2.7

10 2 0
                                    

Shireen pulang diantar oleh Reas. Meski Shireen tidak mau, Reas tetap memaksa.

Sejak pertemuan ketiganya tadi bersama Andre, Shireen menjadi lebih tenang. Kini ia tahu dimana tempat tinggal Andre.

Shireen mengajak Andre untuk pulang ke rumah, tetapi Andre menolak. Karena ia merasa tidak pantas berada di sana. Rumah kesayangan keluarganya yang ia tinggalkan begitu saja kala itu.

Shireen sedih, tapi tak apa, setidaknya setelah ini ia bisa menemui sang Kakak kapan pun ia mau.

Selama ini memang Andre yang menghindar ketika Shireen mencoba mencarinya. Ia tak kuasa jika harus bertemu dengan Shireen dengan keadaan dirinya belum menjadi apa-apa, seperti yang Ibunya katakan.

Padahal, Shireen tak mengapa soal itu. Shireen hanya ingin bertemu dan mereka kembali seperti dulu. Bercanda, bercerita banyak hal dan lainnya.

Tak terasa rumah Shireen tinggal beberapa meter lagi. Shireen meminta Reas untuk berhenti di warung sebelum rumahnya.

Sedangkan Reas jelas tak mau menurunkan Shireen di tempat sepi seperti itu.

"Gue kabur dari nyokap Re." Seru Shireen pada akhirnya yang menyebabkan Reas memelankan motornya, dan tak lama berhenti begitu saja.

"Gue gak mau kalo lo juga ikut di marahin nyokap gue entar." Ucap Shireen lagi seraya turun dari motor Reas.

Reas berdecak sebal mendengar perkataan Shireen.

"Lo kenapa harus kabur-kaburan sih hah?!" Sentak Reas kasar.

"Nyokap marahin lo karna dia khawatir anak perempuan pergi malem-malem sendirian!" Seru Reas lagi yang membuat Shireen mengatupkan bibirnya.

Ia tak menyangka Reas akan semarah itu. Dan Shireen tidak pernah berfikir bahwa Ibunya marah karna khawatir, ia hanya berfikir bahwa Ibunya marah kalau Shireen melakukan hal-hal yang juga pernah dilakukan oleh Andre.

"Lo gak tau apa-apa. Nyokap marah karna dia gak mau gue jadi seperti Andre, Re!" Seru Shireen tak kalah sengit.

Reas menggelengkan kepalanya tatkala mendengar perkataan dari Shireen.

Reas turun dari motornya dan berbalik mengarah kepada Shireen yang ada di belakangnya.

Reas memegang pundak Shireen seraya mengelusnya dengan pelan.

"Percaya sama gua. Nyokap lo gak sejahat yang lo pikirin." Ucap Reas penuh penegasan.

Reas lantas berbalik dan naik kembali kepada motornya. Reas memberikan kode supaya Shireen ikut naik dengannya. Shireen melakukannya. Shireen percaya dengan sahabatnya itu.

Tak lama, motor Reas berhenti di halaman rumah Shireen. Sepi.

Reas turun dari motor diikuti dengan Shireen yang berada di belakangnya. Sumpah demi apa pun kali ini Shireen takut setengah mati.

Reas melihat arloji yang terpasang di lengan kirinya. Pulul 12 malam.

Reas lantas mengetuk pelan pintu rumah Shireen, dan tak lama terdengar langkah dari dalam rumah.

Begitu pintu terbuka, terlihat seorang wanita berumur sekitar 45 tahunan yang menahan kantuknya.

"Halo tante." Sapa Reas sambil menyalami wanita itu yang tak lain Ibunya Shireen.

Wanita itu hanya mangguk dan tatapannya tajam kearah belakang Reas, yaitu Shireen yang sedang menunduk.

"E-em maaf tante, Shireen tadi abis Reas ajak jalan. Tadinya jam 10an sudah mau pulang, tapi ban motor Reas bocor jadi harus cari tukang tambal dan nunggu ban nya di tambal dulu." Ucap Reas berbohong. Mana ada ban bocor?

Wanita itu melirik Reas dan juga Anaknya yang terdiam di belakang Reas.

"Oh yasudah gak papa. Kamu temen tongkrongan nya Shireen kan?" Jawab wanita itu yang malah bertanya kepada Reas.

"Betul tante." Jawab Reas sembari tersenyum.

"Tante percaya sama kamu. Shireen lain kali kabari Ibu kalo kamu kenapa-napa." Ucap wanita itu.

Shireen sedikit kaget dengan ucapan Ibunya yang berhasil dikelabui oleh Reas.

"Iya Bu, handphone Shireen tadi abis batre jadi gak bisa hubungi Ibu." Ucap Shireen melanjutkan aksi Reas supaya Ibunya lebih percaya lagi.

Wanita itu hanya mangguk saja.

"Ya sudah tante kalo gitu Reas pamit pulang dulu, permisi tante." Ucap Reas mengakhiri perbincangan panasnya dengan Ibu dari temennya itu.

Reas menyalami sang Ibu dari Shireen temannya, dan juga berpamitan kepada Shireen.

"Balik ya, Ren." Ucap Reas sembari mengelus pelan puncak kepala Shireen.

"Hati-hati, Re." Jawab Shireen sembari melambaikan tangannya.

Shireen memasuki rumah ketika Reas tak lagi terlihat oleh matanya.

◖⚆ᴥ⚆◗

The Hexa | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang