Putri itu adalah Putri Naura; sang Putri Mahkota. Tapi ia belum dilantik menjadi Ratu, masih berstatus sebagai Putri di clan itu.
Jelasnya, Lalysa membutuhkan clan ini sebagai sekutunya. Karena clan ini memiliki pasukan khusus bernama Leus, yang menjadi satu satu nya musuh berat Alpha di masa lalu. Namun melihat wajah congkak Putri Naura membuat Lysa berpikir... Mungkin yang satu ini tak akan mudah.
Sebelum Lysa memijakkan kaki nya di tanah Diloxa, Bora menarik pergelangan tangan Lysa, dan berujar tegas padanya.
"Jika clan satu ini juga menginginkan Tyrion sebagai penguasa... Dan jika kau mengizinkan nya... Kau tau? Aku akan marah, Lysa."
"Kau marah pada saudara mu?"
"Tidak mengakui mu, sama saja artinya dengan pengkhianatan, Lysa. Kau ini sebenarnya memikirkan apa hah?"
"Tyrion juga saudara mu, Bora. Bijaklah menilai situasi."
"Kau hanya terus membela nya hanya karena kau mencintai nya bukan?"
"Leluhur kita tak pernah mengajarkan untuk saling menyerang sesama Targaryen."
"Kau Ratu nya—"
"Seperti ujar ku sebelumnya. Benua ini bukan tujuan utama ku, tujuan ku adalah Luxidos. Cukup ingat saja itu. Jikalau pun Benua ini menginginkan kau sebagai Ratu nya, aku akan terima. Bukan karena rasa cinta, tapi ini adalah bentuk rasa hormat ku pada sesama Targaryen."