[BUKU KEDUA DARI MOTHER OF DRAGONS]
Megan Throne hanya dapat di duduki mereka yang mampu menaklukkan 7 Kingdoms di bawah telunjuknya. Dan tahta agung itu menjadikan rahasia kelam masa lalu terungkap, dan membuat Lysa tak bisa memaafkan, lantas memil...
—You might think i'm weak without a sword. But if I had one, it'd be bigger than yours. —
❞
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
.
.
Peperangan sejatinya jika di tilik melalui celah perasaan, berisi sebuah anglocita. Perumpaan atas kekecewaan manusia, terhadap tolak ukur pemikiran setiap kepala. Ketika candramawa tak lagi dianggap sebagai perumpaan warna asa dunia, akhirnya mencipta sebuah warna merah menyala, seakan di dominasi kemarahan pada setiap gerak nafas tubuhnya. Pun akhirnya kata damai diharapkan menjadi panasea paling ampuh di alam semesta, namun tak semudah perkiraan tentu saja. Jika damai tak lagi berupa bentuk pelita, maka para adiwangsa selalu berakhir mengumumkan adilaga. Menjadikan dunia sebagai permainan antara si penguasa dengan bawahan nya.
"Sepertinya kita telah kehilangan banyak pasukan setelah melawan empat clan, Khaleesi." Kai melaporkan banyaknya jumlah pasukan mereka yang tumbang akibat makhluk sihir yang berkeliaran di medan perang.
"Dan ku rasa, Gravhara akan menyiapkan makhluk sihir lebih kuat daripada clan sebelumnya." Bora turut memberikan analisis nya.
Lalysa sejenak terdiam, memikirkan hal yang harus ia lakukan sebagai jalan keluar.
"Apakah kita harus mengeluarkan pasukan Leus?" tanya Tyrion pada sang Ratu, namun Lysa menggeleng.
"Leus kita gunakan untuk melawan Alpha."
"Kalau pasukan barat bagaimana? Apa aku perlu meminta tambahan pasukan dua kali lipat?" tanya Tyrion.
Lagi lagi Lysa menggeleng. "Akan kita gunakan pasukan Barat sebagai tambahan saat melawan Kingston serta Rivaderm. Kau tau? Dari seluruh clan di Luxidos, dua clan itu adalah yang paling maju dan memiliki senjata mematikan. Aku tak ingin menghabiskan pasukan kita sekarang."
"Lantas bagaimana? Apakah kita tetap maju dengan kondisi pasukan yang tak sepadan?" tanya Suga di sisi Lalysa.
Lagi lagi Lysa terdiam. Ia memangku dagu nya dengan tangan di atas meja, menerawang segala kemungkinan yang ada.
"Akan ku bantu dengan pasukan bayangan."
Tiba-tiba Jisoo datang dengan tudung hitam di kepala nya, muncul di depan Lysa. Lantas gadis itu menatap sang penyihir dengan tatapan berharap.
"Bagaimana sistem nya?"
"Jumlah pasukan mu akan berlipat ganda, namun itu hanya bayangan. Jika pun mereka terkena tebasan pedang, mereka hanya akan melebur jadi asap hitam."