aku menanyakan satu pertanyaan untuk diriku sendiri, akan bagaimana kehidupanku jika kamu pergi? lalu aku menjawabnya sendiri; aku tidak hancur ataupun menangisi kepergian mu, hanya saja jiwaku seakan mati dan rasanya sangat sepi untuk menjalani hari-hari yg biasanya akan sangat menyenangkan, aku ingin semesta mengetahui bahwa aku telah jatuh padamu beribu kali, tapi sayangnya aku tidak bisa mengetahui takdir ku sendiri bahwa aku akan kehilangan kamu sebelum sempat aku memilikimu, sebelum sempat menggenggam tanganmu, sebelum sempat duduk bersama dan mendengarkan ceritamu, aku sangat rindu pada hal-hal sederhana tentangmu, bolehkah aku meminta pada semesta untuk mengirim satu lagi kesempatan untukku bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan yang aku perbuat padamu dulu? ah ya...aku sadar satu hal, sampai aku berlutut dihadapan mu pun, kamu benar-benar tidak akan pernah memanfaatkan ku.
Aku selalu membawa namamu pada setiap perjalanan yang aku lakukan, mencoret pasir dengan namamu di sepanjang bibir pantai. sekarang telah dua tahun berlalu tapi rindu padamu tidak pernah selesai, malahan aku semakin kesalahan merinduimu, saat aku benar-benar muak akan segala hal, aku mengatakan akan melupakanmu tapi tetap saja aku menungguimu, karena pada akhirnya aku akan tetap jatuh padamu, pada rumah yang telah pergi. manusia yang jiwa dan raganya sangat aku cintai, semesta aku tidak ingin sosok yang baru, tolong berikan saja ketenangan untuk jiwaku dan mengikhlaskan kepergian kamu.