Bab 017

259 57 2
                                    

Renjun yang baru saja pulang dari ruang rapat berjalan menuju tempat Raffael tinggal untuk sementara waktu. Wajahnya yang tertutup topeng tidak ada ekspresi apapun. Renjun masih ingat apa yang di ucapkan oleh Dareum di ruang pertemuan tadi, tangannya langsung mengepal erat.

Ini benar-benar tidak mudah, Dareum sudah mulai curiga pada dirinya. Jika terus seperti ini maka hidupnya dan kehidupan rekan satu timnya dalam bahaya, apalagi orang itu sudah mulai menargetkan Raffael yang seharusnya tidak boleh di sentuh oleh siapapun.

Ketika Renjun sudah sampai di depan pintu yang dia tuju, Renjun mulai memilah emosinya dan menyembunyikannya di dalam hatinya dengan baik. Menarik napas dalam-dalam, Renjun mengetuk pintu dengan ringan tapi tidak ada jawaban dari dalam.

Renjun kembali mengetuk pintu, dan jawabannya tetap sama. Tidak ada tanda-tanda seseorang di dalam, dia langsung cemas. Meskipun Renjun tahu kata sandi ruangan tempat Raffael tinggal tapi dia tetap harus sopan, namun karena tidak ada jawaban dari dalam Renjun langsung membuka pintu menggunakan kata sandi yang dia tahu.

Ketika pintu terbuka Renjun langsung masuk ke dalam, namun yang di lihat hanyalah kasur yang rapih dan tidak ada orang yang di cari sama sekali. Entah kenapa Renjun teringat apa yang di katakan oleh Dareum terakhir kali di ruang pertemuan, wajahnya langsung menjadi gelap.

Renjun meninggalkan ruangan tersebut dengan tangan terkepal erat, orang-orang yang lewat melihat ke arahnya tidak bisa mendekat karena aura pembunuhan yang pekat bisa terpancar dari tubuhnya. Haechan yang baru saja selesai berpatroli dengan rekan-rekannya melihat kapten keluar dari gedung dengan aura siap membunuh siapa saja membuat mereka saling memandang.

"Ada apa dengan kapten?" Tanya salah satu anggota tim.

Haechan menggelengkan kepalanya, "Kalian tunggu disini."

Setelah mengingatkan mereka Haechan berlari ke arah Renjun dengan kekuatan angin miliknya, melihat seseorang mendekat Renjun menoleh dengan mata yang tajam setajam pisau. Haechan yang melihatnya langsung bergidik dengan ngeri.

Ini adalah ketiga kalinya Haechan melihat mata itu, pertama adalah ketika kakeknya meninggal dunia, kedua ketika ibu dan ayahnya mati di bunuh oleh seseorang, dan yang ketiga itu adalah sekarang. Apa yang telah terjadi selama Haechan pergi yang membuat kaptennya mengeluarkan aura pembunuhan seperti itu.

Dengan meneguk air liurnya, Haechan tetap memberanikan diri untuk mendekati Renjun. Mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya.

"Kapten."

Renjun tetap diam tidak menjawab, hanya menatap Haechan.

"Apa yang membuat mu keluar dari gedung? Apa ada misi?"

"Untuk membunuh bajingan itu." Jawab Renjun dengan dingin.

Haechan bergidik mendengar suaranya, "A-pa yang telah di lakukan bajingan itu?" Dengan gagap Haechan bertanya kembali.

"Dia mengambil kucing liar milik ku."

Haechan terdiam untuk beberapa saat, sejak kapan kaptennya mempunyai kucing liar. Dengan kerutan wajah yang bingung, Haechan akhirnya ingat siapa yang di maksud kucing liar oleh kaptennya selain orang itu.

"Ahk maksudnya Raffael? Kapten mencarinya?"

Renjun menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Haechan. Namun detik berikutnya jawaban Haechan membuat Renjun terpana.

"Oh dia izin pergi keluar dari pangkal untuk berburu Zombie itu yang dia katakan kepadaku, awalnya dia akan mencari mu tapi karena kapten sedang rapat dia menyampaikannya kepadaku."

Kegelapan emosi yang telah tumbuh akhirnya lenyap seketika ketika mendengar penjelasan Haechan, sungguh Renjun benar-benar bersyukur jika dia baik-baik saja. Kenapa dirinya bisa lupa, jika Raffael lebih kuat dari bajingan itu.

"Baiklah aku paham, terimakasih telah memberitahu." Jedanya menghela nafas lega, "Kalo begitu aku akan pergi ke gerbang sambil berpatroli, kalian semua istirahat lah."

Setelah mengucapkan apa yang ingin dia katakan, Renjun melangkah pergi menuju gerbang dengan langkah yang ringan. Haechan yang menatap punggung kaptennya pergi menuju gerbang tenggelam dalam pikirannya.

"Pasti babi itu melakukan hal pengecut lagi." Gumamnya.

***

Sistem melihat tubuhnya tuanya sudah mencapai batasan, dia khawatir tuannya akan pingsan di jalan. Energi yang dimiliki Raffael sudah mencapai batasan, jika seperti ini nyawa Raffael dalam bahaya apalagi tuannya menyembuhkan anak itu.

[Sistem: Tuan bagaimana jika beristirahat dulu sebentar, dan mengisi energi tuan menggunakan inti kristal yang sudah tuan kumpulkan.]

Suara mekanis terdengar sangat khawatir, Raffael tahu meskipun sistem sangat bajingan tapi dia peduli padanya.

"Tidak perlu, ini masih baik-baik saja." Jawabannya sambil berjalan perlahan.

Sistem tida tahu kenapa tuannya begitu keras kepala.

[Sistem: Tapi jika tuan seperti ini tubuhmu dalam bahaya, kenapa tuan harus menyelamatkan anak itu padahal tidak ada dalam misi.]

Raffael menatap ke arah langit dengan tatapan rumit, dia tahu sistem tidak bisa merasakan energi yang dimiliki anak itu. Tapi Raffael berbeda, sejak masih kecil dia sudah bisa merasakan energi orang lain. Dan energi anak itu sama tapi tidak sama seperti miliknya, hanya saja energi itu masih lemah dan belum terbangun. Jika anak itu di latih dengan baik maka kekuatan anak itu akan membuat ribuan tanaman mutan dengan kekuatan kayu.

"Aku ingin menjadikannya murid." Ucapannya dengan pelan.

Sistem yang mendengarkan jawaban tuannya tercengang dengan heran, kenapa tuannya ingin menjadikan anak itu murid? Setelah dipikir-pikir, akhirnya sistem paham apa yang di maksud tuanya.

[Sistem: Jadi itulah alasan mengapa tuan menyelamatkan anak itu karena kekuatan miliknya adalah kayu, dan tuan baru menemukan kekuatan Guntur maka tinggal lima anggota lagi yang harus tuan temukan dengan hati-hati.]

"Iya seperti itu." Raffael menghela nafas berat.

[Sistem: Lalu bagaimana jika tuan menggunakan gerbang saja untuk kembali. Tuan hanya membayar 500 poin itu sangat murah di bandingkan dengan Vaksin Virus-D.]

Sistem tersenyum sambil menawarkan jasa olshop online miliknya kembali dengan suara yang cerah dan ceria. Raffael yang mendengar suara mekanisme sistem yang bersemangat jelas sistem sialan ini ingin merampok poin miliknya.

"Kau sistem sialan! Bagaimana kamu bisa merampok orang yang sedang tidak berdaya jelas ini penipuan!" Umpatnya dengan kesal.

Mendengar suara tuannya yang marah, sistem tidak akan mundur untuk kali ini.

[Sistem: Bagaimana aku merampok mu tuan, jelas aku hanya menawarkan jasa teleportasi untuk kebaikan tubuh tuan yang sedang sekarat. Karena tuan tidak ingin menggunakan inti kristal untuk memulihkan energi anda maka aku sistem yang baik hati menawarkan alternatif lain.]

Dahi Raffael berkedut mendengar penjelasan sistem sialan, baru saja dia memuji sistem sialan karena peduli padanya tapi kini sistem akan merampok poin miliknya.

"Hahahaha baiklah jika itu maupun maka lakukan sesuka hatimu! Tapi ingat aku tidak akan berbicara dengan mu lagi."

Raffael dengan marah meraung, sistem pura-pura tidak mendengar amarahnya dan hanya memotong poin tuannya dengan sangat bahagia. Bertepuk tangan dan memindahkan tubuh tuannya ke tempat paling dekat dengan pangkalan. Merasakan tubuhnya melayang jelas Raffael tahu dia sedang di pindahkan ke suatu tempat.

TBC

SURVIVAL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang