Lagi dan lagi aku menghadapi rindu yang berat seperti hujan di awal Januari ini, sosokmu masih hangat meski kini raganya mendingin rinduku padamu semakin membara aku berdosa pada malam ketika mengatakan bahwa aku tidak merindukanmu, faktanya malam masih saja menjadi teman kala badai rindu datang. Aku berpikir kehilangan mu tidak akan berefek apapun pada kehidupan ini karena memang sedari dulu sudah berantakan tapi mungkin berbeda kamu datang mengurangi jumlah rasa sakit pada masa lalu, aku kira akan selamanya tapi ternyata tidak, perginya kamu benar-benar membuat aku berhenti, aku berpikir semesta sedang bercanda karena kala itu aku masih menggenggam mu tapi ternyata semesta memang harus membawa rasa sakit dan rindu serta rasa bersalah padaku untukmu, bagaimana kehidupan aku setelah perginya kamu, aku ingin berhenti tapi dunia tidak akan berhenti.
Aku ingin berteriak pada semesta pada sang Pencipta alam mengapa mengambil kamu begitu cepat, tapi aku sadar aku siapa aku manusia penuh dosa yang meminta belas kasihan pencipta-Nya aku lelah, kehidupan ini benar-benar melelahkan, dulu kamu ada ketika malam yang dingin menjadi hangat sekarang sama saja aku rindu pada malam untuk mengadu padamu bagaimana hariku, bagaimana kisah ku dengan teman-teman ku kamu begitu semangat mendengarnya, lalu bergantian kamu bercerita bagaimana harimu tapi banyak dari cerita mu yang aku tidak suka rasanya sangat ingin membunuh mereka, aku mati-matian membuat bahagia tapi mereka dengan mudahnya membuatmu terluka, aku ingin bertemu sekali lagi denganmu meminta maaf atas segala dosaku, ibuku pergi lantas mengapa kamu juga ikut? Haruskah aku hidup sendirian? Alam semesta ini begitu luas, mungkin mulai sekarang aku harus terbiasa untuk pulang sendiri, kamu sudah berpulang, di kehidupan selanjutnya aku ingin lebih mencintai dan menjaga kamu untuk hidup bersama.