#SORTULVSERIES 1
Axel dan Marsya yang selalu adu mulut jika bertemu. Bukan tanpa sebab, awalnya mereka adalah dua remaja berbeda gender yang menjalin hubungan persahabatannya dari sejak kecil. Namun karena satu kejadian, Marsya menganggap bahwa Axel...
Happy Reading! Sebelum keasikan baca, JANGAN LUPA DI FOLLOW DULU AKUN WATTPAD AKU. VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PARAGRAF NYA JUGA GAK BOLEH LUPAAA!!!
GRATIS, GAK BAYAR!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAGIAN 11: MIMPI BURUK
“Minum dulu, pelan-pelan.”
“Ini beneran lo Cil, yang dateng?” tanya Axel dengan tatapan memicing.
Marsya menatap Axel datar. “Ya iyalah. Emang, lo pikir siapa lagi?”
Axel tersenyum kecil namun Marsya tidak melihatnya. “Bagus kalo gitu,”
Marsya mengerutkan keningnya bingung. “Kenapa?”
“Nggak apa, gue nanya aja,” jawab Axel membuat Marsya mengangguk kecil.
“Tapi, kalo misal gue gak disuruh mama juga, gue gak bakal mau kesini,” ucap Marsya membuat hati Axel tersentil. Langsung ada sorot kecewa di kedua matanya.
“Berarti, lo terpaksa, ya?” tanya Axel berpura-pura terlihat biasa saja.
Marsya diam, tidak menjawab apapun. Meski begitu Axel sudah paham, dari raut wajah Marsya, jelas sekali gadis itu terpaksa menjenguk dirinya yang sedang sakit.
Axel mengangguk kecil. “Nggak apa-apa. Lo dateng kesini juga, gue udah seneng.” Axel berusaha untuk tersenyum walau sedikit terpaksa.
Marsya yang tadi sempat mengalihkan pandangannya dari Axel, kini menatap Axel lagi. “Aneh. Kok bisa tiba-tiba sakit, gini?” tanya Marsya heran. Pasalnya, pagi tadi saat ke sekolah, Axel masih terlihat sehat-sehat saja. Namun, entah kenapa saat sore hari cowok itu malah terjatuh sakit. Dan mengingat kejadian di sekolah tadi, membuat Marsya kembali kesal dan jengkel karena ingat Axel yang mengambil buku kimia miliknya.
Axel menggeleng pelan, dan mengangkat kedua bahunya acuh. “Mana gue tau?”
“Tadi mama bilang, lo ngigau sambil nyebut-nyebut nama gue?” Marsya ingat sekali ketika mama Rossa menelponnya untuk segera menjenguk Axel, karena Axel sendiri yang meminta bahkan sampai mengigau.
“Mungkin?” Axel terkekeh ringan.
Axel mengerutkan keningnya. “Tapi, ngapain juga, gue tidur sebut-sebut nama lo?” tanya Axel membuat Marsya berdecak, karena tingkah menyebalkan Axel. Sedang sakit saja, Axel tidak bosan membuat dirinya kesal.
“Ya, mana gue tau. Mama kok yang bilang.” Marsya mengangkat kedua bahunya acuh.
“Lo lagi sakit, masih aja suka nyari ribut sama gue!” dengus Marsya sebal.
