1.9

8 2 0
                                    

"Sejak kapan?" Tanya Reas kepada Yasa.

Ya. Yasa sudah menceritakan semua tentang Khaila kepada Reas.

"Apanya bego?" Bukan menjawab, Yasa malah bertanya balik.

"Lo suka Khaila." Ucap Reas.

Yasa terkejut. Pasalnya ia hanya menceritakan bahwa ia merasa nyaman saat dekat dengan Khaila, bukan menceritakan ia menyukai Khaila. Yasa sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya kepada Khaila.

"Gua kaga suka bego!" Tegas Yasa.

Reas mendengus ketika mendengar jawaban dari temannya itu. Lantas ia bangun dan duduk di sebelah Yasa.

"Kalo gitu, cinta?" Tanya Reas sembari menatap tajam Yasa.

Yasa tidak berkutik, ia hanya diam dan menunduk.

"Yas udah lah gak usah so gatau perasaan lo ke Khaila gimana. Gua yang bukan lo aja tau kalo lo itu sayang sama dia. Masa lo gak sadar? Atau pura-pura gak sadar?" Sarkas Reas.

Bukan benci, Reas hanya ingin Yasa jujur pada hatinya.

"Gua tau kok. Lo pasti pernah mikir kayak gua juga, cuma lo tepis aja pemikiran lo itu." Timpal Reas.

Yasa mengaku setuju dengan yang diucapkan Reas. Ia memang sering seperti itu.

"Terus gua harus gimana?" Tanya Yasa.

Reas menatap Yasa lalu menghela nafas.

"Ya tinggal jujur aja bego." Jawab Reas ketus.

Yasa mengerutkan dahinya. Bingung.
Harus jujur seperti apa lagi? Pikirnya. Barusan ia sudah jujur.

"Gua barusan ngapain tolol." Ucap Yasa sembari pergi dan menjatuhkan badannya di kasur. Ia merasa percuma menceritakan semuanya kepada Reas. Yasa pikir Reas akan membantunya.

Reas menimpuk Yasa dari belakang dengan bantal sofa yang ada di dekatnya.

"Jujur sama orangnya bego! Bukan sama gua." Jawab Reas seraya pergi meninggalkan Yasa yang tampak bego di matanya.

◖⚆ᴥ⚆◗

Tak terasa malam pun tiba. Khaila kini berada di tepi pantai ditemani angin yang dingin menusuk sampai ke tulang, serta langit yang indah.

Teman-temannya memilih untuk bakar-bakar ikan di tepi pantai yang agak jauh dari tempat Khaila berdiam diri.

Tak lama, ada seseorang yang juga ikut duduk disamping Khaila.

"Ngagetin aja." Ucap Khaila kepada orang itu.

Yasa tidak menjawab. Ia hanya terkekeh sambil mengacak rambut Khaila.

"Lagi apa sih La disini? Sendirian lagi." Tanya Yasa sambil menatapnya.

"Lagi reog." Jawab Khaila ngasal. Yang membuat Yasa sedikit tertawa dan menoyor jidat temannya itu.

"Apa?" Tanya Khaila sembari mendongak menatap Yasa setelah mendapatkan toyoran darinya.

Yasa masih tertawa dan mengusap muka Khaila dan memalingkannya kembali ke depan pantai.

"Masa reog si La." Ucap nya yang masih sambil cengengesan.

Khaila ikut tertawa menyadari dan membayangkan jika ia benar-benar sedang reog.

"Ya abis basa basi banget. To the point aja napa si Sa." Jawab Khaila sambil tertawa.

Sedangkan Yasa kini berhenti tertawa. Ia merasa ini waktu yang tepat untuknya.

"Hmm, tar kalo gua langsung ke inti lo kaget." Ucap Yasa kembali sembari menatap hampa pada lautan di depannya.

Khaila berhenti tertawa, lalu menatap Yasa yang berada disampingnya, dan kembali menatap lautan.

"Gue udah hafal sama semua kelakuan absurd kalian. Jadi gak bakal kaget lah." Ucap Khaila yang mengira bahwa Yasa akan melakukan hal-hal absurd seperti teman-teman lainnya.

"Oke." Jawab Yasa sembari menatap Khaila.

Khaila hanya diam.

Sudah lama dan tidak terlihat Yasa melakukan hal absurd kepadanya. Lantas Khaila menengok menatap Yasa, dan ternyata sedari tadi Yasa sudah menatapnya.

Khaila mengerutkan dahinya, mengapa Yasa hanya terdiam melihat dirinya?

"O-oke, e-em gua gak bisa dan gak boleh basa basi, e-em jadi gini, gua suka sama lo La." Ucap Yasa dalam satu tarikan nafas yang panjang. Seperti ijab kabul saja.

Khaila terdiam dan langsung memalingkan wajahnya dari arah Yasa dan memilih kembali menatap lautan.

◖⚆ᴥ⚆◗

The Hexa | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang