Bab 015

249 56 1
                                    

Mark merasakan suhu di ruangan yang tadinya panas kini menjadi sangat dingin. Bahkan yang lainnya juga merasakan hal yang sama, dengan pakai yang terlihat sangat tipis meskipun memakai jaket agar tidak terkena serangan Zombie tetap dingin.

"Kenapa suhu ruangan semakin dingin?" Tanya Jeno.

"Aku tidak tahu." Jawab Na Jaemin.

"Apakah cuaca di luar sedang turun hujan?" Tanya Mark, "Tapi aku tidak mendengar suara hujan turun."

Mereka bertiga saling memandang dan langsung menyusut agar berbagai kehangatan pada kekuatan api milik Mark yang kini ia keluar dari telapak tangannya. Jisung sudah terbungkus seperti mayat, dengan napas yang tidak beraturan. Sedangkan Chenle meringkuk memeluk tubuhnya sendiri tidak bergabung dengan mereka bertiga dan tetap berada di samping tubuh Jisung.

Tidak ada yang tahu kenapa suhu semakin turun di ruangan seperti musim dingin yang baru saja tiba. Sedangkan di luar gedung seorang pemuda dengan jubah hitam melangkah masuk ke setiap gedung membuat ribuan Zombie yang berada di luar ruangan hingga di dalam gedung membeku menjadi patung Es.

Dengan langkah santai, Raffael mengeluarkan beberapa bijih tanaman dari cincin luar angkasa miliknya. Kemudian melemparkannya kepada beberapa kepala Zombie hingga beberapa tanaman merambat tumbuh dari atas kepalanya menjadi semakin banyak dan menjalar di setiap lingkungan dalam gedung menjerat setiap tubuh Zombie dan menusukkan duri mereka ke dalam tubuh busuknya.

Kuncup bunga mawar yang berwarna putih muncul di setiap tubuh Zombie hingga mekar dan menjadi merah setelah menyedot darah Zombie yang membuat tubuh semua Zombie di lantai 3 sampai 4 menjadi terkikis menjadi debu, tidak lupa inti kristal di kumpulan di setiap kelompok bunga. Lingkungan yang tadinya panas menjadi dingin dengan setiap tanaman merambat mawar berawan merah terang membuat lingkungan seperti neraka duri di padang es.

Raffael terus berjalan dengan wajah pucat, bibirnya semerah darah. Langkah kakinya dengan ringan menuju tempat gudang dimana titik-titik itu berasal. Akibat membunuh ribuan Zombie dengan dua kekuatan menguras energi spiritual miliknya. Wajahnya hidup kini seperti mayat hidup yang berjalan tanpa darah. Namun dia jelas tidak menunjukkan kelelahan sama sekali, sampai langkah yang bergema di ruangan terdengar tanpa raungan apapun.

Tak.

Tak.

Tak.

Jaemin yang mendengarkan suara langkah kaki yang santai dari luar ruangan langsung melihat ke arah pintu masuk, bahkan yang lain pun sama. Perasaan gugup membuat mereka menelan air liur, detak jantung dengan "Boom" terdengar sangat jelas di telinga mereka.

Hingga sebuah langkah kaki berhenti dan terdengar ketukan pintu dari luar yang membuat mereka saling memandang satu sama lain.

"Apakah ada orang di dalam? Jika ada buka pintunya."

Suara seorang lelaki yang jernih dan halus terdengar di luar, Jaemin langsung bangun begitupun dengan yang lain kecuali Jisung yang kesadarannya sudah mulai habis. Jaemin melihat ke arah Mark dan dia menganggukkan kepalanya. Dengan ragu, Jeno menghilangkan penghalang tembok logam miliknya. Melihat penghalang tersebut sudah menghilang, Jaemin langsung melangkah dan membuka kunci pintu tersebut.

Saat pintu terbuka, yang mereka rasakan adalah suhu yang sangat dingin membuat tubuh mereka mau tidak mau menggigil. Dan ketika mereka melihat ke depan dengan mata menyipit, napas mereka tertahan karena yang mereka lihat adalah sepasang mata berwarna coklat terang yang begitu dingin menusuk jiwa mereka. Seperti iblis yang menunggu mangsa untuk di bunuh dengan berutal.

Mark tahu siapa orang yang ada di depannya, begitu pun dengan dua lainnya. Seorang lelaki berwajah cantik yang mengeluh karena gedung miliknya akan di bobol oleh pihak militer. Namun mereka tidak tahu bahwa lelaki di depannya, meskipun memiliki wajah cantik dan terlihat lemah dapat di lihat dengan jelas bahwa kekuatan yang di miliki orang di depannya sangat kuat karena mampu menerobos ribuan Zombie dengan mudah.

TBC

SURVIVAL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang