Renjun sedang duduk di kursi sambil memilah laporan tentang apa saja yang akan di lakukan selanjutnya, banyak pekerjaan dan mengatur orang-orang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja. Ketika dia sedang dalam pikiran merenung, pintu ruangan terbuka membuat Renjun langsung mengangkat kepalanya.
Dia melihat Haechan bersama dengan lima wajah asing yang tidak dia kenal, menatap satu persatu wajah mereka hingga matanya melihat ke arah Jisung. Alisnya berkerut tidak senang untuk sementara waktu, kemudian mendengar suara Haechan.
"Kapten ini adalah orang-orang yang kamu cari."
Renjun mengangguk, "Baiklah, kamu boleh keluar dan terimakasih."
Haechan membungkuk kemudian keluar dari ruangan menyisakan mereka di dalam ruangan. Dengan suasana hati yang gembira Haechan menuju kantin di lantai satu untuk makan malam yang sempat tertunda.
Renjun menyuruh mereka untuk duduk di kursi yang kosong, menutup laporan kemudian kembali menatap ke arah mereka setelah melihat mereka telah duduk.
"Apa kalian tahu kenapa aku memanggil kalian untuk menemui ku?"
Mark mengangguk mewakili mereka berlima, karena dia adalah ketua dari tim ketika menjalankan misi.
"Iya aku tahu." Jawabannya menatap ke arah mata di balik topeng itu.
"Bagus jika kamu tahu." Ucap Renjun dengan santai.
Kemudian dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, memilah apa yang akan dia katakan kepada mereka karena ini menyangkut kucing liar peliharaannya.
"Jika kamu sudah tahu harap tutup mulut kalian demi kebaikan dan keamanan kalian."
"Apa kamu mengancam kami?" Tanya Mark.
"Ini bukan ancaman tapi perintah!" Renjun dengan dingin menjawab.
"Jika dia tidak datang, mungkin kalian akan mati dan tidak akan selamat apalagi dia." Renjun mengangkat dagunya ke arah Jisung yang terlihat gugup, "Aku tahu dia akan menjadi Zombie level 3, mungkin kalian tidak tahu tapi dia tahu bahwa dia akan menjadi bibit Zombie level 3."
Jelas mereka tahu apa yang di maksud Renjun, "Dia" mengacu pada orang itu yang menyelamatkan nyawa mereka berlima. Tidak ada yang menjawab hanya keheningan di antara mereka.
"Militer tidak akan mengirimkan bala bantuan, jelas mereka takut nyawa mereka akan terancam. Daripada menyelamatkan nyawa seekor semut lebih baik mencari semut yang baru untuk mereka, itu lah mereka." Jeda Renjun, "Untungnya dia sedang berburu Zombie di sekitar area tempat kalian bersembunyi, jika tidak nyawa kalian akan terancam."
Jeno yang mendengarkan sejak tadi akhirnya membuka mulutnya, "Kami tahu, kami berhutang nyawa padanya tentang kejadian itu. Alasan kenapa kamu memanggil kami ke tempat ini adalah agar kami tidak membocorkan rahasia miliknya yang miliki dua kemampuan dan dapat menyembuhkan orang yang terpapar virus Zombie. Apakah aku benar?"
Renjun menatap dingin ke arah Jeno, ketika menyebutkan tentang kekuatan Raffael yang jelas harus di rahasiakan. Seluruh ruangan menjadi sunyi dan suhu menjadi turun, merasakan aura membunuh dari tubuh Renjun membuat mereka terasa tercekik.
Jelas Jeno dan Jaemin tahu perasaan ini, karena mereka sering melihat darah. ini adalah naluri mereka yang telah terlatih dengan benda tajam, orang di depannya jelas telah membunuh ratusan orang mungkin lebih.
Ketika suasana semakin tidak terkendali terdengar pintu terbanting terbuka dan suara yang Renjun kenal terdengar sangat jelas.
BAM!!!
"Ahhhh sistem sialan!" Raungnya dengan marah.
Mereka semua langsung menoleh ke arah pintu, dan melihat seorang yang mereka kenal dengan tubuh ramping memakai baju tidur berwarna krem yang cocok dengan kulit putihnya. Sangat berbeda ketika memakai pakaian serba hitam, kini dia terlihat seperti anak remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURVIVAL!
Fantasy[Cerita ini terinspirasi dari 2 Novel China yang bertema Zombie] Kisah tentang manusia yang bertahan di kehancuran dunia, dimana Zombie berevolusi dan semakin ganas, hewan bermutasi, tanaman bermutasi. 7 orang dengan elemen berbeda, 1 penjaga, sert...